Positif corona bisa sembuh berapa lama

Jakarta -

Seiring lonjakan kasus COVID-19, meningkat juga jumlah pasien COVID-19 yang harus menjalani isolasi mandiri (isoman). Beberapa pertanyaan yang paling sering muncul, berapa lama isolasi harus dijalankan? Bagaimana jika sudah mencapai batas hari isoman, tetapi kondisi fisik tak kunjung benar-benar fit 100 persen?

Pakar penyakit menular Amerika Serikat, dr Faheem Younus menjelaskan, wajar jika pasien COVID-19 membutuhkan waktu yang tak singkat untuk benar-benar pulih. Sebab, COVID-19 memang bukan seperti flu biasanya yang idealnya, sembuh sendiri dalam waktu cukup seminggu.

"Ini bukan flu. Ini (COVID-19) tidak akan membaik 100 persen dalam waktu 1 atau 2 minggu. Yang terjadi adalah, jika Anda mengalami kasus COVID-19 yang buruk, Anda akan mencapai poin pemulihan ini (80 persen) dalam seminggu pertama," kata dr Faheem dalam diskusi daring Humanity First Indonesia, Sabtu (17/7/2021).

"Sisa 20 persennya, Anda akan membutuhkan waktu, tapi Anda akan berlanjut memulih. Dalam 2 minggu 80 persen membaik, dan sisa 20 persennya bisa membutuhkan waktu 6 sampai 8 minggu," lanjutnya.

Menurutnya, wajar jika pasien membutuhkan waktu lebih dari 1-2 minggu untuk benar-benar fit kembali. Ia mengingatkan, selama pasien tidak mengalami perburukan kondisi, itu artinya pasien tengah berproses dalam pemulihan.

Ia menambahkan, pasien COVID-19 diperbolehkan melakukan pengobatan yang biasa dilakukan pada demam umumnya. Seperti mengonsumsi ibuprofen, menggunakan nasal spray, uap air hangat, atau air garam.

Namun yang tak kalah penting, yakni penanganan tepat agar semasa pemulihan, virus tak menular pada orang lain. Mengingat, virus Corona umumnya ada pada tubuh pasien selama 10 hari.

"Perbanyak tidur, makan bergizi, pastikan Anda melindungi keluarga dan isolasi diri Anda sebanyak mungkin," beber dr Faheem.

"Setelah 10 hari, tidak ada lagi virus hidup dalam tubuh orang yang sehat. Jadi setelah 10 hari, Anda akan baik-baik saja. Tapi sekali lagi, jika Anda tidak merasa 100 persen membaik setelah 2 minggu, tidak perlu khawatir, itu benar-benar normal. Beri waktu saja," pungkasnya.

Simak Video "Simak! Aturan Isoman Bagi Pasien Covid-19 Bergejala Ringan"



(vyp/up)

KOMPAS.com - Tercatat sebanyak lebih dari 165 juta orang di berbagai negara telah berhasil sembuh dari infeksi Covid-19. Namun, tidak semua orang kembali pulih dalam waktu yang bersamaan.

Waktu penyembuhan seseorang sangat bergantung terhadap tingkat keparahan penyakitnya. Beberapa orang akan sembuh lebih cepat, sementara beberapa orang akan sembuh lebih lambat.

Berapa lama sembuh dari Covid-19

Seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan mulai menunjukkan gejala pada hari ke-2 hingga hari ke-14 setelah kontak dengan virus. Studi menunjukkan orang dengan gejala ringan akan sembuh dalam waktu 2 minggu. Namun, pada beberapa kasus yang lebih berat mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama.

Baca juga: Waspada Ini Gejala Covid-19 pada Anak yang Terinfeksi Varian Delta

Rekomendasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa seseorang harus menjalani isolasi selama 10 hari sejak timbul gejala ditambah 3 hari setelah bebas gejala. Namun, Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter atau puskesmas terdekat mengenai berapa lama Anda harus mengisolasi diri Anda, jika Anda memiliki gejala lain.

Selain itu, dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), terdapat beberapa pedoman yang sejalan dengan rekomendasi Kemenkes RI di atas. Rekomendasi ini berkaitan tentang berapa lama Anda harus mengisolasi diri sendiri.

  • Anda sudah tidak demam selama tiga hari beruturut-turut
  • Gejala berkaitan pernapasan sudah membaik, seperti batuk dan sesak napas
  • Sudah lewat dari 10 hari sejak gejala muncul, atau telah memiliki 2 kali hasil PCR test negatif

Baca juga: Virusnya Terus Bermutasi, Ini Gejala Terbaru Covid-19 Menurut Ahli

Sembuh dari covid dengan gejala sedang

Pasien Covid-19 dengan gejala sedang akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh. Gejala yang ditunjukkan mungkin mirip dengan orang dengan gejala ringan. Hal yang membedakan adalah saturasi oksigen pasien.

Pada pasien dengan gejala ringan, saturasi oksigen masih berada di angka lebih dari 95 persen dengan frekuensi napas 12 hingga 30 kali per menit. Namun, pasien dengan gejala sedang akan menunjukkan saturasi oksigen di bawah 95 persen.

Menurut pedoman Kemenkes RI, waktu isolasi yang dibutuhkan pasa pasien ini adalah sama, yaitu 10 hari sejak timbulnya gejala ditambah 3 hari setelah bebas gejala. Namun, biasanya pada pasien dengan gejala sedang dan berat cenderung leih banyak mengalami long Covid.

Long Covid adalah sekumpulan gejala yang persisten dirasakan seseorang walaupun sudah melewati masa isolasi atau telah dinyatakan negatif melalui tes PCR. Pasien dengan gejala sedang akan sembuh dalam waktu 2 sampai 8 minggu.

Baca juga: Seperti Apa Kondisi Pasien Covid-19 yang Butuh Tabung Oksigen?

Sembuh dari covid dengan gejala berat

Pasien dengan gejala berat ditandai dengan saturasi oksigen di bawah 95 persen serta napas lebih dari 30 kali per menit. Pasien ini juga biasanya disertai gejala seperti gagal napas, sepsis, dan kegagalan organ lainnya.

Pasien ini harus dirawat di ruang rawat intensif di bawah pengawasan dokter hingga dinyatakan negatif dan kondisi klinis membaik.

Setelah dinyatakan sembuh, pasien yang telah melewati masa kritis diperkirakan perlu waktu 12 hingga 18 bulan hingga benar-benar sembuh dari gejala long covid.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Home Lifestyle Berita Lifestyle

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus Covid-19 varian Omicron masih menjadi ancaman kesehatan yang serius di berbagai negara, termasuk di Tanah Air. Penyakit ini memiliki karakter self limiting disease, artinya akan sembuh dengan sendirinya. Pertanyaannya, berapa lama pasien bisa sembuh dari Omicron?

Dokter spesialis paru RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), menjelaskan bahwa waktu yang dibutuhkan seseorang untuk sembuh dari Omicron sangat dipengaruhi oleh kondisi imunitas masing-masing. Apabila pasien memiliki imunitas yang buruk, besar kemungkinan ia butuh waktu sembuh yang lama.

Selain berapa lama sembuh dari Omicron, masyarakat juga perlu tahu masa inkubasi Omicron, yakni waktu yang dibutuhkan saat pertama kali terpapar dengan virus sampai virusnya berkembang di dalam tubuh. Masa inkubasi varian Omicron sangat cepat, yakni hanya dalam waktu 3 hari, sedangkan varian Corona terdahulu umumnya butuh waktu hingga seminggu sampai munculnya gejala. 

"Kalau varian-varian sebelumnya masa inkubasi itu bervariasi, antara 2-14 hari, namun rata-rata biasanya tujuh sampai sembilan hari, bahkan ada yang lima hari. Khusus Omicron lebih cepat, tiga hari sudah menimbulkan gejala," imbuhnya.

Berapa Lama Sembuh dari Omicron: Kapan Harus Tes Ulang?

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Kemenkes tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron yang diperbarui 22 Februari 2022 lalu, hari pertama positif COVID-19 terhitung mulai dari tanggal hasil lab keluar. Berikut contoh perhitungan tanggal konfirmasi positif dan tes ulang:

H+0 - tanggal hasil lab keluarH+1H+2H+3H+4H+5H+6 - Melakukan exit test PCR pertamaH+7H+8H+9

H+10 - Jika kasus konfirmasi tidak melakukan exit test, maka status warna akan kembali seperti semula

Perlukah tes PCR berkali-kali?

Staf Ahli Menteri Bidang Bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji, menegaskan bahwa pasien tidak perlu melakukan exit test PCR kedua. 

"Hanya cukup sekali saja melakukan exit test PCR, dan hasilnya harus negatif. Kalau negatif, otomatis status PeduliLindungi menjadi hijau. Kalau kemarin-kemarin harus dua kali, jadi banyak pertanyaan 'kok saya sudah negatif hari kelima tapi masih hitam?' Kita sederhanakan lagi, tidak diperlukan lagi exit tes kedua," ujarnya, dalam konferensi pers virtual terkait update perkembangan COVID-19 di Indonesia, beberapa waktu lalu.

Bisakah Pasien Omicron Konsumsi Obat Warung?

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa pasien COVID-19 boleh mengkonsumsi obat-obatan dengan tanda warna hijau yang bisa dibeli secara bebas di warung untuk meredakan gejala. Namun jika gejala tak kunjung reda, pasien diminta langsung melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke fasilitas layanan kesehatan agar mendapatkan penanganan segera dari dokter.

"Walaupun bisa beli obat penurun panas, tapi kalau kemudian demamnya tidak turun demamnya tambah berat, segera ke fasilitas layanan kesehatan. Itu akan menjadi pilihan terbaik. Jangan sampai terlambat menjadi lebih parah baru datang ke fasilitas layanan kesehatan," pungkasnya.


(hsy/hsy)

TAG: covid omicron sembuh

22 Juli 2020

Tes darah di laboratorium untuk melacak Covid-19 dan terbentuknya antibodi virus corona (Picture Alliance/Zoonar/R.Kneschke-DW.com)

Riset pada pasien Covid-19 yang sembuh tunjukkan, perlindungan kekebalan tubuhnya terhadap corona turun bahkan hilang setelah dua atau tiga bulan. Ini memicu pertanyaan ilmuwan mengenai pengembangan vaksinnya.

Orang yang sembuh dari infeksi virus biasanya punya respons kekebalan dan mengembangkan proteksi terhadap penyakit bersangkutan. Sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi, yang mampu mengenali virusnya jika menyerang untuk kedua kali. Antibodi juga tahu cara memeranginya.

Namun dalam kasus virus corona SARS-CoV-2 pemicu Covid-19, penelitian terbaru yang dilakukan di rumah sakit Schwabing di München Jerman, menunjukkan adanya penyimpangan dari hal lazim itu. Clemens Wendtner, dokter kepala di rumah sakit itu, melakukan rangkaian pengujian kekebalan pasien Covid-19, yang dirawat akhir Januari 2020 dan dinyatakan sembuh. 

Tes menunjukkan turunnya jumlah antibodi pada tubuh mereka secara signifikan. Wendtner mengatakan bahwa "antibodi yang menghentikan serangan virus, menghilang hanya dalam waktu dua sampai tiga bulan pada empat dari 9 pasien yang dimonitor."

Hasil pemantauan tersebut juga serupa dengan investigasi yang sudah dilakukan di Cina. Riset di Cina juga menunjukkan, antibodi virus SARS-CoV-2 pada bekas pasien Covid-19 tidak ada lagi dalam darah mereka. Dalam kondisi seperti ini, pasien bisa kembali terinfeksi virus corona karena tidak lagi memiliki perlindungan.

Penelitian lanjutan dengan skala lebih besar masih perlu dilakukan untuk menegaskan anomali ini. Namun temuan awal ini memberikan indikasi, bahwa gelombang kedua infeksi mungkin terjadi, di mana pasien juga kemungkinan mengembangkan kekebalan normal. Hal ini akan mengubah cara para pakar menangani Covid-19, termasuk melonggarkan tindakan social distancing.

Tes antibodi pada pasien COVID-19

Saat ini ada beberapa cara untuk mendiagnosa infeksi SARS-CoV-2. Salah satunya tes PCR, yang melacak indikasi keberadaan virus dengan menangkap langsung material genetikanya. Cara lainnya dengan mendeteksi adanya antibodi. Tes jenis ini memberikan informasi tidak langsung menyangkut adanya infeksi.

Tes antibodi massal virus corona sangat berguna, karena memberikan data status imunitas komunal. Tes antibodi juga bisa mengungkap kasus Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala atau gejalanya ringan. 

Tapi, jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa pasien dalam jangka waktu beberapa bulan kehilangan lagi antibodi virus corona bisa dikonfirmasi dalam tes lanjutan, ini berarti kita bisa kembali ke situasi awal pandemi, di mana setiap orang berisiko terinfeksi.

Salah satu cara untuk meredam penyebaran virus adalah dengan mengembangkan "herd immunity" alias kekebalan kelompok dalam populasi. Tapi hingga kini para pakar masih berdebat menyangkut persentase yang diperlukan untuk itu.

Satu kelompok menyebut, herd immunity Covid-19 akan tercapai jika 60% populasi sudah kebal terhadap virusnya. Kelompok lain bahkan menyebutkan kuotanya bisa sampai 90% populasi hingga dapat tercapai kekebalan kelompok.

Tapi dengan hasil riset terbaru itu, yang mengindikasikan kekebalan bisa hilang lagi dalam beberapa bulan, artinya gelombang kedua infeksi bisa saja terjadi. Herd immunity tidak terbentuk, dan berbagai kebijakan baru harus dijabarkan ulang.

Tes efektivitas kekebalan tubuh

Yang juga menarik dari riset ilmuwan di Cina yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature Medicine, adalah perbedaan efektivitas imunitas pada pasien Covid-19 yang sembuh. Disebutkan dalam hasil riset itu, pasien yang tidak menunjukkan gejala sakit, mengembangkan kekebalan tubuh yang lebih lemah, dibanding pasien dengan gejala berat.

Riset di Cina memfokuskan diri pada 37 pasien tanpa gejala dan 37 pasien Covid-19 dengan gejala lebih berat. Penulis laporan menyebutkan, pada kedua kelompok lebih 90% menunjukkan adanya penurunan jumlah antibodi penetral virus corona. Namun pada kelompok pasien asimptomatik, menurunnya jumlah antibodi berlangsung lebih cepat dibanding pasien dengan gejala sakit.

Penelitian lebih lanjut dengan ekstraksi antibodi 175 bekas pasien dalam jaringan sel di laboratorium yang disebut tes “in vitro“, menunjukkan hampir semua pasien punya proteksi sel dari serangan virus corona. Namun belum diketahui, apakah efektivitas antibodinya sama, jika berada dalam tubuh atau “in vivo“.

Sebagai perbandingan, antibodi virus corona jenis lainnya, bertahan hingga minimal satu tahun dalam tubuh. Misalnya virus SARS yang mewabah 2003 di Asia Tenggara, atau virus MERS yang mewabah 2012 di kawasan Timur Tengah.

Implikasi pada pengembangan vaksin

Semua data dan hasil riset terbaru yang dilaporkan punya implikasi pada pengembangan vaksin untuk melawan SARS-CoV-2. Sejauh ini ada 130 kandidat vaksin yang sedang menjalani tes praklinis atau tes klinis di seluruh dunia. 

Pengembangannya dapat dilakukan dengan cara konvensional dengan virus mati atau yang dilemahkan, maupun dengan metode baru yang disebut vaksin DNA atau RNA menggunakan informasi genetika virusnya.

Tapi jika antibodi alamiah menghilang sangat cepat, dipertanyakan berapa lama keampuhan respons vaksin terhadapmSARS-Cov-2? Sejauh ini memang belum ada vaksin yang terbukti ampuh dan mendapat izin edar. Semuanya kini harus melewati lagi rangkaian tes, sebelum bisa menemukannya. 

(as/ae/Dw.Com)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA