Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga makalah Ilmu Teknologi Pangan tentang "Pengolahan Dan Pengawetan Pangan Dengan Suhu Tinggi"" ini dapat kami selesaikan.Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam melengkapi bahan materi untuk mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan.
Makalah ini berisi tentang pengolahan pangan dengan suhu tinggi sehingga melaui salah satu proses pengolahan/pengawetan ini masa simpan makanan dapat diperpanjang, ulasan yang kami sediakan ini semoga dapat menambah wawasan sehingga memperjelas pembahasan materi.Kami mengambil sumber dari buku-buku, internet, serta dan lain-lain.
Pada pengolahan/pengawetan pada suhu tinggi, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Mikroba penyebab kebusukan dan yang dapat membahayakan kesehatan manusia harus dimatikan.
2. Panas yang digunakan sedikit mungkin menurunkan nilai gizi makanan.
3. Faktor-faktor organoleptik misalnya citarasa juga harus dipertahankan
Beberapa syarat pengawetan pangan dengan panas sebagai berikut :
Salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan makanan adalah dengan cara pengawetan. Pengawetan memiliki banyak metode. Salah satu metodenya adalah pengawetan dengan suhu tinggi. Umur simpan menjadi lebih panjang karena aktivitas mikroba dan biokimia terhenti pada proses dengan suhu tinggi. Pengawetan dengan suhu tinggi ini digolongkan menjadi tiga, yaitu blansing, pasteurisasi, dan sterilisasi.
Blansing
Blansing dilakukan dengan cara bahan pangan dicelupkan ke air panas diatas 70 derajat celcius dalam waktu maksimal tiga menit. Lama waktu pemanasannya tergantung jenis makananya. Blansing dilakukan dengan tujuan untuk menginaktifkan enzim yang tidak diinginkan. Selain itu blansing juga bertujuan untuk membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah mikroba dalam bahan, serta menghilangkan bau, flavor, dan lendir yang tidak diinginkan. Blansing tidak mengubah warna, tekstur, dan rasa.
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan makanan dengan tujuan untuk membunuh mikroba penyebab penyakit atau patogen. Pemanasan dilakukan pada suhu antara 80-100 derajat celcius.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses termal untuk mematikan semua mikroba beserta spora-sporanya hingga menadi steril. Proses ini dilakukan pada suhu diatas 100 derajat celcius. Semua mikroba baik yang baik maupun jahat dibunuh pada proses ini. Pada proses ini, bahan yang disterilkan akan memiliki daya tahan hingga lebih dari 6 bulan pada suhu ruang. Contoh dari sterilisasi adalah produk-produk olahan dalam kaleng seperti sarden, kornet, buah dalam kaleng, dan lainnya
You're Reading a Free Preview
Pages 4 to 5 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 15 are not shown in this preview.
179
Prakarya Pengawetan secara isik merupakan proses pengawetan secara alami,
yang meliputi pengawetan dengan suhu rendah pendinginan, pengawetan dengan suhu tinggi pemanasan, dan pengeringan.
a. Pengawetan dengan Suhu Rendah
Sistem pengawetan dengan suhu rendah adalah memasukkan bahan pangan pada lemari pendingin. Dalam praktiknya, proses
pengawetan dengan suhu rendah ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: pendinginan cooling dengan suhu antara -2
C sampai +10 C dan pembekuan freezing dengan suhu antara
-12 C sampai -24
C. Sementara itu, pembekuan cepat quick freezing dilakukan pada suhu -24
C sampai -40 C.
Tanaman pangan yang disimpan dalam pendinginan cooling jika penyimpanan dilakukan di tempat yang terlalu dingin
maka akan mengalami kerusakan yang sering disebut chilling injury. Pendinginan dapat mengawetkan bahan pangan selama
beberapa hari atau minggu. Pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang beberapa
tahun. Prinsip pengawetan dengan pendinginan atau suhu rendah
ditujukan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan tidak dapat membunuh bakteri, namun hanya
menghambat aktivitasnya saja. Setelah bahan pangan dikeluarkan dari lemari pendingin, mikroorganisme dapat aktif kembali.
b. Pengawetan dengan Suhu Tinggi
Pengawetan dengan suhu tinggi dengan cara dipanaskan seringkali digunakan dalam memasak, misalnya merebus atau
menggoreng suatu bahan makanan. Namun, seringkali kita tidak mengetahui batasan pemanasan yang dilakukan terhadap
makanan. Jika pemanasannya tidak tepat, banyak nilai gizi hilang dari makanan yang dimasak tersebut. Pemanasan yang baik
180
Kelas VIII SMPMTs Semester I
adalah secukupnya agar nilai gizi yang hilang tidak terlalu banyak. Dua faktor yang harus diperhatikan dalam pengawetan dengan
suhu tinggi atau panas sebagai berikut. • Jumlah panas yang diberikan harus cukup untuk mematikan
mikroba pembusuk dan mikroba patogen. • Jumlah panas yang digunakan tidak boleh menyebabkan
penurunan gizi dan cita rasa makanan. Jumlah panas yang diberikan dalam proses pengolahan
pangan tidak boleh lebih dari jumlah minimal panas yang dibutuhkan untuk membunuh mikroba tersebut. Dalam proses
pemanasan, ada hubungan antara panas dan waktu, yaitu jika suhu yang digunakan rendah, maka waktu pemanasan harus
lebih lama. Jika suhu tinggi, waktu pemanasan singkat. Berdasarkan penggunaan suhu, waktu, dan tujuan pe-
manasan, proses pemanasan dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu proses pasteurisasi dan sterilisasi.
1 Sterilisasi Sterilisasi berarti mem-
bebas kan bahan dari semua mikroba karena be be ra-
pa spora bakteri relatif l e b i h t a h a n t e r h a d a p
panas. Sterilisasi biasanya dilakukan pada suhu yang
tinggi, misalnya 121 C
250 F selama 15 menit.
Pada makanan dikenal istilah sterilisasi komersial. Sterilisasi komersial adalah sterilisasi yang biasanya dilakukan terhadap
sebagian besar pangan di dalam kaleng atau botol. Makanan yang steril secara komersial berarti semua mikroba penyebab
penyakit dan pembentuk racun toksin dalam makanan
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar 5.11. Sterilisasi
181
Prakarya tersebut telah dimatikan, demikian juga semua mikroba
pembusuk. Dengan demikian, produk pangan yang telah mengalami sterilisasi akan mempunyai daya awet yang tinggi
yaitu beberapa bulan sampai beberapa tahun. Pengalenganpembotolan adalah suatu cara pengawetan
bahan pangan yang dipak secara hermetis kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya dalam suatu
wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen penyebab penyakit
dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dari kebusukan, perubahan kadar
air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa. 2 Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan bahan pangan pada suhu
di bawah titik didih air di bawah 100 C dengan tujuan untuk mengurangi
populasi mikroorganisme pembusuk. Jadi, bahan pangan yang dipasteurisasi
tersebut akan mempunyai daya awet beberapa hari misalnya produk
susu pasteurisasi sampai beberapa bulan misalnya produk sari buah pasteurisasi. Walaupun
proses ini hanya mampu membunuh sebagian populasi mikroorganisme, namun pasteurisasi ini sering diaplikasikan
terutama jika dikhawatirkan bahwa penggunaan panas yang lebih tinggi akan menyebabkan terjadinya kerusakan mutu
misalnya pada susu.
Sumber: Dokumen Kemdikbud Gambar 5.12. Pasteurisasi
182
Kelas VIII SMPMTs Semester I
Tujuan utama proses pemanasan hanyalah untuk membunuh mikroorganisme patogen penyebab penyakit,
misalnya pada susu atau inaktivasi menghentikan aktivitas enzim-enzim yang dapat merusak mutu misalnya pada sari
buah. Makanan yang dipasteurisasi tidak dapat menye-
babkan penyakit tetapi mempunyai masa simpan terbatas yang disebabkan mikroba nonpatogen dan pembusuk masih
ada dan dapat berkembang biak. Oleh karena itu, pasteurisasi biasanya disertai dengan cara pengawetan lain, misalnya
makanan yang dipasteurisasi kemudian disimpan dengan cara pendinginan di dalam lemari pendingin.
3 Blanching Blanching adalah proses perlakuan
pemanasan awal yang biasanya dilaku- kan pada bahan nabati segar sebelum
m e n g a l a m i p ro s e s p e m b e k u a n , penge
ringan atau pengalengan. Blanching akan mematikan beberapa
bakteri dan mendeaktivasi enzim yang menyebabkan pembusukan pada
makanan. Blanching bermanfaat untuk mempermudah proses pengupasan kulit pada buah atau
kacang-kacangan dan untuk menunjang tampilan warna dari beberapa sayuran terutama hijau sehingga kloroilnya tidak
hilang dan tetap segar. Blanching biasanya dilakukan pada suhu 100
o
C selama beberapa menit dengan cara perebusan dan
pengukusan. Contoh proses blanching yaitu mencelupkan bahan pangan nabati di dalam air mendidih selama 3 sampai 5
menit atau mengukusnya selama 3 sampai 5 menit. Kemudian,
Sumber: Dokumen Kemdikbud Gambar 5.13 Blanching
183
Prakarya segera dilanjutkan proses pendinginan dengan cara
dibenamkan ke dalam air es selama beberapa waktu. Biasanya lama waktu untuk proses pendinginan sama dengan lama
waktu yang digunakan untuk blanching. Waktu pendinginan ini tidak boleh terlalu lama, karena dapat menyebabkan
meningkatnya kehilangan komponen larut air lisis ke dalam air pendingin. Untuk meminimalkan kehilangan komponen
larut air lisis ke dalam air pendingin, maka proses pendinginan dapat dilakukan dengan menggunakan udara dingin sebagai
media pendinginnya. Pendinginan bertujuan untuk mencegah pelunakan
jaringan yang berlebihan sekaligus dan sebagai proses pencucian setelah blanching. Setiap bahan pangan memiliki
waktu proses blanching yang berbeda-beda untuk inaktivasi enzim, yaitu tergantung pada jenis bahan, metode blanching
yang digunakan, ukuran bahan, dan suhu media pemanas yang digunakan.
Info
Metode pengawetan dengan cara pengalengan ditemukan oleh Nicholas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengalengan makanan
merupakan suatu cara pengawetan bahan makanan yang dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan. Pengemasan secara hermetis adalah
penutupan kaleng yang sangat rapat sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan cita rasa.
Pengalengan hermetis hermetic menggunakan wadah berupa kaleng, gelas, atau aluminium.
c. Pengawetan dengan Pengeringan
Video yang berhubungan
Video yang berhubungan