Rumpun bahasa yang tersebar di kepulauan Indonesia termasuk ke dalam rumpun

Oleh Dewanti Lestari

Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tanggal bersejarah bagi bahasa Indonesia yang saat itu diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa daerah.

Namun, seperti apakah yang dinamakan bahasa Indonesia itu? Orang mengenalnya sebagai bahasa Melayu yang dimodifikasi, lalu dicampur dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa asing, kemudian dibakukan.

Dari manakah asal-usul bahasa Melayu itu? Apakah bahasa itu hanya dituturkan oleh etnis Melayu sejak berabad-abad lalu? Padahal, etnis Melayu sendiri hanya sebagian kecil dari ratusan etnis di Nusantara?

Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahasa Melayu dan ratusan bahasa daerah lainnya di Nusantara sebenarnya berakar dari bahasa Austronesia yang mulai muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu.

Penyebaran penutur bahasa Austronesia, ujar Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia  itu, merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia merupakan yang terbesar di dunia, meliputi 1.200 bahasa dan dituturkan oleh hampir 300 juta populasi.

Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15.000 km meliputi lebih dari separuh bola Bumi, yaitu dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan-Mikronesia di utara hingga Selandia Baru di selatan.

Out of Taiwan

Mengenai asal-usul penutur Austronesia, Harry mengatakan, ada beberapa hipotesis. Yang paling umum adalah hipotesis bahwa asal leluhur penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan) atau model "Out of Taiwan".

Arkeolog lainnya, Daud A Tanudirjo, menyebutkan, Robert Blust adalah pakar linguistik yang paling lantang menyuarakan pendapat bahwa asal usul penutur Austronesia adalah Taiwan.

Sejak 1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia, misalnya kosa kata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain, kata Daud.

"Ia juga menawarkan rekonstruksi pohon kekerabatan rumpun bahasa Austronesia dan perkiraan waktu pencabangannya mulai dari Proto-Austronesia hingga Proto-Oseania," katanya.

Para leluhur ini, diungkapkan Daud, awalnya berasal dari Cina Selatan yang bermigrasi ke Taiwan pada 5.000-4.000 SM, namun akar bahasa Austronesia baru muncul beberapa abad kemudian di Taiwan.

Kosakata yang dapat direkonstruksi dari bahasa awal Austronesia yang dapat dilacak antara lain : rumah tinggal, busur, memanah, tali, jarum, tenun, mabuk, berburu, kano, babi, anjing, beras, batu giling, kebun, tebu, gabah, nasi, menampi, jerami, hingga mengasap.

Para petani purba di Taiwan ini berkembang cepat dan lalu terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yang hidup terpisah dan bahasanya menjadi berbeda-beda dengan setidaknya kini ada sembilan bahasa yang teridentifikasi sebagai bahasa formosa.

Bermigrasi

Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru, yakni Proto-Malayo-Polinesia (PMP).

Tahap berikutnya, ujar Daud, terjadi pada 3.500-2.000 SM, di mana masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara.

Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.

"Rupanya ketika bermigrasi ke arah tenggara penanaman padi mulai ditinggalkan karena tidak sesuai dengan lingkungannya. Mereka mulai memanfaatkan tanaman keladi dan umbi-umbian lain serta buah-buahan," katanya.

Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah
(PCMP).

Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).

Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat
yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).

Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oseania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oseania.

"Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatera," katanya.

Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaka, ujarnya.

Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan sampai ke Madagaskar, tambah Daud.

Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oseania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari
200 pasangan kata, katanya.

Dengan demikian, kata Harry Truman, hampir seluruh kawasan nusantara bahkan sampai ke kawasan negeri-negeri tetangga dan masyarakat kepulauan Pasifik dan Madagaskar menuturkan bahasa yang asal-muasalnya merupakan bahasa Austronesia.

"Kecuali masyarakat yang ada di pedalaman Papua dan pedalaman pulau Timor yang bahasanya lebih mirip dengan bahasa pedalaman Australia," katanya.

Bahasa Indonesia sekarang ini, kata Harry lagi, sudah sangat kompleks karena penuturnya tidak hanya hidup dengan sukunya masing-masing dan beradaptasi dengan rumpun bahasa dunia lainnya seperti dari India, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Rumpun bahasa Austronesia adalah suatu rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara hingga Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat hingga Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.

Istilah Austronesia

Austronesia mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia. Wilayah tsb meliputi Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berfaedah "Kepulauan Selatan" dan bersumber dari bahasa Latin austrālis yang berfaedah "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berfaedah "pulau".

Jika bahasa Jawa di Suriname dibawa masuk, maka cakupan geografi juga meliputi kawasan tsb. Studi juga menunjukkan beradanya warga penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[2].

Asal usul bangsa Austronesia

Untuk mendapat ide akan tanah cairan dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan pengetahuan genetika. Penelaahan dari pengetahuan genetika memberikan hasil yang bertentangan. Sebagian peneliti menemukan bukti bahwa tanah cairan bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awal mulanya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang pengetahuan sejarah bahasa, bangsa Austronesia bersumber dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [3]. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika beliau menulis:

..... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung dijadikan satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di selang bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari sebagian cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.

Setidaknya sejak Sapir (1968), pakar bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran suatu keluarga bahasa dapat ditelusuri dari lahan dengan keberagaman bahasa yang akbar ke lahan dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau sebagian cendekiawan menduga bahwa banyak dari cabang-cabang di selang bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari lebih kurang Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya berada sedikit perdebatan di selang para pakar bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.

Bukti dari pengetahuan arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan lebih kurang delapan ribu tahun yang lalu [4]. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, selanjutnya ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam sebagian tahap, ke seluruh anggota yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Bukti dari pengetahuan sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bersumber lebih kurang enam ribu tahun yang lalu [6]. Namun, bukti dari pengetahuan sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah selang dua periode ini.

Pandangan bahwa bukti dari pengetahuan bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dikemukakan oleh Fox (2004:8):

Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah cairan bangsa Austronesia berada di Taiwan. Kawasan asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu di selang Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang untuk populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.

Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dipercakapkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia [7].

Penggolongan

Lebih kurang sulit untuk mendefinisikan bentuk kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat menyerupai dan mengadakan komunikasi ketat dengan kesinambungan dialek yang akbar sehingga sukar untuk mengenali batas di selang cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang berada sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak geografisnya alih-alih dari keterkaitannya selang satu dengan yang lainnya. Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.

Famili bahasa-bahasa Formosa sebelum kolonisasi Cina, per Blust (1999).

Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan beliau juga mencantumkan sangat sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tsb. Sebagian pakar bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis akbar tetap dijadikan titik referensi untuk analisis pengetahuan bahasa ketika ini. Dapat diamati bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.

Austronesia

  • Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq]
  • Formosa Timur
    • Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan)
    • Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya)
    • Barat Daya (Siraya)
  • Puyuma
  • Paiwan
  • Rukai
  • Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu)
  • Bunun
  • Dataran Rendah Barat
    • Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya)
    • Thao
  • Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh)
  • Malayo-Polinesia (Lihat di bawah)

Penggolongan bahasa cabang Melayu-Polinesia

Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)

Bahasa Melayu-Polinesia

  • Bahasa Kalimantan-Filipina atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Luar (Hesperonia Luar): terdiri dari banyak bahasa seperti Dayak Ngaju, Gorontalo, bahasa Bajau, bahasa-bahasa Minahasa, Tagalog, Cebuano, Hiligaynon, Ilokano, Kapampangan, Malagasi, dan Tausug
  • Bahasa Malayo-Polinesia Inti (Kemungkinan menyebar dari Pulau Sulawesi)
    • Bahasa Sunda-Sulawesi atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Dalam (Hesperonia Dalam), contoh: Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban, Sunda, Jawa, Bali, Chamoru, dan Palau
    • Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur
      • Bahasa Malayo-Polinesia Tengah atau bahasa Bandanesia: lebih kurang Laut Banda adalah bahasa-bahasa di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan juga di Nodaku
      • Bahasa Malayo-Polinesia Timur atau dikata juga bahasa Melanesia

Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan banyak penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali.

Kekerabatan dengan rumpun bahasa yang lain

Hubungan-hubungan genealogis selang rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah diajukan dan umumnya dikata Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik dikemukakan bahwa semua bahasa di Tiongkok anggota selatan sebenarnya berkerabat adalah rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga dikata Miao-Yao).

Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah untuk berikut:

Austrik

  • Austronesia
  • Tai-Kadai
  • Hmong-Mien
  • Austro-Asiatik

Para penutur keempat rumpun bahasa yang diduga berkerabat ini bermukim di kawasan yang sekarang termasuk Tiongkok anggota selatan hingga kurang lebih pada selang tahun 2000 SM – 1000 SM. Saat itu suku bangsa Han, yang merupakan penutur bahasa Sino-Tibet, dari Tiongkok utara menyerbu ke selatan dan para penutur bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga untuk gagasan mengapa kaum Austronesia lalu bermigrasi ke Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan Samudra Pasifik lainnya.

Sebagian hipotesis filum Austrik juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Untuk contoh:

Austronesia purba*mata ‘mata
Austro-Asiatik purba*măt ‘mata'’
Tai-Kadai purba*taa ‘mata


Namun, satu-satunya proposal dari yang mematuhi cara perbandingan adalah hipotesis "Austro-Tai" yang menghubungkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Tai-Kadai. Roger Blench (2004:12) mengetakan tentang Austro-Tai bahwa:

Ostapirat mengasumsikan suatu model sederhana dari suatu perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] untuk orang-orang Austronesia yang menetap di kawasan asalnya. Namun hal ini nampaknya tidak mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba dan tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa. Mungkin dapat lebih berpihak kepada yang benar dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi kembali dari Filipina utara ke kawasan di pulau Hainan. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik untuk hasil dari penstrukturan ulang secara radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa Miao-Yao dan Sinitik.

Atau dengan kata lain, pengelompokan dibawah Tai-Kadai akan dijadikan cabang dari bahasa Kalimantan-Filipina. Namun, tidak berada dari proposal tsb yang mendapat sambutan luas dari komunitas pengetahuan bahasa.

Contoh perbandingan kosakata dalam rumpun bahasa pada masing-masing wilayah[1]

Klasifikasi bahasa Jepang

Telah diajukan juga hipotesis bahwa bahasa Jepang mungkin adalah saudara jauh dari rumpun bahasa Austronesia. [Berada yang mengelompokkan bahasa ini dalam rumpun bahasa Austronesia sesuai sebagian kata-kata dan fonologi bahasa Jepang. Namun yang lain berpendapat bahwa bahasa Jepang termasuk rumpun bahasa Altai dan terutama menyerupai dengan cabang bahasa Mongol. Bahasa Korea kemungkinan akbar termasuk rumpun bahasa yang sama pula. Bahasa Korea menyerupai dengan bahasa Jepang namun sejauh ini belum berada yang menghubungkannya dengan rumpun bahasa Austronesia. Namun perlu diberi catatan pula bahwa rumpun bahasa Altai masih dipertentangkan pula.

Untuk contoh adalah sebagian kata dari bahasa Jepang yang diduga bersumber dari rumpun bahasa Austronesia:

  • hi yang berfaedah api dan bersumber dari *PAN (Proto-Austronesia): *Xapuy
  • ke yang berfaedah kayu

Sebagian kata dari bahasa Sikka - Maumere (Flores) yang diduga bersumber dari rumpun bahasa Austronesia:

  • ai yang berfaedah kayu
  • api yang berfaedah api

Hipotesis akan hubungn bahasa Jepang untuk saudara dari bahasa-bahasa Austronesia didorong oleh nyaris seluruh pakar pengetahuan bahasa karena hanya berada sedikit bukti akan hubungan selang bahasa Jepang dan rumpun bahasa Austronesia dan banyakan pakar bahasa berpikir bahwa kesesuaian yang sedikit ini adalah hasil dari pengaruh bahasa-bahasa Austronesia pada bahasa Jepang, mungkin menempuh substratum. Mereka yang mengajukan skenario ini menyarankan bahwa rumpun bahasa Austronesia dulunya pernah meliputi pulau-pulau di utara dan selatan dari Taiwan. Lebih lanjut, tidak berada bukti genetis untuk hubungan yang dekat selang penutur bahasa-bahasa Austronesia dan bahasa-bahasa Japonik, sehingga apabila berada interaksi pra-sejarah selang penutur bahasa Austronesia purba dengan bahasa Japonik purba lebih mungkin interaksi itu adalah suatu pertukaran budaya yang sederhana alih-alih percampuran etnis yang signifikan. Analisis genetis menunjukan secara konsisten bahwa orang-orang Ryukyu di selang Taiwan dan pulau-pulau utama Jepang lebih menyerupai dengan orang Jepang daripada orang asli Taiwan. Hal ini menyarankan bahwa apabila berada interaksi selang bangsa Austronesia purba dan bangsa Japonik purba, interaksi ini kemungkinan terjadi di benua Asia timur sebelum pengenalan bahasa-bahasa Austronesia ke Taiwan (atau setidaknya sebelum kepunahan hipotetis bahasa-bahasa Austronesia dari daratan Tiongkok), dan bahasa-bahasa Japonik ke Jepang.

Perbendaharaan kata

Rumpun bahasa Austronesia didefinisikan memanfaatkan cara perbandingan bahasa untuk menemukan kata-kata yang seasal, adalah kata-kata yang menyerupai dalam bunyi dan definisi dan dapat ditunjukan bersumber dari kata yang sama dari bahasa Austronesia purba menurut suatu aturan yang regular. Sebagian kata seasal sangatlah stabil, untuk contoh kata untuk mata pada banyak bahasa-bahasa Austronesia adalah "mata" juga mulai dari bahasa sangat utara di Taiwan hingga bahasa sangat selatan di Aotearoa.

Di bawah disajikan untuk contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu hingga sepuluh dalam sebagian bahasa Austronesia. Catatan: /e/ mesti dibaca untuk taling (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ untuk pepet (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika berada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.

Basis Data Perbendaharan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia (pranala diberikan dibawah artikel) mencatat kata-kata (dikodekan menurut keseasalan) untuk lebih kurang 500 bahasa Austronesia.

Tipologi dan bentuk

Sukar untuk menarik suatu generalisasi yang berfaedah tentang bahasa-bahasa yang menyusun rumpun yang seberagam rumpun bahasa Austronesia. Pada garis akbarnya, bahasa-bahasa Austronesia dapat dibagi dijadikan tiga kelompok bahasa: tipe Filipina, tipe Indonesia, dan tipe pasca-Indonesia [8]. Kelompok yang pertama diwatakkan dengan urutan kata kata kerja-pertama dan pengubahan suara gramatik ala bahasa Filipina, fenomena yang seringkali dirujuk untuk pemfokusan. Literatur yang mengadakan komunikasi mulai menjauhi penggunaan istilah ini karena banyak pakar bahasa merasa bahwa fenomena pada bahasa bertipe ini lebih berpihak kepada yang benar dikata untuk suara gramatik.

Bahasa-bahasa Austronesia umumnya memanfaatkan pengulangan kata.

Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan banyak fonem yang sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata dan gugusan konsonan. Sebagian bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Arab, bahasa Sanskerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.

Sebagian bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam bahasa Madura yang diduga diserap dari bahasa Sanskerta. Namun banyak para pakar yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sanskerta. Mereka berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.

Banyak penutur

Secara total banyak penutur bahasa Austronesia lebih kurang 300 juta jiwa. Berikut adalah bahasa-bahasa Austronesia diurutkan dari bahasa dengan penutur terbanyak.

Banyak penutur bahasa-bahasa Austronesia

* Statistik untuk kedua bahasa diperdebatkan.

Status formal

Bahasa Austronesia terpenting ditilik dari status formalnya ialah bahasa Melayu, yang dijadikan bahasa formal di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), Malaysia, dan Brunei. Bahasa Indonesia juga berstatus bahasa kerja di Timor Leste m. Bahasa Filipina (Filipino), yang merupakan susunan baku dari bahasa Tagalog, adalah bahasa formal Filipina. Di Timor Leste, bahasa Tetum, yang juga termasuk suatu bahasa Austronesia, dijadikan bahasa formal di samping bahasa Portugis. Di Madagaskar, bahasa Malagasi adalah bahasa formal. Di Aotearoa (Selandia Baru), bahasa Maori juga memiliki status bahasa formal di samping bahasa Inggris.

Footnote

  1. ^ a b von Humboldt, Wilhelm; Johann Karl Eduard Buschmann (2010). Über Die Kawi-Sprache Auf Der Insel Jav: Bd. Über Die Kawi-Sprache. Über Den Malayischen Sprachstamm. Beilage Zur Einleitung Des Ersten Bandes. Nabu Press. p. 604. ISBN 1-143-43662-8 ISBN 978-1-143-43662-8. 
  2. ^ Vajracharya S. [//www.wako.ac.jp/souken/touzai_b04/tzb0407.html Malay Minority of Sri Lanka: Defending Their Identity]
  3. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  4. ^ Peter Bellwood, Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago, Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997
  5. ^ Diamond, Jared M (2000). Taiwan's gift to the world. (PDF). Nature 403:709-710.
  6. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  7. ^ Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.
  8. ^ Ross, John (2002). "Final words: research themes in the history and typology of western Austronesian languages" in Wouk, Fay & Malcolm Ross (Eds.) The history and typology of Western Austronesian voice systems (pp. 451-474). Canberra: Pacific Linguistics

Daftar referensi

  • Bellwood, Peter, 1979, Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory of Southeast Asia and Oceania, New York: Oxford University Press.
  • Bellwood, Peter, 1985, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Orlando, Florida: Academic Press.
  • Bellwood, Peter, 1987, The Polynesians: Prehistory of an Island People, New York: Oxford University Press.
  • P. Benedict, 1975, Austro-Thai Language and Culture. With a Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
  • O.C. Dahl, 1951, Malgache et Maanjan., Oslo: Egede Instituttet.
  • Dempwolff, Otto, 1956, Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Diamond, Jared, 1997, Guns, Germs and Steel, W.W. Norton & Company.
  • Isidore Dyen, 1956, “Language Distribution and Migration Theory”, di Language, 32: 611-626.
  • Fox, James J., 1995, Austronesian societies and their transformations, Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
  • Kern, Hendrik, 1956, Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Hendrik Kern, 1957, Berbagai-bagai Keterangan sesuai Pengetahuan Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Wolff, John U., "Comparative Austronesian Dictionary. An Introduction to Austronesian Studies", Language, vol. 73, no. 1, pp. 145-56, Mar 1997, ISSN-0097-8507

Pranala luar

  • (Inggris) Ethnologue : "Austronesian"
  • (Inggris) Basis Data Perbendaharaan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia
  • (Inggris) Summer Institute of Linguistics site showing languages (Austronesian and Papuan) of Papua New Guinea.
  • (Inggris) Austronesian Language Resources (tak berfungsi? dipindahkan?) (@ archive.org)
  • (Inggris) Spreadsheet of 1600+ Austronesian and Papuan number names and systems - ongoing study to determine their relationships and distribution
  • //www.trussel2.com/ACD/acd-lo_a.htm
  • //language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/research.php
  • //www.gbarto.com/languages/austronesian.html
  • //linguistics.byu.edu/classes/ling450ch/reports/austronesian.html

edunitas.com

Page 2

Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara hingga Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat hingga Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.

Istilah Austronesia

Austronesia mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia. Wilayah tsb meliputi Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berfaedah "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berfaedah "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berfaedah "pulau".

Jika bahasa Jawa di Suriname dibawa masuk, maka cakupan geografi juga meliputi daerah tsb. Studi juga menunjukkan beradanya masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[2].

Asal usul bangsa Austronesia

Untuk mendapat ide akan tanah cairan dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah cairan bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awal mulanya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [3]. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika beliau menulis:

..... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di selang bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.

Setidaknya sejak Sapir (1968), pakar bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari lahan dengan keberagaman bahasa yang akbar ke lahan dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa banyak dari cabang-cabang di selang bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari lebih kurang Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya berada sedikit perdebatan di selang para pakar bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.

Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan lebih kurang delapan ribu tahun yang lalu [4]. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, selanjutnya ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh anggota yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini berasal lebih kurang enam ribu tahun yang lalu [6]. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah selang dua periode ini.

Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dikemukakan oleh Fox (2004:8):

Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah cairan bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu di selang Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang untuk populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.

Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berakhir pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dipercakapkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia [7].

Penggolongan

Lebih kurang sulit untuk mendefinisikan bentuk kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan mengadakan komunikasi ketat dengan kesinambungan dialek yang akbar sehingga sukar untuk mengenali batas di selang cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang berada sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak geografisnya alih-alih dari keterkaitannya selang satu dengan yang lainnya. Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.

Famili bahasa-bahasa Formosa sebelum kolonisasi Cina, per Blust (1999).

Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan beliau juga mencantumkan sangat sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tsb. Beberapa pakar bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis akbar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa ketika ini. Dapat diamati bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.

Austronesia

  • Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq]
  • Formosa Timur
    • Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan)
    • Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya)
    • Barat Daya (Siraya)
  • Puyuma
  • Paiwan
  • Rukai
  • Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu)
  • Bunun
  • Dataran Rendah Barat
    • Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya)
    • Thao
  • Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh)
  • Malayo-Polinesia (Lihat di bawah)

Penggolongan bahasa cabang Melayu-Polinesia

Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)

Bahasa Melayu-Polinesia

  • Bahasa Kalimantan-Filipina atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Luar (Hesperonia Luar): terdiri dari banyak bahasa seperti Dayak Ngaju, Gorontalo, bahasa Bajau, bahasa-bahasa Minahasa, Tagalog, Cebuano, Hiligaynon, Ilokano, Kapampangan, Malagasi, dan Tausug
  • Bahasa Malayo-Polinesia Inti (Kemungkinan menyebar dari Pulau Sulawesi)
    • Bahasa Sunda-Sulawesi atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Dalam (Hesperonia Dalam), contoh: Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban, Sunda, Jawa, Bali, Chamoru, dan Palau
    • Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur
      • Bahasa Malayo-Polinesia Tengah atau bahasa Bandanesia: lebih kurang Laut Banda yaitu bahasa-bahasa di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan juga di Nodaku
      • Bahasa Malayo-Polinesia Timur atau dikata juga bahasa Melanesia

Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan banyak penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali.

Kekerabatan dengan rumpun bahasa yang lain

Hubungan-hubungan genealogis selang rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah diajukan dan umumnya dikata Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik dikemukakan bahwa semua bahasa di Tiongkok anggota selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga dikata Miao-Yao).

Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah untuk berikut:

Austrik

  • Austronesia
  • Tai-Kadai
  • Hmong-Mien
  • Austro-Asiatik

Para penutur keempat rumpun bahasa yang diduga berkerabat ini bermukim di daerah yang sekarang termasuk Tiongkok anggota selatan hingga kurang lebih pada selang tahun 2000 SM – 1000 SM. Kala itu suku bangsa Han, yang merupakan penutur bahasa Sino-Tibet, dari Tiongkok utara menyerbu ke selatan dan para penutur bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga untuk gagasan mengapa kaum Austronesia lalu bermigrasi ke Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan Samudra Pasifik lainnya.

Beberapa hipotesis filum Austrik juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Untuk contoh:

Austronesia purba*mata ‘mata
Austro-Asiatik purba*măt ‘mata'’
Tai-Kadai purba*taa ‘mata


Namun, satu-satunya proposal dari yang mematuhi cara perbandingan adalah hipotesis "Austro-Tai" yang menghubungkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Tai-Kadai. Roger Blench (2004:12) mengetakan tentang Austro-Tai bahwa:

Ostapirat mengasumsikan sebuah model sederhana dari sebuah perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] untuk orang-orang Austronesia yang menetap di daerah asalnya. Namun hal ini nampaknya tidak mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba dan tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa. Mungkin dapat lebih berpihak kepada yang benar dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi kembali dari Filipina utara ke daerah di pulau Hainan. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik untuk hasil dari penstrukturan ulang secara radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa Miao-Yao dan Sinitik.

Atau dengan kata lain, pengelompokan dibawah Tai-Kadai akan menjadi cabang dari bahasa Kalimantan-Filipina. Namun, tidak berada dari proposal tsb yang mendapat sambutan luas dari komunitas ilmu bahasa.

Contoh perbandingan kosakata dalam rumpun bahasa pada masing-masing wilayah[1]

Klasifikasi bahasa Jepang

Telah diajukan juga hipotesis bahwa bahasa Jepang mungkin adalah saudara jauh dari rumpun bahasa Austronesia. [Berada yang menggolongkan bahasa ini dalam rumpun bahasa Austronesia sesuai beberapa kata-kata dan fonologi bahasa Jepang. Namun yang lain berpendapat bahwa bahasa Jepang termasuk rumpun bahasa Altai dan terutama mirip dengan cabang bahasa Mongol. Bahasa Korea kemungkinan akbar termasuk rumpun bahasa yang sama pula. Bahasa Korea mirip dengan bahasa Jepang namun sejauh ini belum berada yang menghubungkannya dengan rumpun bahasa Austronesia. Namun perlu diberi catatan pula bahwa rumpun bahasa Altai masih dipertentangkan pula.

Untuk contoh adalah beberapa kata dari bahasa Jepang yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:

  • hi yang berfaedah api dan berasal dari *PAN (Proto-Austronesia): *Xapuy
  • ke yang berfaedah kayu

Beberapa kata dari bahasa Sikka - Maumere (Flores) yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:

  • ai yang berfaedah kayu
  • api yang berfaedah api

Hipotesis akan hubungn bahasa Jepang untuk saudara dari bahasa-bahasa Austronesia didorong oleh nyaris seluruh pakar ilmu bahasa karena hanya berada sedikit bukti akan hubungan selang bahasa Jepang dan rumpun bahasa Austronesia dan banyakan pakar bahasa berpikir bahwa kecocokan yang sedikit ini adalah hasil dari pengaruh bahasa-bahasa Austronesia pada bahasa Jepang, mungkin menempuh substratum. Mereka yang mengajukan skenario ini menyarankan bahwa rumpun bahasa Austronesia dulunya pernah meliputi pulau-pulau di utara dan selatan dari Taiwan. Lebih lanjut, tidak berada bukti genetis untuk hubungan yang dekat selang penutur bahasa-bahasa Austronesia dan bahasa-bahasa Japonik, sehingga apabila berada interaksi pra-sejarah selang penutur bahasa Austronesia purba dengan bahasa Japonik purba lebih mungkin interaksi itu adalah sebuah pertukaran budaya yang sederhana alih-alih percampuran etnis yang signifikan. Analisis genetis menunjukan secara konsisten bahwa orang-orang Ryukyu di selang Taiwan dan pulau-pulau utama Jepang lebih mirip dengan orang Jepang daripada orang asli Taiwan. Hal ini menyarankan bahwa apabila berada interaksi selang bangsa Austronesia purba dan bangsa Japonik purba, interaksi ini kemungkinan terjadi di benua Asia timur sebelum pengenalan bahasa-bahasa Austronesia ke Taiwan (atau setidaknya sebelum kepunahan hipotetis bahasa-bahasa Austronesia dari daratan Tiongkok), dan bahasa-bahasa Japonik ke Jepang.

Perbendaharaan kata

Rumpun bahasa Austronesia didefinisikan menggunakan cara perbandingan bahasa untuk menemukan kata-kata yang seasal, yaitu kata-kata yang mirip dalam bunyi dan definisi dan dapat ditunjukan berasal dari kata yang sama dari bahasa Austronesia purba menurut sebuah aturan yang regular. Beberapa kata seasal sangatlah stabil, untuk contoh kata untuk mata pada banyak bahasa-bahasa Austronesia adalah "mata" juga mulai dari bahasa sangat utara di Taiwan hingga bahasa sangat selatan di Aotearoa.

Di bawah disajikan untuk contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu hingga sepuluh dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca untuk taling (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ untuk pepet (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika berada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.

Basis Data Perbendaharan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia (pranala diberikan dibawah artikel) mencatat kata-kata (dikodekan menurut keseasalan) untuk lebih kurang 500 bahasa Austronesia.

Tipologi dan bentuk

Sukar untuk menarik sebuah generalisasi yang berfaedah tentang bahasa-bahasa yang menyusun rumpun yang seberagam rumpun bahasa Austronesia. Pada garis akbarnya, bahasa-bahasa Austronesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok bahasa: tipe Filipina, tipe Indonesia, dan tipe pasca-Indonesia [8]. Kelompok yang pertama diwatakkan dengan urutan kata kata kerja-pertama dan pengubahan suara gramatik ala bahasa Filipina, fenomena yang seringkali dirujuk untuk pemfokusan. Literatur yang mengadakan komunikasi mulai menjauhi penggunaan istilah ini karena banyak pakar bahasa merasa bahwa fenomena pada bahasa bertipe ini lebih berpihak kepada yang benar dikata untuk suara gramatik.

Bahasa-bahasa Austronesia umumnya menggunakan pengulangan kata.

Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan banyak fonem yang sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata dan kelompok konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Arab, bahasa Sanskerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.

Beberapa bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam bahasa Madura yang diduga diresap dari bahasa Sanskerta. Namun banyak para pakar yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sanskerta. Mereka berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.

Banyak penutur

Secara total banyak penutur bahasa Austronesia lebih kurang 300 juta jiwa. Berikut adalah bahasa-bahasa Austronesia diurutkan dari bahasa dengan penutur terbanyak.

Banyak penutur bahasa-bahasa Austronesia

Bahasa12345678910
Proto-Austronesia*esa/isa*duSa*telu*Sepat* lima*enem*pitu*walu*Siwa*sa-puluq
Paiwanitadusacelusepaclimaunempicualusivata-puluq
Tagalogisádalawátatlóápatlimáánimpitówalósiyámsampû
Ma'anyanIsa'ruehteloepatdimeenempituBalu'sueisapuluh
Bugisseddiduatéllueppalimaennengpituaruwaaseraseppulo
Malagasyiráyróatéloéfatradímyéninafítoválosívyfólo
Acehsaduwalheepeuetlimöngnamtujôhlapansikureuengplôh
Toba Bataksadaduatoluopatlimaonompituwalusiasampulu(baca: /m/ hilang, menjadi /sappulu/
Balisaduatelupapatlimaenempitukutussiadasa
Sasakesadueteluempatlimeenempitu’balu’siwa’sepulu
Jawa Kunasarwatelupatlimanempituwwalusangasapuluh
Jawa Barusijilorotelupapatlimanempituwolusangasepuluh
Sundahijiduatiluopatlimageneptujuhdalapansalapansapuluh
Madurasettongdhuatello'empa'léma'ennempétto'ballu'sanga'sapolo
Melayusatuduatigaempatlimaenamtujuhdelapansembilansepuluh
Minangkabauciékduotigoampéklimoanamtujuahsalapansambilansapuluah
Rapanuitahiruatoruharimaonohituva'uiva'ahuru
Hawaii`ekahi`elua`ekolu`eha:`elima`eono`ehiku`ewalu`eiwa`umi
Sinamaissahduahtalluhmpatlimahnnompitu'walu'siamsangpu
Gayosararoatuluopatlimeonompituwalohsiwahsepuluh
Sikka-Maumereharuateluhutulimaenapituwaluhiwapuluh
Torajamisada'duatallua'pa'limaannanpitukaruakaserasangpulo
Enrekangmesaduwatalluappa'limaannanpitukaruakaserasappulo
Dawan-Timormese'nuateounhanimne'hiutfa'unseabo'es
Rote-Oenaleesaruateluhalimanehitufalusiosanhulu
Kaili(Rai)- Sultengsaonguranduatatoluampaalimaaonopapituuvalusasiosampulu
Sabu- NTTahidueteluepalemienapiduaruheohemuru
Kei- Nodakusarutelvaklimnenfitwawsiwvut
 
BahasaBanyak Penutur
 Untuk Bahasa IbuUntuk Bahasa Formal
Bahasa Jawa76.000.000 
Bahasa Sunda20.000.000 
Bahasa Melayu19.000.000* 
Bahasa Indonesia25.000.000*220.000.000
Bahasa Tagalog24.000.00070.000.000
Bahasa Cebu15.000.00030.000.000
Bahasa Malagasy17.000.000 
Bahasa Batak14.000.000 
Bahasa Madura14.000.000 
Bahasa Ilokano8.000.00010.000.000
Bahasa Minangkabau7.000.000 
Bahasa Hiligaynon7.000.00011.000.000
Bahasa Bikol4.600.000 
Bahasa Banjar4.500.000 
Bahasa Bali4.000.000 
Bahasa Bugis4.000.000 
Bahasa Tetum800.000 
Bahasa Samoa370.000 
Bahasa Fiji350.000550.000
Bahasa Tahiti120.000 
Bahasa Tonga108.000 
Bahasa Māori100.000 
Bahasa Kiribati100.000 
Bahasa Chamorro60.000 
Bahasa M̧ajeļ44.000 
Bahasa Nauru6.000 
Bahasa Hawai'i1.0008.000

* Statistik untuk kedua bahasa diperdebatkan.

Status formal

Bahasa Austronesia terpenting ditilik dari status formalnya ialah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa formal di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), Malaysia, dan Brunei. Bahasa Indonesia juga berstatus bahasa kerja di Timor Leste m. Bahasa Filipina (Filipino), yang merupakan susunan baku dari bahasa Tagalog, adalah bahasa formal Filipina. Di Timor Leste, bahasa Tetum, yang juga termasuk sebuah bahasa Austronesia, menjadi bahasa formal di samping bahasa Portugis. Di Madagaskar, bahasa Malagasi adalah bahasa formal. Di Aotearoa (Selandia Baru), bahasa Maori juga memiliki status bahasa formal di samping bahasa Inggris.

Footnote

  1. ^ a b von Humboldt, Wilhelm; Johann Karl Eduard Buschmann (2010). Über Die Kawi-Sprache Auf Der Insel Jav: Bd. Über Die Kawi-Sprache. Über Den Malayischen Sprachstamm. Beilage Zur Einleitung Des Ersten Bandes. Nabu Press. p. 604. ISBN 1-143-43662-8 ISBN 978-1-143-43662-8. 
  2. ^ Vajracharya S. [//www.wako.ac.jp/souken/touzai_b04/tzb0407.html Malay Minority of Sri Lanka: Defending Their Identity]
  3. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  4. ^ Peter Bellwood, Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago, Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997
  5. ^ Diamond, Jared M (2000). Taiwan's gift to the world. (PDF). Nature 403:709-710.
  6. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  7. ^ Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.
  8. ^ Ross, John (2002). "Final words: research themes in the history and typology of western Austronesian languages" in Wouk, Fay & Malcolm Ross (Eds.) The history and typology of Western Austronesian voice systems (pp. 451-474). Canberra: Pacific Linguistics

Daftar referensi

  • Bellwood, Peter, 1979, Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory of Southeast Asia and Oceania, New York: Oxford University Press.
  • Bellwood, Peter, 1985, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Orlando, Florida: Academic Press.
  • Bellwood, Peter, 1987, The Polynesians: Prehistory of an Island People, New York: Oxford University Press.
  • P. Benedict, 1975, Austro-Thai Language and Culture. With a Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
  • O.C. Dahl, 1951, Malgache et Maanjan., Oslo: Egede Instituttet.
  • Dempwolff, Otto, 1956, Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Diamond, Jared, 1997, Guns, Germs and Steel, W.W. Norton & Company.
  • Isidore Dyen, 1956, “Language Distribution and Migration Theory”, di Language, 32: 611-626.
  • Fox, James J., 1995, Austronesian societies and their transformations, Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
  • Kern, Hendrik, 1956, Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Hendrik Kern, 1957, Berbagai-bagai Keterangan sesuai Ilmu Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Wolff, John U., "Comparative Austronesian Dictionary. An Introduction to Austronesian Studies", Language, vol. 73, no. 1, pp. 145-56, Mar 1997, ISSN-0097-8507

Pranala luar

  • (Inggris) Ethnologue : "Austronesian"
  • (Inggris) Basis Data Perbendaharaan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia
  • (Inggris) Summer Institute of Linguistics site showing languages (Austronesian and Papuan) of Papua New Guinea.
  • (Inggris) Austronesian Language Resources (tak berfungsi? dipindahkan?) (@ archive.org)
  • (Inggris) Spreadsheet of 1600+ Austronesian and Papuan number names and systems - ongoing study to determine their relationships and distribution
  • //www.trussel2.com/ACD/acd-lo_a.htm
  • //language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/research.php
  • //www.gbarto.com/languages/austronesian.html
  • //linguistics.byu.edu/classes/ling450ch/reports/austronesian.html

edunitas.com

Page 3

Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara hingga Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat hingga Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.

Istilah Austronesia

Austronesia mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia. Wilayah tsb meliputi Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berfaedah "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berfaedah "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berfaedah "pulau".

Jika bahasa Jawa di Suriname dibawa masuk, maka cakupan geografi juga meliputi daerah tsb. Studi juga menunjukkan beradanya masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[2].

Asal usul bangsa Austronesia

Untuk mendapat ide akan tanah cairan dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah cairan bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awal mulanya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [3]. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika beliau menulis:

..... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di selang bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.

Setidaknya sejak Sapir (1968), pakar bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari lahan dengan keberagaman bahasa yang akbar ke lahan dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa banyak dari cabang-cabang di selang bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari lebih kurang Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya berada sedikit perdebatan di selang para pakar bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.

Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan lebih kurang delapan ribu tahun yang lalu [4]. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, selanjutnya ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh anggota yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini berasal lebih kurang enam ribu tahun yang lalu [6]. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah selang dua periode ini.

Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dikemukakan oleh Fox (2004:8):

Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah cairan bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu di selang Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang untuk populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.

Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berakhir pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dipercakapkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia [7].

Penggolongan

Lebih kurang sulit untuk mendefinisikan bentuk kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan mengadakan komunikasi ketat dengan kesinambungan dialek yang akbar sehingga sukar untuk mengenali batas di selang cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang berada sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak geografisnya alih-alih dari keterkaitannya selang satu dengan yang lainnya. Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.

Famili bahasa-bahasa Formosa sebelum kolonisasi Cina, per Blust (1999).

Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan beliau juga mencantumkan sangat sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tsb. Beberapa pakar bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis akbar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa ketika ini. Dapat diamati bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.

Austronesia

  • Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq]
  • Formosa Timur
    • Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan)
    • Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya)
    • Barat Daya (Siraya)
  • Puyuma
  • Paiwan
  • Rukai
  • Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu)
  • Bunun
  • Dataran Rendah Barat
    • Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya)
    • Thao
  • Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh)
  • Malayo-Polinesia (Lihat di bawah)

Penggolongan bahasa cabang Melayu-Polinesia

Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)

Bahasa Melayu-Polinesia

  • Bahasa Kalimantan-Filipina atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Luar (Hesperonia Luar): terdiri dari banyak bahasa seperti Dayak Ngaju, Gorontalo, bahasa Bajau, bahasa-bahasa Minahasa, Tagalog, Cebuano, Hiligaynon, Ilokano, Kapampangan, Malagasi, dan Tausug
  • Bahasa Malayo-Polinesia Inti (Kemungkinan menyebar dari Pulau Sulawesi)
    • Bahasa Sunda-Sulawesi atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Dalam (Hesperonia Dalam), contoh: Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban, Sunda, Jawa, Bali, Chamoru, dan Palau
    • Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur
      • Bahasa Malayo-Polinesia Tengah atau bahasa Bandanesia: lebih kurang Laut Banda yaitu bahasa-bahasa di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan juga di Nodaku
      • Bahasa Malayo-Polinesia Timur atau dikata juga bahasa Melanesia

Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan banyak penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali.

Kekerabatan dengan rumpun bahasa yang lain

Hubungan-hubungan genealogis selang rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah diajukan dan umumnya dikata Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik dikemukakan bahwa semua bahasa di Tiongkok anggota selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga dikata Miao-Yao).

Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah untuk berikut:

Austrik

  • Austronesia
  • Tai-Kadai
  • Hmong-Mien
  • Austro-Asiatik

Para penutur keempat rumpun bahasa yang diduga berkerabat ini bermukim di daerah yang sekarang termasuk Tiongkok anggota selatan hingga kurang lebih pada selang tahun 2000 SM – 1000 SM. Kala itu suku bangsa Han, yang merupakan penutur bahasa Sino-Tibet, dari Tiongkok utara menyerbu ke selatan dan para penutur bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga untuk gagasan mengapa kaum Austronesia lalu bermigrasi ke Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan Samudra Pasifik lainnya.

Beberapa hipotesis filum Austrik juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Untuk contoh:

Austronesia purba*mata ‘mata
Austro-Asiatik purba*măt ‘mata'’
Tai-Kadai purba*taa ‘mata


Namun, satu-satunya proposal dari yang mematuhi cara perbandingan adalah hipotesis "Austro-Tai" yang menghubungkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Tai-Kadai. Roger Blench (2004:12) mengetakan tentang Austro-Tai bahwa:

Ostapirat mengasumsikan sebuah model sederhana dari sebuah perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] untuk orang-orang Austronesia yang menetap di daerah asalnya. Namun hal ini nampaknya tidak mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba dan tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa. Mungkin dapat lebih berpihak kepada yang benar dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi kembali dari Filipina utara ke daerah di pulau Hainan. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik untuk hasil dari penstrukturan ulang secara radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa Miao-Yao dan Sinitik.

Atau dengan kata lain, pengelompokan dibawah Tai-Kadai akan menjadi cabang dari bahasa Kalimantan-Filipina. Namun, tidak berada dari proposal tsb yang mendapat sambutan luas dari komunitas ilmu bahasa.

Contoh perbandingan kosakata dalam rumpun bahasa pada masing-masing wilayah[1]

Klasifikasi bahasa Jepang

Telah diajukan juga hipotesis bahwa bahasa Jepang mungkin adalah saudara jauh dari rumpun bahasa Austronesia. [Berada yang menggolongkan bahasa ini dalam rumpun bahasa Austronesia sesuai beberapa kata-kata dan fonologi bahasa Jepang. Namun yang lain berpendapat bahwa bahasa Jepang termasuk rumpun bahasa Altai dan terutama mirip dengan cabang bahasa Mongol. Bahasa Korea kemungkinan akbar termasuk rumpun bahasa yang sama pula. Bahasa Korea mirip dengan bahasa Jepang namun sejauh ini belum berada yang menghubungkannya dengan rumpun bahasa Austronesia. Namun perlu diberi catatan pula bahwa rumpun bahasa Altai masih dipertentangkan pula.

Untuk contoh adalah beberapa kata dari bahasa Jepang yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:

  • hi yang berfaedah api dan berasal dari *PAN (Proto-Austronesia): *Xapuy
  • ke yang berfaedah kayu

Beberapa kata dari bahasa Sikka - Maumere (Flores) yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:

  • ai yang berfaedah kayu
  • api yang berfaedah api

Hipotesis akan hubungn bahasa Jepang untuk saudara dari bahasa-bahasa Austronesia didorong oleh nyaris seluruh pakar ilmu bahasa karena hanya berada sedikit bukti akan hubungan selang bahasa Jepang dan rumpun bahasa Austronesia dan banyakan pakar bahasa berpikir bahwa kecocokan yang sedikit ini adalah hasil dari pengaruh bahasa-bahasa Austronesia pada bahasa Jepang, mungkin menempuh substratum. Mereka yang mengajukan skenario ini menyarankan bahwa rumpun bahasa Austronesia dulunya pernah meliputi pulau-pulau di utara dan selatan dari Taiwan. Lebih lanjut, tidak berada bukti genetis untuk hubungan yang dekat selang penutur bahasa-bahasa Austronesia dan bahasa-bahasa Japonik, sehingga apabila berada interaksi pra-sejarah selang penutur bahasa Austronesia purba dengan bahasa Japonik purba lebih mungkin interaksi itu adalah sebuah pertukaran budaya yang sederhana alih-alih percampuran etnis yang signifikan. Analisis genetis menunjukan secara konsisten bahwa orang-orang Ryukyu di selang Taiwan dan pulau-pulau utama Jepang lebih mirip dengan orang Jepang daripada orang asli Taiwan. Hal ini menyarankan bahwa apabila berada interaksi selang bangsa Austronesia purba dan bangsa Japonik purba, interaksi ini kemungkinan terjadi di benua Asia timur sebelum pengenalan bahasa-bahasa Austronesia ke Taiwan (atau setidaknya sebelum kepunahan hipotetis bahasa-bahasa Austronesia dari daratan Tiongkok), dan bahasa-bahasa Japonik ke Jepang.

Perbendaharaan kata

Rumpun bahasa Austronesia didefinisikan menggunakan cara perbandingan bahasa untuk menemukan kata-kata yang seasal, yaitu kata-kata yang mirip dalam bunyi dan definisi dan dapat ditunjukan berasal dari kata yang sama dari bahasa Austronesia purba menurut sebuah aturan yang regular. Beberapa kata seasal sangatlah stabil, untuk contoh kata untuk mata pada banyak bahasa-bahasa Austronesia adalah "mata" juga mulai dari bahasa sangat utara di Taiwan hingga bahasa sangat selatan di Aotearoa.

Di bawah disajikan untuk contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu hingga sepuluh dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca untuk taling (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ untuk pepet (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika berada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.

Basis Data Perbendaharan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia (pranala diberikan dibawah artikel) mencatat kata-kata (dikodekan menurut keseasalan) untuk lebih kurang 500 bahasa Austronesia.

Tipologi dan bentuk

Sukar untuk menarik sebuah generalisasi yang berfaedah tentang bahasa-bahasa yang menyusun rumpun yang seberagam rumpun bahasa Austronesia. Pada garis akbarnya, bahasa-bahasa Austronesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok bahasa: tipe Filipina, tipe Indonesia, dan tipe pasca-Indonesia [8]. Kelompok yang pertama diwatakkan dengan urutan kata kata kerja-pertama dan pengubahan suara gramatik ala bahasa Filipina, fenomena yang seringkali dirujuk untuk pemfokusan. Literatur yang mengadakan komunikasi mulai menjauhi penggunaan istilah ini karena banyak pakar bahasa merasa bahwa fenomena pada bahasa bertipe ini lebih berpihak kepada yang benar dikata untuk suara gramatik.

Bahasa-bahasa Austronesia umumnya menggunakan pengulangan kata.

Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan banyak fonem yang sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata dan kelompok konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Arab, bahasa Sanskerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.

Beberapa bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam bahasa Madura yang diduga diresap dari bahasa Sanskerta. Namun banyak para pakar yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sanskerta. Mereka berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.

Banyak penutur

Secara total banyak penutur bahasa Austronesia lebih kurang 300 juta jiwa. Berikut adalah bahasa-bahasa Austronesia diurutkan dari bahasa dengan penutur terbanyak.

Banyak penutur bahasa-bahasa Austronesia

Bahasa12345678910
Proto-Austronesia*esa/isa*duSa*telu*Sepat* lima*enem*pitu*walu*Siwa*sa-puluq
Paiwanitadusacelusepaclimaunempicualusivata-puluq
Tagalogisádalawátatlóápatlimáánimpitówalósiyámsampû
Ma'anyanIsa'ruehteloepatdimeenempituBalu'sueisapuluh
Bugisseddiduatéllueppalimaennengpituaruwaaseraseppulo
Malagasyiráyróatéloéfatradímyéninafítoválosívyfólo
Acehsaduwalheepeuetlimöngnamtujôhlapansikureuengplôh
Toba Bataksadaduatoluopatlimaonompituwalusiasampulu(baca: /m/ hilang, menjadi /sappulu/
Balisaduatelupapatlimaenempitukutussiadasa
Sasakesadueteluempatlimeenempitu’balu’siwa’sepulu
Jawa Kunasarwatelupatlimanempituwwalusangasapuluh
Jawa Barusijilorotelupapatlimanempituwolusangasepuluh
Sundahijiduatiluopatlimageneptujuhdalapansalapansapuluh
Madurasettongdhuatello'empa'léma'ennempétto'ballu'sanga'sapolo
Melayusatuduatigaempatlimaenamtujuhdelapansembilansepuluh
Minangkabauciékduotigoampéklimoanamtujuahsalapansambilansapuluah
Rapanuitahiruatoruharimaonohituva'uiva'ahuru
Hawaii`ekahi`elua`ekolu`eha:`elima`eono`ehiku`ewalu`eiwa`umi
Sinamaissahduahtalluhmpatlimahnnompitu'walu'siamsangpu
Gayosararoatuluopatlimeonompituwalohsiwahsepuluh
Sikka-Maumereharuateluhutulimaenapituwaluhiwapuluh
Torajamisada'duatallua'pa'limaannanpitukaruakaserasangpulo
Enrekangmesaduwatalluappa'limaannanpitukaruakaserasappulo
Dawan-Timormese'nuateounhanimne'hiutfa'unseabo'es
Rote-Oenaleesaruateluhalimanehitufalusiosanhulu
Kaili(Rai)- Sultengsaonguranduatatoluampaalimaaonopapituuvalusasiosampulu
Sabu- NTTahidueteluepalemienapiduaruheohemuru
Kei- Nodakusarutelvaklimnenfitwawsiwvut
 
BahasaBanyak Penutur
 Untuk Bahasa IbuUntuk Bahasa Formal
Bahasa Jawa76.000.000 
Bahasa Sunda20.000.000 
Bahasa Melayu19.000.000* 
Bahasa Indonesia25.000.000*220.000.000
Bahasa Tagalog24.000.00070.000.000
Bahasa Cebu15.000.00030.000.000
Bahasa Malagasy17.000.000 
Bahasa Batak14.000.000 
Bahasa Madura14.000.000 
Bahasa Ilokano8.000.00010.000.000
Bahasa Minangkabau7.000.000 
Bahasa Hiligaynon7.000.00011.000.000
Bahasa Bikol4.600.000 
Bahasa Banjar4.500.000 
Bahasa Bali4.000.000 
Bahasa Bugis4.000.000 
Bahasa Tetum800.000 
Bahasa Samoa370.000 
Bahasa Fiji350.000550.000
Bahasa Tahiti120.000 
Bahasa Tonga108.000 
Bahasa Māori100.000 
Bahasa Kiribati100.000 
Bahasa Chamorro60.000 
Bahasa M̧ajeļ44.000 
Bahasa Nauru6.000 
Bahasa Hawai'i1.0008.000

* Statistik untuk kedua bahasa diperdebatkan.

Status formal

Bahasa Austronesia terpenting ditilik dari status formalnya ialah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa formal di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), Malaysia, dan Brunei. Bahasa Indonesia juga berstatus bahasa kerja di Timor Leste m. Bahasa Filipina (Filipino), yang merupakan susunan baku dari bahasa Tagalog, adalah bahasa formal Filipina. Di Timor Leste, bahasa Tetum, yang juga termasuk sebuah bahasa Austronesia, menjadi bahasa formal di samping bahasa Portugis. Di Madagaskar, bahasa Malagasi adalah bahasa formal. Di Aotearoa (Selandia Baru), bahasa Maori juga memiliki status bahasa formal di samping bahasa Inggris.

Footnote

  1. ^ a b von Humboldt, Wilhelm; Johann Karl Eduard Buschmann (2010). Über Die Kawi-Sprache Auf Der Insel Jav: Bd. Über Die Kawi-Sprache. Über Den Malayischen Sprachstamm. Beilage Zur Einleitung Des Ersten Bandes. Nabu Press. p. 604. ISBN 1-143-43662-8 ISBN 978-1-143-43662-8. 
  2. ^ Vajracharya S. [//www.wako.ac.jp/souken/touzai_b04/tzb0407.html Malay Minority of Sri Lanka: Defending Their Identity]
  3. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  4. ^ Peter Bellwood, Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago, Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997
  5. ^ Diamond, Jared M (2000). Taiwan's gift to the world. (PDF). Nature 403:709-710.
  6. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  7. ^ Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.
  8. ^ Ross, John (2002). "Final words: research themes in the history and typology of western Austronesian languages" in Wouk, Fay & Malcolm Ross (Eds.) The history and typology of Western Austronesian voice systems (pp. 451-474). Canberra: Pacific Linguistics

Daftar referensi

  • Bellwood, Peter, 1979, Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory of Southeast Asia and Oceania, New York: Oxford University Press.
  • Bellwood, Peter, 1985, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Orlando, Florida: Academic Press.
  • Bellwood, Peter, 1987, The Polynesians: Prehistory of an Island People, New York: Oxford University Press.
  • P. Benedict, 1975, Austro-Thai Language and Culture. With a Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
  • O.C. Dahl, 1951, Malgache et Maanjan., Oslo: Egede Instituttet.
  • Dempwolff, Otto, 1956, Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Diamond, Jared, 1997, Guns, Germs and Steel, W.W. Norton & Company.
  • Isidore Dyen, 1956, “Language Distribution and Migration Theory”, di Language, 32: 611-626.
  • Fox, James J., 1995, Austronesian societies and their transformations, Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
  • Kern, Hendrik, 1956, Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Hendrik Kern, 1957, Berbagai-bagai Keterangan sesuai Ilmu Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Referensi Rakyat.
  • Wolff, John U., "Comparative Austronesian Dictionary. An Introduction to Austronesian Studies", Language, vol. 73, no. 1, pp. 145-56, Mar 1997, ISSN-0097-8507

Pranala luar

  • (Inggris) Ethnologue : "Austronesian"
  • (Inggris) Basis Data Perbendaharaan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia
  • (Inggris) Summer Institute of Linguistics site showing languages (Austronesian and Papuan) of Papua New Guinea.
  • (Inggris) Austronesian Language Resources (tak berfungsi? dipindahkan?) (@ archive.org)
  • (Inggris) Spreadsheet of 1600+ Austronesian and Papuan number names and systems - ongoing study to determine their relationships and distribution
  • //www.trussel2.com/ACD/acd-lo_a.htm
  • //language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/research.php
  • //www.gbarto.com/languages/austronesian.html
  • //linguistics.byu.edu/classes/ling450ch/reports/austronesian.html

edunitas.com

Page 4

Peta penyebaran bahasa Cina-Tibet (warna merah)

Rumpun bahasa Cina-Tibet adalah sebuah rumpun bahasa hipotetis yang ada anggota sekitar 250 bahasa dan dipertuturkan di Asia Timur. Secara absolut banyak penutur bahasa-bahasa ini, adalah kedua setelah bahasa-bahasa Indo-Eropa. Bahasa-bahasa ini cenderung adalah bahasa nada.

Daftar bahasa

Beberapa berbakat bahasa berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai, juga adalah anggota rumpun bahasa ini yang diperluas. Namun semakin banyak yang berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai berkerabat dengan bahasa-bahasa Austronesia.

Lihat pula


edunitas.com

Page 5

Peta penyebaran bahasa Cina-Tibet (warna merah)

Rumpun bahasa Cina-Tibet adalah sebuah rumpun bahasa hipotetis yang ada anggota sekitar 250 bahasa dan dipertuturkan di Asia Timur. Secara absolut banyak penutur bahasa-bahasa ini, adalah kedua setelah bahasa-bahasa Indo-Eropa. Bahasa-bahasa ini cenderung adalah bahasa nada.

Daftar bahasa

Beberapa berbakat bahasa berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai, juga adalah anggota rumpun bahasa ini yang diperluas. Namun semakin banyak yang berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai berkerabat dengan bahasa-bahasa Austronesia.

Lihat pula


edunitas.com

Page 6

Peta penyebaran bahasa Cina-Tibet (warna merah)

Rumpun bahasa Cina-Tibet adalah sebuah rumpun bahasa hipotetis yang ada anggota sekitar 250 bahasa dan dipertuturkan di Asia Timur. Secara absolut banyak penutur bahasa-bahasa ini, adalah kedua setelah bahasa-bahasa Indo-Eropa. Bahasa-bahasa ini cenderung adalah bahasa nada.

Daftar bahasa

Beberapa berbakat bahasa berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai, juga adalah anggota rumpun bahasa ini yang diperluas. Namun semakin banyak yang berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai berkerabat dengan bahasa-bahasa Austronesia.

Lihat pula


edunitas.com

Page 7

Peta penyebaran bahasa Cina-Tibet (warna merah)

Rumpun bahasa Cina-Tibet adalah sebuah rumpun bahasa hipotetis yang ada anggota sekitar 250 bahasa dan dipertuturkan di Asia Timur. Secara absolut banyak penutur bahasa-bahasa ini, adalah kedua setelah bahasa-bahasa Indo-Eropa. Bahasa-bahasa ini cenderung adalah bahasa nada.

Daftar bahasa

Beberapa berbakat bahasa berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai, juga adalah anggota rumpun bahasa ini yang diperluas. Namun semakin banyak yang berpendapat bahwa bahasa-bahasa Tai-Kadai berkerabat dengan bahasa-bahasa Austronesia.

Lihat pula


edunitas.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA