Raja yang terkenal pada kerajaan Tarumanegara

JAKARTA - Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-4 dan runtuh pada abad ke-7. Letak kerajaan ini di dekat Sungai Citarum. Kerajaan Tarumanegara juga menjadi salah satu kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Pendirianya adalah Maharesi Jayasingawarman, seorang maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang.

Nama Tarumanegara berasal dari dua kata yaitu Taruma yang berarti nama sungai yang membelah di Jawa Barat dan Nagara yang berarti kerajaan atau negara.

Raja Jayasingawarman memerintah dari tahun 358 Masehi sampai 328 Masehi dan selanjutnya memilih menjadi petapa. Kepemimpinannya lantas dilanjutkan oleh Raja Dharmayawarman.

Selama berdiri, kerajaan ini dipimpin oleh 12 raja, yaitu Jayasingawarman, Dharmayawarman, Purnawarman, Wisnuwarman, Indrawarman, Candrawarman, Kertawarman, Sudhawarman, Hariwangsawarman, Nagajayawarman, dan Linggawarman.

Baca juga: 3 Kerajaan yang Pernah Berkuasa di Tanah Sunda, Salah Satunya Ditaklukkan Kesultanan Islam

Pada masa pemerintahan kedua belas raja tersebut, tercatat Kerajaan Tarumanegara memiliki raja yang terkenal membawa kerajaan pada masa keemasannya. Raja tersebut adalah Raja Purnawarman.

Baca juga: 3 Raja dengan Anak Terbanyak di Dunia, Ada yang Jumlahnya Sampai Ribuan

Raja Purnawarman merupakan raja ketiga yang memimpin Tarumanegara. Ia adalah putra Maharaja Dharmawayan sekaligus cucu Jayasingawarman. Ia bergelar Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhima Prakarma Suryamaha Purusa Jagatpati.

Raja Purnawarman memimpin pada tahun 395-434 Masehi, dan berusia 23 tahun saat menerima takhta. Raja Purnawarman ini merupakan sosok raja yang bijaksana, gagah, berani dan sangat memperhatikan kehidupan raktyatnya. Ia pernah menyumbangkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.

Pada 397 Masehi, Purnawarman berhasil membangun ibu kota bernama “Sundapura”, letaknya di daerah dekat pantai. Ia juga berhasil menguasai 48 kerajaan daerah, yang jika digambarkan wilayah yang berhasil dikuasai kerajaan itu meliputi hampir seluruh Jawa Barat, Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon.

Kerajaan-kerajaan bawahan itu setiap tahun selalu membawa upeti kepada Raja Purnawarman. Selain itu, Purnawarman juga telah menjalin hubungan diplomatik perdangangan dan pelayaran dengan Cina.

Semasa hidupnya, Raja Purnawarman membuat prasasti mengenai perjuangan dan pencapaiannya. Beberapa prasasti tersebut di antaranya, Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, dan Prasasti Cidanghiang.

Baca juga: 4 Raja di Masa Lalu yang Punya Banyak Istri, Rata-Rata Ratusan Orang

  • #Raja Purnawarman
  • #raja
  • #Kerajaan Tarumanegara

Suara.com - Berbicara sejarah Indonesia tak akan lepas dari kerajaan-kerajaan terdahulu. Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu yang terbesar dan memiliki masa kejayaan cukup lama di Indonesia.

Setidaknya, Kerajaan Tarumanegara ini berdiri pada abad ke-4 dan runtuh pada abad ke-7 masehi. Seperti apa sejarah Kerajaan Tarumanegara?

Kali ini Suara.com mengajak Anda untuk mengenal lebih dekat dengan Kerajaan Tarumanegara. Baik dari sejarah, raja-raja yang memerintah hingga masa kejayaan dan masa keruntuhan Kerajaan Tarumanegara.

Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Baca Juga: Warga Sidoarjo Temukan Struktur Bata Kuno Peninggalan Kerajaan Jenggala

Jika dilihat sejarahnya, Kerajaan Tarumanegara sebenarnya bermula pada saat Maharesi Jayasingawarman dari Salankayana, India, datang ke Indonesia. Kedatangannya disambut oleh Raja Dewawarman ke-7 di Kerajaan Salakanagara.

Jayasingawarman kemudian dinikahkan dengan putrinya, dan membuka wilayah  pada tahun 358 Masehi. Berdirilah Kerajaan Tarumanegara. Raja Jayasingawarman sendiri berkuasa setidaknya selama 24 tahun, dan menutup usia pada tahun 382 Masehi.

Pemerintahan Kerajaan Tarumanegara tersebut kemudian diteruskan oleh Dharmayawarman. Menurut urutannya, berikut ini daftar raja Kerajaan Tarumanegara setelah Jayasingawarman dan Dharmayawarman adalah sebagai berikut:

  1. Purnawarman 395 - 434 M
  2. Wisnuwarman 434 - 455 M
  3. Indrawarman 455 - 515 M
  4. Candrawarman 515 - 561 M
  5. Suryawarman 535 - 561 M
  6. Kertawarman 561 - 628 M
  7. Sudhawarman 628 - 639 M
  8. Hariwangsawarman 639 - 640 M
  9. Nagajayawarman 640 - 666 M
  10. Linggawarman 666 - 669 M
Prasasti Tugu, peninggalan Kerajaan Tarumanegara. (Foto: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara

Berdasarkan literasi dokumen dan peninggalan Kerajaan Tarumanegara, diketahui masa kejayaannya dialami ketika pemerintahan Raja Purnawarman. Masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara terjadi sekitar 395 - 434 Masehi.

Baca Juga: Cikal Bakal Lokasi Kerajaan Banten, Ternyata Dari Pedalaman Pesisir

Pada tahun 397 Masehi, dibangunlah ibu kota Kerajaan Tarumanegara yang letaknya di dekat pantai, di daerah Sundapura. Tak hanya membangun ibu kota, sungai dengan nama Gomati juga digali untuk mencegah bencana alam.

Kejadian itu diceritakan dalam Prasasti Tugu. Salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanegara itu menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru. Disebutkan di sana bahwa penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.

Selain itu, Raja Purnawarman juga memberikan sedekah sejumlah 1000 ekor sapi pada seorang Brahmana sebagai wujud baktinya. Terdapat 48 wilayah kerajaan yang dikuasai dan bergerak di bawah pemerintahannya, mulai dari area Jawa Barat hingga ke Cirebon.

Tidak hanya melakukan menjalin kerja sama dengan daerah sekitar. Kerajaan Tarumanegara juga memiliki hubungan bilateral lintas samudra. Kerajaan Tarumanegara bekerja sama dengan Cina dalam sektor perdagangan.

Sehingga tak heran pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, Tarumanegara memiliki ekonomi yang cenderung kuat.

Masa Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara

Kemunduran kerajaan ini nampak terjadi ketika berkuasanya Raja Linggawarman. Ia kemudian wafat pada tahun 669 Masehi.

Tampuk kekuasaan Kerajaan Tarumanegara kemudian diwariskan pada sang menantu, Tarusbawa. Namun malang, Tarusbawa justru lebih ingin mengembangkan kerajaannya sendiri, yakni Kerajaan Sunda.

Sedikit informasi mengenai Kerajaan Tarumanegara tadi semoga bisa memberikan insight baru untuk Anda semua. Selamat menjalankan aktivitas, dan selalu terapkan protokol kesehatan ketat setiap saat. 

Kontributor : I Made Rendika Ardian

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Untuk universitas di Jakarta, lihat Universitas Tarumanagara.

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma (bahasa Sunda: ᮊᮛᮏᮃᮔ᮪ ᮒᮛᮥᮙ, translit. Karajaan Taruma) adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-5 hingga abad ke-7 M.[1] Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.[2] Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Ci Tarum. Pada muara Ci Tarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.[3][4]

Tarumanagara


358–669

Wilayah Tarumanagara

Ibu kotaSundapuraBahasa yang umum digunakanSanskerta, Sunda KunoAgama

Hindu dan BuddhaPemerintahanMonarkiMaharaja 

• 358-382

Jayasingawarman

• 666-669

Linggawarman Sejarah 

• Didirikan

358

• Invasi Sriwijaya

669

Didahului oleh
Digantikan oleh
Kebudayaan Buni
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sunda
Sekarang bagian dari
 
Indonesia

Prasasti Tugu di Museum Nasional

 

Prasasti Ciaruteun yang ditemukan di sungai Tjiaroeteun dekat Bogor, difoto sebelum tahun 1900.

Sejarah Kerajaan Tarumanegara bersumber dari sejumlah prasasti yang berasal dari abad ke-5 Masehi. Prasasti tersebut diberi nama berdasarkan lokasi penemuannya, yaitu prasasti Ciaruteun, prasasti Pasir Koleangkak, prasasti Kebonkopi, prasasti Tugu, prasasti Pasir Awi, prasasti Muara Cianten, dan prasasti Cidanghiang. Prasasti menyebutkan nama raja yang berkuasa adalah Purnawarman.[5][6][7]

Prasasti Kebon Kopi (Prasasti Tapak Gajah)

Lokasi prasasti ini di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti ini ditemukan pada awal abad XIX oleh N.W. Hoepermans, tertulis pada bongkahan andesit rata dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Dinamakan prasasti Tapak Gajah karena diapit oleh sepasang gambar kaki telapak gajah. Pahatan pada prasasti ini tidak terlalu dalam sehingga seiring dengan bertambahnya waktu tulisan pada prasasti sulit untuk terbaca.[8]

Alih aksara:

"-- -- jayavisalasya tarume(ndra)sya ha(st)ina? -- -- (°aira) vatabhasya vibhatidam=padadvaya? ||" yang artinya “Di sini tampak sepasang tapak kaki ... yang seperti (tapak kaki) Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam ... dan (?) kejayaan”.[8][9]

Prasasti Tugu

Lokasi saat ini Prasasti Tugu di Kampung Batu Tumbuh, Kelurahan Tugu, Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini keluar pada masa pemerintahan Punawarman ditemukan pada abad ke-X Masehi tertulis dalam bahasa Sanskerta, aksara Pallawa dalam bentuk sloka dengan metrum anustubh. Dari sekian prasasti yang ditemukan saat pemerintahan raja Purnawarman, prasasti Tugu adalah yang terlengkap walaupun tidak menuliskan angka tahun.[10]

Prasasti Tugu menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.[11]

Prasasti Cidanghiang (Prasasti Munjul)

Lokasi prasasti ini di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kapubaten Pandeglang. Lokasinya masih insitu, ditemukan di tepi sungai Cidanghiang. Pada prasasti ini tertulis dalam bahasa Sanskerta, dengan aksara Pallawa dan metrum anustubh, tampak keausan dan permukaan yang ditutupi lumut pada permukaan prasasti ini namun tulisan masih dapat dibaca.[12] Isi dari prasasti ini merupakan pujian dan pengagungan terhadap raja Purnawarman. Prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1947 oleh Toebagus Roesjan dan diteliti pada tahun 1947.[13]

Alih aksara dari prasasti yaitu:

(1) "vikranto ‘yam vanipateh | prabhuh satyapara[k]ramah" yang berarti "Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguhnya dari Raja Dunia" (2) "narendraddhavajabhutena | srimatah purnnavarmanah" yang berarti "Yang Mulia Purnnawarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja”.[12]

Prasasti Ciaruteun

Lokasi Prasasti Ciaruteun di Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor[14] ditemukan di aliran Sungai Ciaruteun, Bogor pada tahun 1863, prasasti ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Prasasti Ciaruteun A yang tertulis dengan bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa terdiri atas 4 baris puisi India (irama anustubh) , dan Prasasti Ciaruteun B berisikan goresan telapak kaki dan motif laba-laba yang belum diketahui maknanya, Menurut juru kunci Prasasti Ciaruteun, simbol yang terdapat pada prasasti tersebut menandakan Raja Purnawarman yang gagah perkasa dan berkuasa.[15][16] Prasasti ini memiliki ukuran 2 meter dengan tinggi 1.5 meter, berbobot 8 ton.[17]

Alih aksara dari prasasti ini yaitu:

Baris pertama: vikkrantasya vanipateh

Baris kedua: srimatah purnnavarmmanah

Baris ketiga: tarumanagarendrasya

Baris keempat: visnor=iva padadvayam ||[18]

Artinya:

“Inilah sepasang (telapak) kaki, yang seperti (telapak kaki) Dewa Wisnu, ialah telapak kaki Yang Mulia Purnnawarman, raja di negara Taruma (Tarumanagara), raja yang gagah berani di dunia”.[18]

Berdasarkan pesan yang terdapat pada Prasasti Ciaruteun kita mengetahui bahwa prasasti ini dibuat pada abad ke-V dan menginformasikan bahwa pada masa lalu terdapat Kerajaan Tarumanagara yang dipimpin oleh Raja Purnawarmanyang memuja Dewa Wisnu yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, terbukti pada nama raja yang berakhiran -warman,[7] dan tapak kaki yang menandakan kuasa pada zamannya.[17][16] Pada tahun 1863, prasasti ini sempat hanyut diterjang banjir sehingga tulisan yang ada menjadi terbalik, kemudian pada 1903 prasasti ini dikembalikan ke tempat semula, dan pada 1981 barulah prasasti ini dilindungi.[17]

Prasasti Muara Cianten

Lokasi Prasasti Muara Cianten di Kampung Muara, Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. [19] Prasasti ini ditemukan pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans dan beberapa tokoh lainnya, ukuran Prasasti Muara Cianten sekitar 2,7 x 1.4 x 1.4 meter dengan jenis batu andesit, hingga saat ini isi prasasti ini belum dapat dibawa sebab menggunakan huruf sangkha atau ikal seperti huruf pada Prasasti Pasir Awi dan Ciaruteun B.[20]

Prasasti Jambu (Prasasti Pasir Koleangkak)

Lokasi Prasasti Jambu di Desa Parakanmuncung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, tempat ditemukannya prasasti ini merupakan Perkebunan Karet Sadeng Djamboe pada masa Kolonial Belanda, Prasasti ini ditemukan pada tahun 1854 oleh Jonathan Rigg, diduga dibuat pada abad ke-V. Tulisan pada prasasti ini dipahat pada batu menyerupai segitiga berukuran sekitar 2-3 meter tiap sisinya, tertulis dalam huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta dan terdapat pahatan sepasang telapak kaki.[21]

Alih aksara dari prasasti ini yaitu:

śrīmān=dātā kṛtajño narapatir=asamo yah purā [tā]r[ū]māya[ṃ] / nāmnā śrīpūrṇṇavarmmā pracuraripuṡarābhedadyavikhyātavarmmo / tasyedam=pādavimbadbadvayam=arinagarotsāda ne nityadakṣam / bhaktānām yandripāṇām=bhavati sukhakaraṃ śalyabhūtaṃ ripūṇām.[22]

Arti dari aksara ini yaitu:

“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin yang tiada taranya – Yang Termashur Sri Purnnawarman – yang sekali waktu (memerintah) di Taruma, dan yang baju zirahnya terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang telapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya”.[22]

Berita dari Luar Negeri

Sumber berita lain yang membuktikan berdirinya Kerajaan Tarumanagara berasal dari berita Cina, berupa catatan perjalanan Fa-Hien (penjelajah dari Cina) dalam bentuk buku dengan judul "Fa-Kuo-Chi" menyebutkan bahwa pada awal abad ke-5 M, di Ye-Po-Ti banyak orang Brahmana dan animisme.[23] Pada tahun 414 M Fa-Hien datang ke tanah Jawa untuk membuat catatan sejarah kerajaan To-lo-mo (Kerajaan Tarumanagara), dan singgah di Ye-Po-Ti selama 5 bulan.[24] Selain itu, berita Dinasti Sui menuliskan bahwa pada tahun 528 dan 535, utusan To-lo-mo telah datang dari sebelah selatan. Berita Dinasti Tang menuliskan bahwa pada tahun 666 dan 669 utusan To-lo-mo telah datang. Dari berita tersebut dapat diketahui bahwa Kerajaan Tarumanagara berkembang antara tahun 400-600 M, yang pada saat itu masa kepemimpinan Raja Purnawarman dengan wilayah kekuasaan hampir seluruh Jawa Barat.[24]

Naskah Wangsakerta

Naskah Wangsakerta menjadi polemik di kalangan sejarawan, sebab naskah-naskah ini diragukan keasliannya sehingga sulit untuk dijadikan patokan sejarah. Sebelumnya, pada tahun 1980-an polemik di majalah, surat kabar, kalangan arkeolog terjadi bahkan sampai diangkat ke percaturan nasional. Penulisan Naskah Wangsakerta berlangsung selama 21 tahun dibawah pimpinan Pangeran Wangsakerta menggunakan kertas daluang dan tinta hitam dan bertahan selama 100 tahun, dapat dikatakan bahwa naskah yang ada di Museum Sri Baduga merupakan naskah salinan. Isi dari naskah ini mendeskripsikan mengenai sejarah pulau-pulau di Nusantara. Bahkan uraian sejarah tertulis lengkap dan terperinci mulai dari kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara hingga daftar raja-raja yang memerintah lengkap beserta angka tahun pemerintahannya tertulis secara rinci. Naskah Wangsakerta terdiri atas 5 karangan dengan judul Carita Parahyangan, Nagarakrebhumi, Pustaka Dwipantaraparwa, Pustaka Pararatwan, Pustaka i Bhumi Jawadwipa dan Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara. Polemik muncul sebab naskah-naskah ini tergolong modern dan begitu lengkap.[25]

 

Candi Jiwa di situs Percandian Batujaya

Penginggalan-peninggalan pada masa Kerajaan Tarumanagara berupa 7 prasasti dan artefak lainnya, sebagai berikut:

Nama situs Artefak Keterangan
Kampung Muara[26] Menhir (3)
Batu dakon (2)
Arca batu tidak berkepala
Struktur Batu kali
Kuburan (tua)
Ciampea[27] Arca gajah (batu) Rusak berat
Gunung Cibodas[28] Arca Terbuat dari batu kapur
3 arca berdiri
arca raksasa
arca (?) Fragmen
Arca dewa
Arca dwarapala
Arca Brahma Duduk diatas angsa
(Wahana Hamsa)
dilengkapi padmasana
Arca (berdiri) Fragmen kaki dan lapik
(Kartikeya?)
Arca singa (perunggu) Mus.Nas.no.771
Tanjung Barat[28] Arca Siwa (duduk) perunggu Mus.Nas.no.514a
Tanjungpriok[28] Arca Durga-Kali Batu granit Mus.Nas. no.296a
Tidak diketahui Arca Rajaresi[29] Mus.Nas.no.6363
Cilincing sejumlah besar pecahan settlement pattern
Buni perhiasan emas dalam periuk settlement pattern
Tempayan
Beliung
Logam perunggu
Logam besi
Gelang kaca
Manik-manik batu dan kaca
Tulang belulang manusia
Sejumlah besar gerabah bentuk wadah
Batujaya (Karawang) Unur (hunyur) sruktur bata Percandian
Segaran I
Segaran II
Segaran III
Segaran IV
Segaran V
Segaran VI
Talagajaya I
Talagajaya II
Talagajaya III
Talagajaya IV
Talagajaya V
Talagajaya VI
Talagajaya VII
Cibuaya[30] Arca Wisnu I
Arca Wisnu II
Arca Wisnu III
Lemah Duwur Wadon Candi I
Lemah Duwur Lanang Candi II
Pipisan batu

Kerajaan Tarumanagara dipimpin oleh 12 raja, raja terakhir yaitu Raja Linggawarman pada tahun 669 M. Kerajaan Tarumanagara jatuh pada menantu dari putri sulungnya yaitu Tarusbawa dari Sunda,Tarusbawa lebih menginginkan kerajaannya sediri yaitu Sunda.[31] Namun, hingga hari in belum diketahui secara pasti kapan Kerajaan Tarumanagara berakhir.[32]

Kehidupan politik pada masa Kerajaan Tarumanagara diketahui berdasarkan prasasti yang telah ditemukan, berdasarkan prasasti tersebut raja yang berhasil meningkatkan kehidupan rakyat adalah Raja Purnawarman, dalam prasasti tugu yang menuliskan bahwa penggalian kali yang dilakukan membuat kehidupan rakyat makmur dan merasa aman. Selanjutnya kondisi sosial pada masa pemerintahan Raja Purnawarman terus meningkat dengan memperhatikan kedudukan kaum Brahmana sebagai tanda penghormatan kepada para dewa, agama yang dianut oleh Raja Purnawarman dan rakyatnya adalah Hindu Siwa dengan kaum Brahmana sebagai pemegang peran penting dalam upacara. Sikap toleransi beragama pada masa ini cukup tinggi dibuktikan dengan adanya agama Budha dan agama nenek moyang (animisme). Prasasti tugu menuliskan bahwa Raja Purnawarman membuat terusan 6122 tombak yang dipergunakan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan perdagangan dengan daerah sekitarnya, hal ini menandakan kehidupan ekonomi rakyatnya tertata rapi. Kehidupan budaya pada masa itu sudah tinggi, ditandai dengan teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti yang memperlihatkan perkembangan budaya tulis menulis.[24]

  • Kerajaan Galuh
  • Kerajaan Sunda
  • Kerajaan Pajajaran
  • Kerajaan Sumedang Larang

  1. ^ Aris Munandar, Agus (2011). Indonesia Dalam Arus Sejarah 2: Kerajaan Hindu - Buddha. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. hlm. 60.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ Media, Kompas Cyber. "Jelaskan Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara, Jawaban Belajar di Rumah TVRI Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  3. ^ Komplek Percandian Batujaya Tempat Lahirnya Peradaban di Tatar Sunda, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006
  4. ^ "Kerajaan Tarumanagara | Surau Foundation". surau.or.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-28. Diakses tanggal 2020-08-02. 
  5. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (Ed.) (2008). Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno (Awal M–1500 M). Jakarta: Balai Pustaka.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
  6. ^ Mustinda, Lusiana. "Begini Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara". detikTravel. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  7. ^ a b PeoplePill. "Purnawarman: King of Tarumanagara | Biography, Facts, Career, Wiki, Life". PeoplePill (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-02. 
  8. ^ a b "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-03. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  9. ^ bpcbbanten (2019-12-23). "Prasasti Kebon Kopi (Prasasti Tapak Gajah)". Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-08. 
  10. ^ MNI (2019-08-21). "Prasasti Tugu". Museum Nasional (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-01. 
  11. ^ "Peninggalan Kerajaan Tarumanegara Berupa Prasasti, Apa Saja, ya, Prasastinya? - Semua Halaman - Bobo". bobo.grid.id. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  12. ^ a b "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-03. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  13. ^ Banten, Kabar (2017-11-24). "Prasasti Cidanghiyang Munjul, Pujian bagi Raja Purnawarman". Diakses tanggal 2020-08-01. 
  14. ^ "Misteri Prasasti Ciaruteun di Kabupaten Bogor, Tak Kunjung Terpecahkan | Bogor-Kita.com". Diakses tanggal 2020-08-02. 
  15. ^ "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-03. Diakses tanggal 2020-08-02. 
  16. ^ a b Liputan6.com (2002-05-22). "Prasasti Ciaruteun, Simbol Kebesaran Raja Punawarman". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-08-02. 
  17. ^ a b c "Prasasti Ciaruteun, Jejak Kerajaan Tarumanagara di Bogor". Holamigo - Portal Travel Indonesia. 2020-03-01. Diakses tanggal 2020-08-02. [pranala nonaktif permanen]
  18. ^ a b bpcbbanten (2019-12-23). "Prasasti Ciaruteun". Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-08. Diakses tanggal 2020-08-02. 
  19. ^ "Prasasti Muara Cianten-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat". www.disparbud.jabarprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-25. Diakses tanggal 2020-08-02. 
  20. ^ "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-03. Diakses tanggal 2020-08-02. 
  21. ^ "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-08. Diakses tanggal 2020-08-02. 
  22. ^ a b bpcbbanten (2019-12-23). "Prasasti Jambu (Prasasti Pasir Koleangkak)". Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-02. 
  23. ^ "Portal Sejarah Indonesia dan Dunia: Sejarah Kerajaan Tarumanegara: Ringkasan Komplet". Portal Sejarah Indonesia dan Dunia. Diakses tanggal 2020-08-03. 
  24. ^ a b c Thabroni, Gamal (2020-07-28). "Kerajaan Tarumanegara: Sejarah, Kejayaan, Silsilah, Keruntuhan, dsb". serupa.id. Diakses tanggal 2020-08-03. 
  25. ^ Lubis, Nina (2002, Februari). "Kontroversi Tentang Naskah Wangsakerta" (PDF). Humaniora. 14 (1): 20–26.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
  26. ^ "Ini 7 Prasasti Bukti Kerajaan Tarumanegara, Materi Belajar dari Rumah TVRI". suara.com. 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-08-03. 
  27. ^ "Prasasti Ciaruteun, Jejak Kerajaan Tarumanagara di Bogor". Holamigo - Portal Travel Indonesia. 2020-03-01. Diakses tanggal 2020-08-03. [pranala nonaktif permanen]
  28. ^ a b c "Kerajaan Tarumanagara - Sejarah, Letak, Raja, Runtuhnya, Peninggalan". StudioBelajar.com (dalam bahasa Inggris). 2020-07-29. Diakses tanggal 2020-08-03. 
  29. ^ "Tarumanagara - 400 M". Diakses tanggal 2020-08-03. 
  30. ^ Wirata, I. Wayan (2020-03-13). "17 Peninggalan Kerajaan Tarumanegara (Candi, Prasasti, Arca) - Lengkap • Katamasa". Katamasa. Diakses tanggal 2020-08-03. 
  31. ^ "Kerajaan Tarumanegara". Tribunnewswiki.com. Diakses tanggal 2021-08-03. 
  32. ^ infid (2017-12-09). "Kingdom of Tarumanagara". infid.be (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-03. 

  1. Richadiana Kartakusuma (1991), Anekaragam Bahasa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Bahasa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Arkeologi). Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
  2. Dinas Purbakala R.I (1964) Laporan Tahunan 1954 Dinas Purbakala Republik Indonesia. Djakarta: Dinas Purbakala
  3. J.L.Moens (1940)"was Purnawarman van Taruma een Sanjaya?" TBG.81
  4. J. noorduyn and H.Th.Verstappen (1972), "Purnawarman's River-works near Tugu" BKI 128:298-307
  5. R.M.Ng.Poerbatharaka (l952), Riwayat Indonesia I. Djakarta: Jajasan Pembangunan
  6. Soetjipto Wirjosuparto (1963), The Second Wisnu Image of Cibuaya, West Jawa, MISI. I/2: 170-87
  7. Teguh Asmar (1971), "Preliminary Report on Recent Excavation near the Kenon Kopi Inscription (Kampung Muara)" Manusia Indonesia V(4-6), l971:416-424;
  8. Teguh Asmar (l971) "The Megalithic Tradition" dalam Haryati Soebadio et.al.(editor) Dynamic of Indonesian History, Amsterdam. 1978:29-40
  9. W.P.Groeneveldt, Catalogus der Archaeologische Verzameling van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Batavia l887
  10. N.J.Krom "inventaris der Hindoe-Oudheden" ROD 1914-1915.
  11. Hasan Djafar "Pemukiman-Pemukiman Kuno di Daerah akarta dn Sekitarnya" makalah pada Dskusi Ilmiah Arkeologi VI, Jakarta 11-12 Februari 1988. IAAI Komda Jawa Barat.
  12. Van der Hoop Catalogus der Prehistorische Verzameling. 1941.
  13. R.P.Soejono "Indonesia (REgional REport)" Asian Perspectives VI, 1962: 23-24
  14. I Made Sutayasa (l970) "Gerabah Prasedjarah dari Djawa Barat Utara (kompleks Bun), makalah pada Seminar Sjarah Nasional II
  15. Jurusan Arrkeologi FSUI (l985/1986), Peninggalan Purbakala di Batujaya (naskah Laporan untuk Proyek Penelitian Purbakala, Jakarta)
  16. Sundapura
  • Ayatrohaedi, 2005, Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya. ISBN 979-419-330-5
  • Saleh Danasasmita, 2003, Nyukcruk sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi. Bandung: Kiblat Buku Utama. ISBN
  • Yoseph Iskandar, 1997, Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Bandung: Geger Sunten.
Didahului oleh:
Kutai
Kerajaan Hindu-Budha
358 - 669
Diteruskan oleh:
Sunda

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tarumanagara&oldid=21135310"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA