Show
Oleh: Sabar, S.Pd.I (Guru PAI SDIT Bunyan Indonesia Cikarang Barat) Pendahuluan Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar menyiapkan siswa untuk mengimani, meyakini, dan mengamalkan ajaran agama islam dengan sepenuh hati, melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran dengan tetap memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat demi mewujudkan persatuan nasional.[1] Senada dengan hal tersebut, Zuhairini berpendapat bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat”.[2] Sehingga tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yakni menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, serta mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat. Sementara itu, dalam GBPP PAI Tahun 1999 di sekolah umum dijelaskan, bahwa PAI adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Untuk mengimplementasikan hal tersebut perlu adanya penanaman nilai-nilai melalui pengamalan ajaran agama yang tidak kaku sebagai salah satu langkah preventif membangun kesadaran beragama dan pentingnya nilai-nilai kebersamaan, saling menghargai dan menghormati dalam kehidupan. Sejalan dengan sistem pendidikan nasional bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia, nilai-nilai keagamaan, nilai budaya dan kemajemukan bangsa”[3] Indonesia merupakan negara terbesar berpenduduk muslim di dunia. Indonesia pula didaulat sebagai negeri paling plural dalam berbagai dimensi. Keragaman suku, etnis, agama, juga adat istiadat merupakan anugrah agung dari Ilahi, sekaligus bisa menjadi petaka perang saudara. Jika penataan dan pendidikan dalam memahami perbedaan tidak diperhatikan. Guru PAI memiliki peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai serta pengamalan ajaran-ajaran agama Islam di sekolah. Guru PAI diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam proses pembelajaran serta mampu membentuk sikap luwes dan tidak kaku dalam mengamalkan ajaran agama yang dianut namun tidak mengorbankan akidah. Melalui proses internalisasi yang baik, para siswa diharapkan dapat mengartikulasikan ajaran agama dengan baik, yakni ajaran Islam yang mengedepankan keterbukaan, persaudaraan, dan kemashalatan.[4] Islam sebagai agama rahmat memiliki keunggulan yakni ajarannya serba berimbang (moderat).[5] Moderat memiliki makna berkecenderungan kearah dimensi atau jalan tengah.[6] Moderat adalah keseimbangan antara keyakinan dan toleransi seperti bagaimana kita memiliki keyakinan tertentu tetapi tetap mempunyai toleransi yang seimbang terhadap keyakinan yang lain. Perbedaan yang terdapat dalam diri manusia secara tidak langsung tersirat dalam kitab suci al-Qur’an surat al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “Wahai manusia, Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti” Ayat di atas menyatakan bahwa Allah SWT menetapkan kepada setiap manusia akan perbedaan latar belakang baik berbeda suku, bangsa maupun budaya dan status sosialnya untuk saling mengenal dan memahami serta berlaku baik terhadap sesamanya. Perilaku mulia ini termasuk sebagai salah satu ciri penting manusia yang bertaqwa di sisi Allah SWT. Selanjutnya dalam al-Qur’an surat Hud ayat 118 Allah SWT juga berfirman. وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ. “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)” Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa tidaklah sulit jika Alloh SWT menginginkan untuk menjadikan manusia sebagai satu umat, namun Alloh SWT tidak menghendaki demikian karena sudah ketetapan-Nya menciptakan ciptaannya berbeda. Perbedaan yang ada dimaksudkan agar manusia saling berinteraksi dengan baik. Perbedaan yang ada dalam diri manusia, akan terasa indah jika dibingkai dengan rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Dari gambaran di atas, akan dipaparkan penanaman nilai-nilai moderasi Islam yang dilakukan guru PAI di sekolah dasar sebagai modal dasar siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang beragam. Implementasi Nilai Moderasi Islam Pada Siswa Sekolah Dasar Implementasi menurut KBBI yaitu “pelaksanaan/penerapan”.[7] Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang). Sedangkan arti nilai menurut Zakiyah Darajat adalah “suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai identitas yang memberikan ciri khusus pada pemikiran, perasaan, kriteria maupun perilaku”.[8] Kata moderasi dalam bahsa Arab diartiakan al–wasathiyah. Secara bahasa al–wasathiyah berasal dari kata wasath. Al-Asfahaniy mendefenisikan wasath dengan sawa‟un yaitu tengah-tengah di antara dua batas, atau dengan keadilan, yang tengah-tengan atau yang standar atau yang biasa-biasa saja. Wasathan juga bermakna menjaga dari bersikap tanpa kompromi bahkan meninggalkan garis kebenaran agama.[9] Sedang makna Islam adalah agama Islam itu sendiri. Jadi implementasi nilai moderasi Islam adalah penerapan suatu keyakinan atau perasaan yang meyakini sikap tengah-tengah atau standar dari agama Islam. Adapun penanaman nilai-nilai agama yang harus ditanamkan kepada siswa meliputi: 1) Nilai keimanan, 2) Nilai ibadah, dan 3) Nilai akhlak, ada beberapa dasar dalam pendidikan akhlak yang perlu diterapkan, diantaranya adalah:[10] a) Menanamkan kepercayaan pada jiwa anak, yang mencakup percaya pada diri sendiri, percaya pada orang lain terutama dengan pendidikannya, dan percaya bahwa manusia bertanggungjawab atas perbuatan dan perilakunya. Ia juga mempunyai cita-cita dan semangat, b) Menanamkan rasa cinta dan kasih terhadap sesama, anggota keluarga, dan orang lain, c) Menyadarkan anak bahwa nilai-nilai akhlak muncul dari dalam diri manusia, dan bukan berasal dari peraturan dan undang-undang. Karena akhlak adalah nilai-nilai yang membedakan manusia dari binatang. d) Menanamkan perasaan peka pada anak-anak. Caranya adalah membangkitkan perasaan anak terhadap sisi kemanusiaannya, e) Membudayakan akhlak pada anak-anak sehingga akan menjadi kebiasaan dan watak pada diri mereka. Implementasi nilai-nilai moderasi Islam yang dilakukan oleh guru PAI di sekolah dasar secara garis besar melalui proses pengajaran di dalam kelas yang berpatokan pada silabus, dikembangkan lagi oleh guru bersangkutan, kemudian diterapkan dalam berinteraksi di lingkungan sekolah, dari sejumlah materi PAI yang paling banyak ditekankan adalah materi akhlak, dengan kompetensi dasar. Nilai-nilai moderasi Islam secara garis besar bisa kita rangkum sebagai berikut.[11]
Tantangan Implementasi Moderasi Islam Di Sekolah Dasar Moderasi Islam tentunya tidak akan lepas dari tantangan dalam implementasinya. Beberapa hal tantangan tersebut adalah: Pertama, menyamakan persepsi. Menurut Oman Fatturahman, ”menyamakan persepsi ini memerlukan maktu yang cukup panjang, jangan sampai ada persepsi moderat menjadi liberal”.[12] Kedua, perbedaan madzhab dalam Islam. Sebagai contoh, pendapat antara qunut subuh atau tidak, peringatan hari besar Islam benar atau tidak. Ketiga, kurangnya interaksi dan kontrol guru PAI. Hal ini terjadi karena alokasi jam mengajar Agama Islam yang kurang memadai dalam setiap pekan.[13] Upaya Guru PAI Agar Implementasi Moderasi Islam Dapat Berjalan Dengan Baik Berikut upaya yang dilakukan guru PAI agar Implementasi moderasi Islam bagi siswa terlaksana sesuai harapan adalah: 1) Mengkaitkan materi pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari siswa misalnya bagaimana bersikap dan bergaul dengan sesama non muslim, batasan-batasan dalam bergaul dalam ajaran Islam, memberikan pemahaman yang mana haram dan halal dengan menggunakan bahasa yang mudah diterima, mengajarkan rukun Islam yakni syahadat, salat, zakat, berpuasa, dan berhaji bagi yang mampu, 2) Menjadi contoh teladan dalam kehidupan sehari -hari bagi siswa, 3) Melakukan home visit yakni berkunjung ke rumah orangtua siswa secara bergantian setiap akhir pekan untuk mengetahui kondisi keluarga siswa, perkembangan siswa, dan pola asuh orang tua.[14] Kesimpulan Islam sebagai agama rahmat memiliki keunggulan yakni ajarannya serba berimbang (moderat). Moderat dalam arti keseimbangan antara keyakinan dan toleransi seperti bagaimana kita memiliki keyakinan tertentu tetapi tetap mempunyai toleransi yang seimbang terhadap keyakinan yang lain. Implementasi nilai-nilai moderasi Islam yang dilakukan oleh guru PAI di sekolah dasar secara garis besar melalui proses pengajaran di dalam kelas yang berpatokan pada silabus, dikembangkan lagi oleh guru bersangkutan, kemudian diterapkan dalam berinteraksi di lingkungan sekolah, dari sejumlah materi PAI yang paling banyak ditekankan adalah materi akhlak, dengan kompetensi dasar. Upaya yang dilakukan guru PAI agar Implementasi moderasi Islam bagi siswa terlaksana sesuai harapan adalah: mengkaitkan materi pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari; menjadi contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa; dan melakukan home visit yakni berkunjung ke rumah orangtua siswa secara bergantian. Daftar Pustaka [1] Muhaimin Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Agensindo: 2002), 75-76. [2] Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press, 2004), hlm. 11 [3] Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 56 [4] Habib Umar Al-Hafizh, Pimpinan Majelis Dar al-Musthafa, Yaman, dalam syiarnusantara.id/2017/10/19/kementerian-agama-bekali-dosen-pai-tentang-moderasi, diakses pada hari Kamis, 12 Desember 2019 pukul 10:20 [5] https://www.kompasiana.com/jumatan/591d43df6d7e616d29572030/apa-itu-moderasi-islam, diakses pada hari Kamis, 12 Desember 2019 pukul 09:20 [6] kbbi.web.id, diakses tanggal 12 Desember 2019 [7] https://kbbi.web.id/implementasi, di akses pada hari Kamis, 12 Desember 2019. [8] Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 59. [9] Al-Alamah al-Raghib al-Asfahaniy, Mufradat al-Fadz al-Qur‟an, (Beirut: Darel Qalam, 2009), hlm. 869. [10] Syekh Khalid bin Abdurrahman, Cara Islam Mendidik Anak, (Yogyakarta: ad-Dawa 2006) [11] Silabus PAI dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 [12] https://www.gatra.com/detail/news/406519-Tantangan-Penerapan-Moderasi-Agama, diakses pada hari Kamis, 12 Desember 2019 pukul 21:57. [13] Rusmayani, Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Islam Siswa Di Sekolah Umum, STAI Denpasar-Bali, April 2008. [14] Ibid,. h. 784 5 perilaku apa yang ada kaitannya dengan Asmaul Husna Al Muqaddim?Berlomba-lomba untuk lebih dulu dalam berbuat kebaikan.. Mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dan meninggalkan perbuatan yang sia-sia.. Tidak menunda-nunda pekerjaan.. Mendahulukan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi.. Melaksanakan kewajiban terlebih dahulu sebelum menuntut hak.. Sebutkan perilaku apa yang ada kaitannya dengan Asmaul Husna Al Muqtadir Al Muqaddim?Al-Muqtadir adalah Maha Kuasa atau Maha Menentukan. Al-Muqaddim adalah Maha Mendahulukan.. Badan, harta dan jabatan akan hilang karena itu titipan Allah.. Bersegeralah untuk berbuat baik.. Jangan menunda-nunda pekerjaan, terutama belajar.. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri.. Apa yang dimaksud dengan Al Muqaddim Berikanlah contoh yang terkait dengan Al Muqaddim dalam kehidupan sehari hari?Al Muqaddim artinya Yang Maha Mendahulukan, salah satu nama Allah SWT dalam Asmaul Husna. contoh perilakunya adalah: 1. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. 2. Mengerjakan sesuatu yang bermanfaat untuk masa depan.
Apa sajakah perilaku yang mencerminkan asma Allah Al Muqtadir?Contoh penerapan Al Muqtadir antara lain sebagai berikut.. Menjadikan Allah sebagai tempat berlindung.. Berusaha mencari amal kebaikan.. Sabar terhadap musibah yang terjadi.. Tidak sombong terhadap kesuksesan, karena Allah amat mudah untuk merubah semuanya.. Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita.. |