perbedaan milet putih dan merah

Millet adalah sejenis sereal berbiji kecil yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Tenggara sebelum mereka bercocok tanam tumbuhan serealia lainnya. Millet termasuk tanaman ekonomi minor namun memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainnya seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman millet sendiri adalah tergolong ke dalam jenis tanaman biji-bijian. Sebagaian besar masyarakat belum mengenal millet sebagai sumber pangan sehingga selama ini tanaman millet hanya dijadikan sebagai pakan burung. Padahal tanaman ini dapat diolah menjadi sumber makanan oleh masyarakat guna mendukung ketahanan pangan dan mengantisipasi masalah kelaparan . Tepung millet diharapkan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk pangan olahan, misalnya mi dan berbagai jenis roti. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisikokimia yang dimiliki oleh tepung millet kuning dan tepung millet merah. Proses pembuatan tepung millet dengan cara, millet dipisahkan dari kulit arinya, kemudian setelah bersih Millet dikeirngkan dengan cara diangin anginkan dengan tujuan memisahkan millet dari bagian kulitnya. Setelah itu dilakukan penepungan dengan mesin penepung. Selanjutnya tepung diayak menggunakan ayakan 80 mesh. Hasil penelitian menunjukkan sifat kimia tepung millet kuning sebagai berikut kadar air 9,19%, kadar abu 1,80%, kadar protein 11,29%, kadar lemak 2,58%, kadar karbohidrat 74,52%, serat kasar 2,01%, dan kadar pati 56,53%. Sedangkang untuk tepung millet merah sebagai berikut kadar air10,98%, kadar abu 1,66%, kadar protein 10,74%, kadar lemak 2,54%, kadar karbohidrat 73,99%, serat kasar 1,91%, dan kadar pati 57,62% . Sifat fisik tepung millet kuning sebagai berikut, memiliki kelarutan 45,63%, daya serap air 1,84 ml/gr, bulk density 0,56 gr/ml , dan rendemen 27%. Sedangkan Sifat fisik tepung millet merah sebagai berikut, memiliki kelarutan 46,78%, daya serap air 1,33 ml/gr, bulk density 0,59 gr/ml , dan rendemen 34,55%. Berdasarkan sifat fisikokimia dari tepung millet tersebut dapat diketahui bahwa tepung millet sudah dapat disejajarkan dengan tepung terigu hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kandungan kimia serta fisik dari tepung millet yang sudah menyamai atau sejajar dengan kandungan kimia serta fisik pada tepung terigu

  • Thesis
  • NonPeerReviewed
  • S Agriculture (General)

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN BIJI MILET MERAH DAN BIJI MILET PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN BOBOT BADAN DAN BULU LOVEBIRD (Agapornis sp) SPIRLEE ANESTA SANAS FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2019

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Pemberian Biji Milet Merah dan Biji Milet Putih terhadap Pertumbuhan Bobot Badan dan Bulu Lovebird (Agapornis sp) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2019 Spirlee Anesta Sanas NIM B04150032

ABSTRAK SPIRLEE ANESTA SANAS. Analisis Pengaruh Pemberian Biji Milet Merah dan Biji Milet Putih terhadap Pertumbuhan Bobot Badan dan Bulu Lovebird (Agapornis sp). Dibimbing oleh HUDA SHALAHUDIN DARUSMAN dan ARIEF PURWO MIHARDI. Milet (Panicum miliaceum) adalah salah satu biji yang banyak ditanam di Indonesia. Banyak pecinta lovebird menggunakan biji milet sebagai pakan untuk lovebird mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efek biji milet (varian merah dan putih) pada performa pertumbuhan lovebird yang ditunjukkan oleh berat badan dan kualitas bulu. Penelitian ini menggunakan dua belas anak lovebird berusia 2 minggu. Lovebird pada usia 14 hari dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat individu. Lovebird kelompok pertama diberi pakan dedak, lovebird kelompok kedua diberi pakan dedak dan biji milet merah, serta lovebird ketiga diberi pakan dedak dan biji milet putih. Pengamatan dilakukan selama 26 hari. Data diperoleh dalam bentuk pertumbuhan bobot badan, kualitas bulu, nilai FCR, dan analisis proksimat biji milet. Hasil dianalisis secara statistik dan deskriptif serta menggunakan metode ANOVA dengan tingkat kepercayaan 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05) pada berat badan dan nilai FCR antar kelompok lovebird. Biji milet merah memberikan peningkatan yang signifikan dalam berat badan sementara biji milet putih memberikan kualitas bulu yang lebih baik. Kata kunci: Agapornis sp, berat badan, biji milet, bulu, FCR

ABSTRACT SPIRLEE ANESTA SANAS. Analysis the Effect of Red Millet Seeds and White Millet Seeds on Body Weight Growth and Feather of Lovebird (Agapornis sp). Supervised by HUDA SHALAHUDIN DARUSMAN and ARIEF PURWO MIHARDI. Milet (Panicum miliaceum) is one of the seeds that is widely grown in Indonesia. Many lovebird lovers use milet seeds as feed for their lovebird. The aim of this study was to identify the effects of milet seeds (red and white variants) on the performance of the lovebirds growth indicated by body weight and feather quality. This study used twelve lovebird chick aged 2 weeks. Lovebird at age 14 days are divided into three groups, each groups consisted of four individuals. In first group, lovebird was given full bran as their feed. In second group, lovebird was given bran mixed with red milet seeds as their feed. In third group, lovebird was given bran mixed with white milet seeds as their feed. Observations were carried out for 26 days. Data obtained in the form of body weight growth, feather growth, FCR value, and proximate analysis of each milet seeds. The results were statistically analyzed in descriptive and using the ANOVA method with 5% confidence level. The results of this study showed a significant difference (P<0.05) on body weight and FCR value between the groups. Red milet seeds give a significant increase in body weight while white milet seeds provide better quality feathers. Keywords: Agapornis sp, body weight, feather, FCR, milet seeds

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN BIJI MILET MERAH DAN BIJI MILET PUTIH TERHADAP PERTUMBUHAN BOBOT BADAN DAN BULU LOVEBIRD (Agapornis sp) SPIRLEE ANESTA SANAS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2019

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi berjudul Analisis Pengaruh Pemberian Biji Milet Merah dan Biji Milet Putih terhadap Pertumbuhan Bobot Badan dan Bulu Lovebird (Agapornis sp) ini berhasil diselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para sahabatnya. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat doa, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Adhi Suprapto dan Kartini sebagai orang tua, Novera Jayanti Ramadhani sebagai adik, serta keluarga besar yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis selama menjalankan pendidikan kedokteran hewan, 2. Drh Huda Shalahudin Darusman, MSi, PhD selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik dan Drh Arief Purwo Mihardi, MSi selaku Pembimbing II atas bimbingan dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini, 3. Teman-teman satu bimbingan yaitu Dian Utami, Annisa Zikriatin, Kuntum Rahmawati, Andi Supriyanto, Miftahuddin Azis, Rizky Verdy, dan Viki Yudis yang selalu memberikan dukungan. Sasmita Larasati (Lala), teman seperantauan dari Madiun, yang juga selalu memberikan semangat, terkhususnya Ma ruf Syarifudin yang telah membantu saya selama pengerjaan skripsi ini. 4. Bapak Topan selaku peternak lovebird yang telah memberikan bantuan atas tersedianya sampel untuk penelitian saya, 5. Teman-teman Kelas Aa dan juga Griffin atas dukungannya. Skripsi ini tidak lepas dari berbagai kesalahan dan kekurangan. Adanya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi sekaligus sebagai referensi mengenai analisis pengaruh pemberian biji milet merah dan biji milet putih terhadap pertumbuhan bobot badan dan bulu lovebird (Agapornis sp). Bogor, Juli 2019 Spirlee Anesta Sanas

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Biji Milet 2 Lovebird 3 Analisis Proksimat 4 METODE PENELITIAN 5 Waktu dan Tempat Penelitian 5 Bahan dan Alat 5 Analisis Proksimat Pakan 5 Pengambilan Sampel Lovebird dan Cara Pemberian Pakan 5 Perhitungan Bobot Badan 7 Perhitungan Konversi Pakan 7 Pengolahan Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Analisis Proksimat 8 Performa Pertumbuhan Bobot Badan dan Bulu Lovebird 9 Feed Conversion Ratio 12 SIMPULAN 13 SARAN 13 DAFTAR PUSTAKA 13 RIWAYAT HIDUP 15 LAMPIRAN 16 vi vi

DAFTAR TABEL 1 Hasil analisis proksimat biji milet merah dan biji milet putih 8 2 Hasil pengukuran pertambahan bobot badan lovebird 9 3 Hasil pengamatan kualitas bulu lovebird 11 4 Feed Conversion Ratio masing-masing kelompok lovebird 12 DAFTAR GAMBAR 1 Biji milet putih dan biji milet merah 2 2 Lovebird spesies Pastel hijau 3 3 Persiapan bahan-bahan pakan dan proses pelolohan 6 4 Selisih bobot badan lovebird setelah diberi perlakuan selama 9 5 Perbandingan pertumbuhan bulu lovebird 11

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan merupakan faktor terpenting bagi burung-burung yang dipelihara dalam sangkar. Pakan diperlukan sebagai sumber energi untuk aktivitas burung (Widodo 2015). Pengeluaran biaya yang dikeluarkan untuk pakan dalam usaha peternakan mencapai lebih dari 60% (Hartutik 2017). Oleh karena itu perlu diupayakan pemberian pakan dengan susunan ransum seimbang. Ransum yang diberikan harus diketahui nutrisi yang terkandung melalui analisis pakan di laboratorium. Pemilihan pakan juga menentukan performa bagi hewan yang mengonsumsi pakan tersebut. Menurut Wahyu (1992), tingkat konsumsi ransum berpengaruh terhadap bobot badan mingguan. Tingkat konsumsi ransum yang rendah akan menurunkan zat-zat nutrisi pakan yang dikonsumsi sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang tidak optimal. Sumber daya alam Indonesia berpotensi untuk menghasilkan biji-bijian yang dapat digunakan sebagai pakan. Biji-bijian dapat dimanfaatkan sebagai pakan burung pemakan biji. Biji-bijian yang umum digunakan sebagai pakan burung adalah biji jewawut, biji milet, biji bunga matahari, biji niger, linseed, biji kenari dan biji jagung (Soemadi dan Mutholib 2003). Bagi para pencinta burung hias yang belum berpengalaman, pengetahuan mengenai pakan terkadang cenderung tidak diperhatikan. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan fokus utama pada burung pemakan biji karena burung pemakan biji merupakan salah satu kelompok burung yang banyak dipelihara pencinta burung hias maupun burung peliharaan. Salah satu burung pemakan biji yang paling banyak dipelihara adalah lovebird. Saat ini burung hias tidak hanya dijadikan sebagai hobi namun sudah mulai dikonteskan untuk dipertandingkan. Banyak masyarakat yang tak segan untuk mengeluarkan biaya cukup banyak untuk merawat burung hias mereka agar menang dalam kontes burung kicau. Usaha budidaya burung lovebird saat ini dan di masa yang akan datang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat, baik dilakukan sebagai usaha sampingan maupun dikelola secara profesional yang berorientasi pada bisnis. Potensi itu ada karena animo masyarakat pencinta burung hias cukup tinggi, sedangkan penangkar atau peternaknya masih sedikit. Selain itu perawatan lovebird yang sangat mudah menyebabkan banyak pembudidaya lovebird yang bermunculan (Sunanto 2002). Biji milet mudah dijumpai di kios maupun di pasar-pasar burung walaupun masih diimpor dari luar negeri (Soemadi dan Mutholib 1999). Biji milet mengandung karbohidrat dan protein yang tidak kalah dengan beras (Prabowo 2010). Menurut Andoko (2001) biji milet paling disukai para peternak lovebird karena biji milet diduga dapat meningkatkan kualitas kicauan lovebird. Jumlah kebutuhan milet dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan semakin maraknya pemelihara burung lokal dan burung impor untuk kesenangan dan adu suara. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi mengenai perbedaan pengaruh biji milet merah dan biji milet putih terhadap performa pertumbuhan lovebird. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menyusun ransum dan memicu penelitian lain yang serupa

2 untuk mengkaji lebih lanjut terkait burung hias karena sejauh ini belum ada informasi mengenai efisiensi pakan biji milet terhadap pertumbuhan burung hias. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi biji milet merah dan biji milet putih, mengidentifikasi pengaruh pemberian biji milet merah dan biji milet putih terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan kualitas bulu anak lovebird (Agapornis sp). Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi terkait khasiat nutrisi biji milet merah dan biji milet putih terhadap performa pertumbuhan lovebird, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan biji milet merah dan milet putih serta informasi terkait manfaat yang terkandung dalam biji pakan tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Biji Milet Milet (Panicum miliaceum) adalah sejenis sereal berbiji kecil yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum mereka bercocok tanam padi. Milet termasuk tanaman ekonomi minor namun memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainnya seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman milet tergolong ke dalam jenis tanaman biji-bijian (Prabowo 2010). Milet dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering, tingkat kesuburan tanah yang rendah, suhu tinggi, berkadar garam tinggi, dan ph rendah (Sudarmadji 2003). A B Gambar 1 Biji milet putih (A) dan biji milet merah (B)

3 Biji milet memiliki kandungan protein yang tinggi. Selain itu biji milet juga memiliki kandungan sistin, lisin dan metionin yang tinggi. Kandungan metionin biji milet dua kali lebih banyak dari pada sorgum. Milet mengandung lemak yang tinggi. Milet juga mengandung asam linolenat sebanyak 4% dari total asam lemak (Prabowo 2010). Lovebird (Agapornis sp) Burung hias merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara untuk kesenangan atau hobi pemiliknya. Selain itu burung hias juga memiliki nilai komersil yang tinggi. Salah satu contoh burung hias adalah lovebird. Burung cinta atau burung lovebird merupakan burung dari sembilan jenis spesies genus Agapornis (dari bahasa Yunani agape yang bearti cinta dan ornis yang berarti burung). Lovebird adalah burung yang berukuran kecil dengan panjang antara 13 cm sampai 17 cm dan berat antara 40 gram hingga 60 gram serta bersifat sosial. Lovebird sangat mudah dikenali karena warna bulunya yang sangat khas dan bermacam warna serta tampak bersih. Lovebird adalah salah satu jenis burung paruh bengkok. Ciri lain untuk mengenali burung lovebird adalah kicauan yang khas yaitu bersuara ngekek (Prawoto 2011). Gambar 2 Lovebird spesies pastel hijau Beberapa tahun belakangan ini masyarakat Indonesia khususnya pria sedang gemar memelihara burung hias. Ditilik dari sejarah ekologi, kebiasaan masyarakat Indonesia memelihara burung dalam sangkar telah dikenal sejak lama. Bahkan di etnik Jawa, kebiasaan memelihara burung lekat dengan kebudayaan (Kunto 1986). Pemeliharaan anak burung lovebird dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya membiarkan mereka diasuh oleh indukan atau diambil beberapa hari setelah menetas untuk diberikan pakan mengunakan metode hand feeding (Prawoto 2011). Metode hand feeding cukup populer karena selain burung cepat jinak, lovebird yang diberi pakan menggunakan metode hand feeding sejak kecil juga lebih pintar dan lebih cepat menguasai berbagai kata yang diajarkan. Pada metode alamiah, anak lovebird yang diberi pakan sendiri oleh indukanya mulai meninggalkan sarang setelah 35 sampai 50 hari sehingga produktivitas indukan lovebird menurun karena indukan lovebird tidak dapat melakukan aktivitas kawin dalam waktu dekat (Prawoto 2011). Memberi pakan anak burung lovebird melalui metode alamiah memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang didapat yaitu induk secara naluri

4 mengerti kebutuhan anak. Sedangkan kerugiannya adalah masa pemberian pakan berlangsung cukup lama dibandingkan metode hand feeding. Induk membutuhkan waktu untuk mengasuh anak selama 8 minggu, sehingga menghambat program reproduksi selanjutnya (Satriyo 2017). Nutrisi pakan yang diberikan harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral agar burung lovebird tumbuh secara normal. Karbohidrat, protein, dan lemak diperlukan untuk penghasil energi dan pertumbuhan. Air diperlukan sebagai keseimbangan suhu badan. Vitamin dan mineral diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar burung lovebird tidak mudah terserang penyakit (Soemadi 2003). Analisis Proksimat Analisis proksimat merupakan analisis kandungan makro zat dalam suatu bahan makanan. Analisis proksimat dapat dikatakan analisis umum yang berdasarkan perkiraan, tetapi sudah dapat menggambarkan komposisi bahan tersebut (Sumartini dan Kantasubrata 1992). Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar. Kadar air dan abu merupakan komponen penting dalam bahan makanan, karena dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan. Selain itu kandungan air dalam bahan makanan juga menentukan acceptability (penerimaan), kesegaran dan daya tahan bahan itu (Winarno 2002). Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Pada sayuran dan buah-buahan mengandung 60 sampai 98% air, susu 87%, dan daging 40 sampai 75%, bahkan dalam makanan kering sekalipun seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, mengandung kadar air dalam jumlah tertentu (Krause 1961). Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan abu total digunakan sebagai parameter nilai gizi dalam bahan makanan, untuk mengetahui baik tidaknya suatu proses pengolahan, serta untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan (Sudarmadji et al. 1996). Lemak merupakan campuran dari lipid, terutama trigliserida yang berwujud padat pada temperatur ruang. Lemak banyak dijumpai dalam tumbuhan dan hewan yang disimpan sebagai cadangan energi, sebab nilai kalornya dua kali nilai kalor karbohidrat. Lemak nabati biasanya memiliki asam lemak tak jenuh lebih banyak dibandingkan lemak mamalia sehingga konsistensinya lebih lembut pada suhu kamar (Hermanto 2010). Karbohidrat terdapat sebagai molekul tunggal atau bergabung secara fisik maupun secara kimia dengan molekul lain. Karbohidrat atau gula merupakan polihidroksi dari alehida atau keton (Holme dan Peck 1993). Polisakarida adalah kelompok karbohidrat yang paling banyak terdapat di alam. Polisakarida yang paling banyak dijumpai pada dunia tanaman, yaitu pati dan selulosa yang terdiri dari unit berulang D-glukosa (Endra 2006). Serat makanan merupakan komponen dalam tumbuhan yang tidak tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap di dalam saluran pencernaan. Serat terdiri atas berbagai substansi diantaranya adalah karbohidrat kompleks. Beberapa komponen serat makanan mampu mengikat asam atau garam

5 empedu, sehingga akan mencegah penyerapan kembali dari usus, serta meningkatkan ekskresinya melalui feses (Leveille 1997). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan bulan Mei 2018 sampai April 2019. Sampel anak lovebird diperoleh dari peternak lovebird di Madiun dengan indukan galur murni (F1). Analisis pakan dilakukan di laboratorium analisis kimia pangan SMK Negeri 3 Madiun. Bahan dan Alat Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah burung lovebird spesies pastel hijau (pasjo). Sampel yang diambil sebanyak 12 ekor anak lovebird yang berumur kurang lebih 2 minggu. Sebanyak 12 sampel tersebut dibagi dalam tiga perlakuan (dedak, biji milet merah, dan biji milet putih). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji milet merah, biji milet putih, dedak, dan air mineral. Alat yang digunakan pada penelitian adalah kotak tempat anak burung lovebird yang telah ditambahkan lampu kuning sebagai pengatur suhu dan diberi alas sekam, stomach tube (modifikasi spoit dengan pipet selang), pencacah biji, pengayak biji, wadah pakan, timbangan digital, dan termometer. Metode Penelitian Analisis Proksimat Pakan Analisis proksimat terhadap biji milet merah dan biji milet putih dilakukan dengan menguji 6 indikator yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak, dan kadar serat. Sampel pakan diperoleh dengan cara menghaluskan terlebih dahulu biji milet merah dan biji milet putih dengan pencacah biji dan diayak hingga mendapatkan butiran halus untuk mempermudah dilakukan analisa proksimat. Perlakuan Sampel dan Cara Pemberian Pakan Sampel anak lovebird yang digunakan berumur 14 hari sebanyak 12 ekor. Anak burung dibagi dalam tiga kotak dengan perlakuan yang berbeda-beda. Setiap kotak terdiri dari empat ekor lovebird sebagai pengulangan. Lovebird pertama diberi pakan dedak. Lovebird kedua diberi pakan dedak dan biji milet merah. Lovebird ketiga diberi pakan dedak dan biji milet putih. Dedak digunakan sebagai bahan pakan dasar dalam penelitian ini karena menurut Trisiwi (2015) dedak sudah umum digunakan bagi masyarakat sebagai makanan utama unggas

6 mereka serta terdapat kebiasaan para peternak lovebird dalam mencampurkan berbagai macam bahan untuk pakan anak lovebird. Pemberian pakan pada anak lovebird dilakukan dengan menggunakan spoit berukuran 3 ml. Biji pakan sebelumnya dihaluskan terlebih dahulu dengan cara dicacah lalu diayak hingga mendapatkan butiran yang halus dan dapat larut dalam air. Biji pakan dicampurkan dengan air hangat hingga bertekstur seperti lumpur. Suhu pakan berkisar antara 38 C sampai 40 C. Pengukuran suhu pakan menggunakan termometer digital. Gambar 3 Persiapan bahan-bahan pakan (A) dan proses pemberian pakan (B) Pemberian pakan dilakukan 5 kali sehari setiap 4 jam sekali (pukul 06.00, pukul 10.00, pukul 14.00, pukul 18.00, dan pukul 22.00). Jumlah pakan untuk satu ekor perhari mengikuti perhitungan di bawah ini yaitu: 1. Basal Metabolic Rate (BMR) harus dipenuhi oleh masing-masing lovebird sebagai kontrol untuk meminimalisir faktor luar seperti kekurangan energi untuk pertumbuhan. Basal Metabolic Rate dipenuhi oleh dedak dengan perhitungan: BMR = k. W 0.75 A Keterangan: BMR = Basal Metabolic Rate (kcal/kg/day) k = konstanta (kcal/kg) untuk lovebird k = 78 (non passerine) W = bobot tubuh (kg) Jumlah dedak (g) yang dibutuhkan per ekor perhari dengan mengasumsikan setiap 100 g dedak mengandung energi 245.9 kcal yaitu: B Jumlah dedak (g/hari) = BMR lovebird Kandungan energi dedak X 100 g

7 2. Penambahan biji milet merah dan biji milet putih untuk masing-masing ekor lovebird menyesuaikan kandungan energi milet merah dan milet putih masing-masing sebagai variabel. Pencampuran dengan dedak dilakukan dengan perbandingan 50:50. 3. Pakan ditimbang dengan timbangan digital dan ditambahkan air ad libitum hingga pakan seperti lumpur. 4. Pemberian pakan harus seimbang dan rata dalam 5 kali pemberian pakan dalam satu hari. Jumlah sekali pemberian pakan (g) = Jumlah pakan sehari / 5 Perhitungan Bobot Badan Bobot badan anak Lovebird dihitung menggunakan timbangan digital setiap 2 hari sekali selama 1 bulan. Perhitungan bobot badan dilakukan setiap dua hari sekali dengan pertimbangan efektivitas waktu. Pertambahan bobot badan dihitung dengan selisih antara bobot badan terakhir (BB 1 ) dengan bobot badan awal (BB 0 ) per satuan waktu (Rasyaf 2004). Pernyataan tersebut dapat digambarkan seperti: PBB (g) = Keterangan: PBB BB 0 BB 1 t BB 1 (g) BB 0 (g) t = pertambahan bobot badan (g) = bobot badan awal (g) = bobot badan akhir (g) = selisih waktu awal dan akhir (hari) Penilaian Kualitas Bulu Penilaian kualitas bulu lovebird dilakukan dengan cara pengamatan visual meliputi jumlah bulu yang tumbuh, warna bulu, dan kecerahan bulu lovebird tersebut. Pengamatan bulu difokuskan pada daerah kepala, dada, sayap, dan ekor. Penilaian dilakukan dengan pemberian skor (1) sampai (3). Keterangan: (1): Corak bulu kusam, kebotakan di area kepala dan leher melebihi 50%, bulu sayap dan ekor sedikit tumbuh (2): Corak bulu cerah, kebotakan di area kepala dan leher kurang dari 50%, bulu sayap dan ekor lebih dari 50% tumbuh (3): Corak bulu cerah, pertumbuhan bulu lebat pada semua area, dan tidak disertai kebotakan Perhitungan Konversi Pakan Menurut NCR (1977) dalam Tahapari dan Suhendra (2009) konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan dalam keadaan kering yang diberikan selama kegiatan budidaya yang dilakukan dengan bobot akhir hewan dikurangi bobot awal hewan selama penelitian. Pernyataan tersebut dapat digambarkan seperti:

8 FCR = Keterangan: FCR F W t W 0 F W t W 0 = Feed Conversion Rate = bobot pakan selama kegiatan budidaya (kg) = bobot badan akhir (kg) = bobot badan awal (kg) Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah menggunakan piranti lunak Microsoft Excel 2013 dan SPSS, dianalisa dengan menggunakan sidik ragam Analysis of Variant (ANOVA), serta dianalisa secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Proksimat Penelitian ini didapatkan hasil berupa data analisis proksimat masingmasing biji yang disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Hasil analisis proksimat biji milet merah dan biji milet putih Judul Analisis Milet Merah (%) Milet Putih (%) Kadar Air 7.50 8.25 Kadar Abu 1.50 2.50 Kadar Protein 3.28 7.00 Kadar Karbohidrat 22.50 20.16 Kadar Lemak 14.70 9.10 Kadar Serat 14.25 13.75 Keterangan: Jumlah total presentase tidak 100% dikarenakan analisis proksimat hanya dilakukan pada pengujian kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak, dan kadar serat. Sisa presentase yang tidak ada dapat berupa BETN ataupun trace mineral yang tidak diuji Analisis kimia pada bahan pakan dapat dilakukan melalui analisis Proksimat. Analisis proksimat merupakan analisis kimia yang dirancang untuk membedakan komponen yang mengandung nutrien dari bahan yang tidak mengandung nutrien. Komponen-komponen dari analisis Proksimat adalah bahan kering, protein kasar, ekstrak eter, abu, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Cheeke 1999). Analisis proksimat dari biji milet merah dan biji milet putih menunjukan adanya beberapa perbedaan dari segi kadar air, abu, karbohidrat, dan serat. Namun terdapat hasil yang menunjukan perbedaan yang signifikan yaitu pada kadar lemak dan kadar protein. Kadar protein biji milet putih lebih banyak dua kali lipat dari biji milet merah, sedangkan kadar lemak dari biji milet merah lebih banyak setengah kali lipat dari biji milet putih.

9 Biji milet putih memiliki kadar protein sebesar 7.00%. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein memiliki struktur yang mengandung nitrogen. Menurut Winarno (2002), protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh serta berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur tubuh. Menurut Adriani (2012) pemberian protein yang berlebihan tidak ekonomis sebab protein yang berlebihan tidak dapat disimpan dalam tubuh tetapi akan dipecah dan dikeluarkan lewat ginjal. Hal tersebut akan menyebabkan tingkat feed consumption menjadi tinggi. Biji milet merah memiliki kandungan lemak 14.7%. Lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram (Winarno 2002). Fungsi utama lemak adalah sebagai cadangan sumber energi pengganti karbohidrat. Metabolisme lemak dalam tubuh organisme sangat erat kaitanya dengan metabolisme karbohidrat. Untuk menunjang proses metabolisme, dibutuhkan enzim yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh. Enzim memainkan peran sentral dalam proses metabolisme, baik metabolisme karbohidrat atau metabolisme lemak (Adriani 2012). Performa Pertumbuhan Bobot Badan dan Bulu Lovebird Hasil pengamatan bobot badan lovebird disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 4 sebagai berikut: Tabel 2 Hasil pengukuran pertambahan bobot badan lovebird selama 26 hari Hari ke Dedak Perlakuan Pakan Milet Merah Milet Putih 0 32.50 ± 1.91 a 34.00 ± 0.81 a 31.75 ± 1.70 a 2 33.50 ± 1.91 a 34.25 ± 1.25 a 31.75 ± 1.70 a 4 33.50 ± 2.08 a 34.75 ± 1.25 a 32.50 ± 1.29 a 6 34.00 ± 1.63 a 35.25 ± 1.70 a 32.50 ± 1.29 a 8 34.75 ± 2.06 a 35.75 ± 1.25 a 33.25 ± 1.70 a 10 34.25 ± 1.25 b 36.75 ± 1.25 a 34.25 ± 0.95 b 12 34.50 ± 1.29 b 37.25 ± 1.50 a 34.25 ± 0.95 b 14 33.50 ± 0.57 b 37.50 ± 1.73 a 34.50 ± 1.29 b 16 34.50 ± 1.29 b 38.25 ± 2.36 a 34.75 ± 1.50 ab 18 34.75 ± 1.25 b 38.50 ± 1.91 a 35.00 ± 1.15 b 20 35.25 ± 1.70 b 39.25 ± 1.70 a 35.50 ± 1.73 b 22 36.00 ± 1.15 b 40.00 ± 1.82 a 35.50 ± 1.73 b 24 35.50 ± 1.73 b 40.25 ± 1.70 a 36.00 ± 1.82 b 26 35.75 ± 2.06 b 40.75 ± 2.21 a 36.25 ± 1.50 b Keterangan: superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

10 10 8 6 4 2 0 Selisih pertambahan bobot badan lovebird selama 26 hari (individu) 9 4 3 3 5 7 5 5 4 Lovebird A Lovebird B Lovebird C Lovebird D 3 6 4 Dedak (kontrol) Dedak + Milet merah Dedak + Milet putih Gambar 4 Selisih bobot badan lovebird setelah diberi perlakuan selama 26 hari Secara statistik hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (P<0.05) pada selisih bobot badan lovebird kelompok dedak dan kelompok milet merah. Perbedaan yang nyata ini mulai terlihat pada hari ke-10 hingga akhir pengamatan. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0.05) pada bobot badan lovebird kelompok dedak dan kelompok milet putih sepanjang pengamatan. Hal ini diduga oleh kandungan lemak pada biji milet merah yang lebih banyak dibandingkan kandungan lemak pada biji milet putih, sehingga lemak yang terkandung dalam milet merah akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh (trigliserida). Menurut Baraas (2003) konsumsi pakan yang kaya akan karbohidrat maupun lemak akan menyebabkan peningkatan jumlah lemak yang terdeposit pada jaringan adiposa terutama yang berada di bawah kulit dan di rongga perut. Menurut James (2005) diet tinggi lemak akan meningkatkan nafsu makan lovebird. Nafsu makan yang tinggi akan menyebabkan penimbunan trigliserida. Pada keadaan trigliserida yang berlebihan, terjadi penurunan sensitivitas leptin atau peningkatan resistensi leptin, sehingga reseptor leptin pada otak (LEP-R) tidak sensitif dan nafsu makan tetap meningkat (Meutia 2005). Pengaruh dari nafsu makan yang meningkat ini juga dapat dilihat pada kelompok lovebird milet merah yang menunjukan perilaku mematok teman satu sarangnya. Menurut Adijaya (2013) lovebird yang kurang asupan nutrisinya akan menunjukan perilaku mematok teman satu sarangnya. Hal tersebut dapat diduga karena adanya kompetisi untuk mendapatkan makanan dari teman satu sarangnya karena nafsu makan yang meningkat. Kelompok lovebird yang diberi biji milet putih menunjukan pertambahan bobot selama satu bulan rata-rata 4.5 gram. Kenaikan bobot badan ini lebih rendah dibandingkan kelompok lovebird milet merah dan tidak terdapat perbedaan yang siginifikan dengan lovebird dedak. Hal ini diduga kandungan lemak yang rendah pada biji milet putih sehingga lemak tidak terdeposit sebagai jaringan adiposa tubuh (Baraas 2003).

11 Hasil pengamatan kualitas bulu lovebird dijabarkan pada Tabel 3 dan Gambar 5 sebagai berikut. Tabel 3 Pengamatan kualitas bulu lovebird setelah 26 hari perlakuan Perlakuan Jumlah Bulu Tekstur Kepalaleher Dada Sayap Ekor Bulu Warna Bulu Dedak 1 1 2 2 Halus Cerah Milet Putih 3 3 3 3 Halus Cerah, mengkilap Milet Merah 1 2 2 1 Sedikit kasar Kusam Keterangan: (1) Corak bulu kusam, kebotakan di area kepala dan leher melebihi 50%, bulu sayap dan ekor sedikit tumbuh (2) Corak bulu cerah, kebotakan di area kepala dan leher kurang dari 50%, bulu sayap dan ekor lebih dari 50% tumbuh (3) Corak bulu cerah, pertumbuhan bulu lebat pada semua area, dan tidak disertai kebotakan Hasil pengamatan menunjukan bahwa milet putih memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah bulu tumbuh (kepala, leher, dada, sayap, dan ekor), warna bulu, serta tekstur bulu lovebird. Pada kelompok milet putih tampak bulu lovebird lebih halus, mengkilap, dan tidak kusam. Pada minggu terakhir (hari ke-26) bulu lovebird kelompok milet putih ini sudah lengkap dan memperlihatkan perilaku mengepakkan sayap. Hal ini diduga kandungan protein yang tinggi pada milet putih. Hal tersebut sesuai dengan fungsi protein yaitu pembentukan sel-sel baru yang terepresentasi pada pertumbuhan bulu dan pengganti sel-sel pada jaringan yang rusak (Rohman 2013). Fungsi protein meliputi banyak aspek salah satunya yaitu sebagai struktur penting untuk jaringan urat daging, tenunan pengikat, kolagen, rambut, bulu, kuku, dan bagian tanduk serta paruh (Widodo 2016). Selain itu protein pada milet ini tersusun atas polimer beta karoten. Bulu tersusun atas polimer protein yang disebut beta-keratin. Beta-keratin hanya terdapat pada reptil dan unggas (Fraser 2008). Daerah kepala tidak ada bekas patukan A B Bulu leher dan sayap jarang tumbuh Bulu leher dan sayap tumbuh dan tampak tidak kusam Bulu kepala rontok (dipatuk) Gambar 5 Perbandingan pertumbuhan bulu dari kelompok lovebird yang diberi biji milet putih (A), dan biji milet merah (B)

12 Kelompok lovebird yang diberi pakan biji milet merah menunjukan pertumbuhan bulu yang cenderung mengalami kerontokan. Dapat dilihat pada Gambar 5 (B), lovebird yang diberi pakan biji milet merah mengalami kerontokan bulu pada daerah kepala, leher, dan dada akibat aktifitas saling mematok serta terlihat bulu kelompok milet merah yang kusam. Hal ini diduga karena kandungan protein pada biji milet merah sangat sedikit dibandingkan biji milet putih. Kandungan protein yang sedikit inilah yang menyebabkan lovebird tidak cukup memproduksi enzim-enzim yang diperlukan dalam metabolisme bahan-bahan makanan (Suprayitno 2017). Selain itu kandungan lemak yang tinggi pada biji milet merah juga berpengaruh terhadap kerontokan bulu. Menurut Kalangi (2013) makanan tinggi lemak tidak hanya dikaitkan dengan penyakit tapi juga pada kesehatan bulu dan rambut. Tingginya lemak dapat membuat pori-pori di kulit tersumbat. Pori-pori yang tersumbat menyebabkan struktur folikel rambut atau bulu tidak kuat dan dapat menyebabkan kerontokan rambut atau bulu. Feed Conversion Ratio Konversi pakan atau FCR adalah jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan 1 kg daging. Nilai konversi pakan berujung pada kualitas dari pakan yang diberikan berdasarkan bahan kering (Sari 2016). Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat badan dan 20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang. Bila nilai konversi pakan sudah jauh di atas angka dua, maka pemeliharaannya sudah kurang menguntungkan lagi (Tamalludin 2014). Rata-rata hasil Basal Metabolic Rate (BMR) yang diperoleh untuk anak lovebird ini adalah 6.04 kcal/kg/day. BMR tersebut digunakan sebagai patokan perhitungan banyaknya pakan yang diperlukan lovebird dalam sehari. Lovebird yang diberikan perlakuan pakan milet merah atau milet putih diberikan pakan biji milet dengan rasio tambahan biji milet sebesar 50:50 terhadap dedak. Hasil FCR dari masing-masing formulasi pakan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Feed Conversion Ratio masing-masing kelompok lovebird Perlakuan Pakan Parameter Dedak Millet Merah Millet Putih FCR 1.79 ± 0.10 a 1.17 ± 0.04 b 1.29 ± 0.05 b Keterangan: superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa FCR dari kelompok lovebird dedak yang paling tinggi yaitu rata-rata 1.79 ± 0.10. Hal tersebut menunjukan untuk mencapai bobot badan tertentu lovebird kelompok dedak membutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak dibandingkan lovebird kelompok milet merah dan milet putih. FCR lovebird kelompok milet merah dan milet putih menunjukan perbedaan yang signifikan (P<0.05) terhadap lovebird kelompok dedak. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemberian pakan dengan campuran ransum yang berbeda memberikan hasil FCR yang lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan satu macam pakan saja. Tidak ada perbedaan yang signifikan (P>0.05) FCR

13 antara milet merah dan milet putih, namun FCR milet merah sedikit lebih rendah dibandingkan FCR milet putih. Hal ini sesuai dengan pembahasan pertambahan bobot badan sebelumnya yaitu milet merah memberikan efisiensi pertambahan bobot lovebird lebih banyak daripada milet putih. SIMPULAN Penelitian ini dapat diperoleh simpulan bahwa biji milet merah memiliki kandungan lemak lebih banyak daripada biji milet putih. Kandungan lemak yang tinggi ini mempengaruhi tingginya pertambahan bobot badan lovebird dan perbaikan nilai konversi pakan. Kandungan biji milet putih yang memiliki protein lebih tinggi, secara kualitatif mempengaruhi kualitas pertumbuhan bulu yang lebih baik. SARAN Berdasarkan penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa biji milet cocok untuk pertumbuhan berat badan, dan milet putih untuk pertumbuhan kualitas bulu anak lovebird. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui formulasi yang tepat antara biji milet merah dan biji milet putih terhadap pertambahan bobot badan dan pertumbuhan tubuh lovebird yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Adijaya SD. 2013. Rahasia Burung Juara. Jakarta (ID): PT Trubus Swadaya. Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta (ID): PT Fajar Interpratama Mandiri. Andoko A. 2001. Bertanam Milet untuk Pakan Burung. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Grup. Baraas F. 2003. Mencegah Serangan Penyakit Jantung dengan menekan Kolesterol. Jakarta (ID): Kardia Iqratama. Cheeke PR. 1999. Applied Animal Nutrition Feeds and Feeding. 2nd Edition. New Jersey (US): Department of Animal Sciences Oregon State University. Endra Y. 2006. Analisis proksimat dan komposisi asam amino buah pisang batu (musa balbisiana colla). [Skripsi]. Bogor (ID): FMIPA IPB. Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang (ID): UB Press. Hermanto, Sandra, Anna M, Prita W. 2010. Analisis tingkat kerusakan lemak nabati dan lemak hewani akibat proses pemanasan. Jurnal Kimia VALENSI. 1(6). Holme DJ, Peck H. 1993. Analitical Biochemistry. Ed ke-2. New York (US): John Wiley & Sons. James JM. 2005. Leptin: strategies fo succes in weight management. Am J Clin Nutr. 21(1).

Kalangi SJR. 2013. Histofisiologi Kulit. Manado (ID): Universitas Sam Ratulangi Manado Pr. Kunto H. 1986. Semerbak Bunga di Bandung. Bandung (ID): Granesia. Krause MV. 1961. Food, Nutrition, and Diet Theraphy. Philadelphia (US): WB Soundres. Leveille GA. 1997. The Role Dietary Fiber in Nutrition and Health. Dalam: Hood L, Wardrip E, Bollenback GN. Ed. Carbohidrate and Health. Wesport CT: AVI Publishing. Meutia N. 2005. Peran neuropeptida Y dalam meningkatkan nafsu makan. [Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Padang, Irmawaty. 2007. Pengaruh jenis kelamin dan lama makan terhadap bobot dan persentase karkas kambing kacang. Jurnal Agrisistem. 3(1). Prabowo B. 2010. Kajian Sifat Fisokimia Tepung Milet Kuning dan Tepung Milet Merah. Solo (ID): Universitas Sebelas Maret. Prawoto B. 2011. Memelihara dan Menangkar Lovebird. Yogyakarta (ID): KITA Yogyakarta. Rohman A, Sumantri. 2004. Analisis Makanan. Yogyakarta (ID): UGM Press. Sari DDK, Astuti MH, Asi LS. 2016. Pengaruh pakan tambahan berupa ampas tahu dan limbah bioetanol berbahan singkong (Manihot utilisima) terhadap penampilan sapi bali (Bos sondaicus). Buletin Peternakan. 40 (2). Satriyo AAB. 2017. Pemberian pakan berbeda pada anakan burung lovebird dengan metode hf (handfeeding). [Skripsi]. Kediri (ID): Fakultas Peternakan Universitas Nusantara PGRI Kediri. Soemadi. 2003. Pengaruh jenis kelamin dan lama makan terhadap bobot dan persentase karkas kambing kacang. Jurnal Agrisistem. 3(1). Soemadi W, Mutholib A. 2003. Pakan Burung. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Soemarjoto. 1997. Tingkatkan kepedulian kelestarian perlindungan burung di Indonesia. Trubus. Majalah Pertanian No 306:1 (kol 1-2). Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1996. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada. Sumartini S, Kantasubrata J. 1992. Analisis Proksimat 1 dan 2. Bandung (ID): P3KT-LIPI. Sunanto, Hardi. 2002. Tehnik Menangkar Lovebird. Semarang: Dahara Prize. Suprayitno, Eddy, Titik DS. 2017. Metabolisme Protein. Malang (ID): Universitas Brawijaya Press. Tamalluddin F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Grup. Trisiwi HF. 2015. Pengaruh kandungan dedak padi dan level energi pakan terhadap penampilan ayam kampung single comb. Agros. 17(1). Wahyu J. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Widodo W. 2016. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Malang (ID): UMM Press. Widodo W. 2015. Formulasi Pakan Burung Ocehan dan Hias. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Grup. Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia. 14

15 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Spirlee Anesta Sanas. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Adhi Suprapto dan ibu Kartini. Adik perempuan bernama Novera Jayanti Ramadhani. Penulis lahir pada bulan November tahun 1997. Mengawali pendidikan di bangku Sekolah Dasar Negeri 2 Pandean, Madiun, lulus tahun 2010. Kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Madiun, lulus tahun 2012. Selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Madiun, lulus tahun 2015. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Selama di perguruan tinggi, penulis pernah tergabung dalam beberapa organisasi kemahasiswaan. Dimulai dari tahun 2016-2017 sebagai Pengurus Harian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Tahun 2017-2018 tergabung dalam Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik. Selain organisasi kemahasiswaan penulis juga pernah mengikuti beberapa kepanitiaan di FKH IPB seperti masa perkenalan fakultas bagi mahasiswa baru. Penulis pernah menjalankan program magang kerja pada tahun 2017 di KPBS Pangalengan dan tahun 2018 di Bogor Pet Center. Penulis juga pernah meraih beberapa penghargaan di antaranya Juara 1 National Veterinary Competition dan Juara 2 Veterinary Enterpreneurship.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA