perbedaan kitab fathul izar dan qurrotul uyun


KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU- Pentingnya pendidikan seks juga disadari oleh para ulama. Maka sejumlah kitab yang mengajarkan tentang pendidikan seks, biasanya diajarkan di pesantren. Tentu saja harapannya, agar para santri tidak terjebak dalam perilaku seks bebas dan lebih siap menempuh kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.

Selain itu, pemahaman terhadap konsepsi seksualitas ini juga diharapkan agar santri bisa memahami pentingnya menjaga organ-organ vital pada dirinya. Di samping itu, pendidikan seks juga berkaitan erat dengan praktik-praktik ibadah yang dibahas dalam ilmu fiqih.

Biasanya, pendidikan seks di pesantren kebanyakan diajarkan di bulan Ramadan. Para kiai mengajarkan materi pendidikan seks berdasarkan jenjang kelas santri. Artinya, semakin senior santri itu, maka pelajaran seks yang diberikan akan lebih detail lagi.

Bagi santri yang masih di kelas awaliyah (dasar), biasanya hanya diberikan materi seputar aqil balig (menstruasi bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki). Lain halnya bagi santri kelas ulya (atas) ia akan mendapatkan pendidikan seks yang lebih terinci.

Baca juga: Sempat Menghilang Sehari, Ini Identitas Mayat Mengapung di Sungai Martapura

Ada banyak kitab terkait pendidikan seks dan rumah tangga, di antaranya Uqudul Lujain karya Syekh Nawawi al-Bantani, Qurrotul Uyun bi Syarhi Nadzam Ibn Yamun karya Syekh Muhammad at-Tahami Ibnu Madani, Dhau’ al-Misbah fi Bayani Ahkam an-Nikah karya KH Hasyim Asy’ari, Fathul Izar karya Agus Abdullah Fauzi, dan Irsyadu Zaujain karya Muhammad Utsman.

Dari beberapa kita tersebut, yang paling populer adalah Uqudul Lujain dan Qurrotul Uyun. Tanpa menafikan kitab-kitab lainnya, kitab ini termasuk jajaran kitab favorit.

Salah satu daya tariknya, adalah pada bab bersenggama yang dijelaskan secara gamblang.

Kitab Qurrotul Uyun merupakan kitab berbentuk syarah dari nazham (Syair) yang ditulis oleh Syekh Qasim bin Ahmad bin Musa bin Yamun. Sebagaimana kitab syarah pada umumnya, Syekh Tahami menyajikan ulasan secara runut pada tiap bait-bait yang disusun Syekh Yamun.

Qurrotul Uyun, sebagaimana dilansir dari situs alif.id, menyajikan pembahasan senggama secara lengkap dan gamblang, mulai dari pemilihan waktu yang tepat, tata cara foreplay yang dianjurkan, bagaimana posisi yang unggul dan doa-doa yang harus dibaca.

Disebutkan dalam kitab tersebut, waktu terbaik untuk seorang suami-istri berbulan madu atau bersenggama adalah setelah Isya’, boleh juga dilakukan setelah Maghrib sebelum Isya’. Hendaknya suami melarang siapapun berhenti atau duduk di dekat pintu kamarnya, agar tidak ada yang mengganggu saat bersenggama.

Sementara doa yang dibaca oleh suami-istri setelah sepakat akan bersenggama adalah Allahumma Jannibna as-Syaithan wa Jannibis Syaithana ma Razaqtana.

Baca juga: Covid-19 Banjarbaru Melandai, Kalakhar BPBD: Sepekan Tidak Ada Catatan Kematian

Dijelaskan pula, etika yang harus dipenuhi oleh seorang suami-istri adalah kebersihan badan dan hatinya sebelum bersenggama. Hendaknya keduanya sudah bertaubat dari dosa-dosanya selama ini. Setelah suci batinnya, suami-istri juga dalam keadaan suci lahiriahnya baik itu dengan mandi dan wudlu terlebih dahulu.

Keadaan suci lahir batin ini mencerminkan terpenuhinya agama dalam kehidupan rumahtangga, sebagaimana dimaksudkan dalam hadis Nabi:

Barangsiapa telah menikah, maka ia sejatinya telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka hendaknya bertakwa kepada Allah dalam setengah yang lainnya. (HR. Muslim).

Saat bersuci inilah, hendaknya si suami membasuh kedua tangan dan kakinya dan istrinya dalam satu wadah (ember) air. Lalu suami membaca Asmaul Husna dan shalawat Nabi, kemudian air bekas basuhan itu disiramkan ke setiap sudut rumah. Hal ini dapat menjadi wasilah hilangnya keburukan dan was-was setan.

Ketiga, memulai dengan kesunnahan, seperti memakai parfum, mendahulukan kaki kanan saat memasuki kamar lalu mengucapkan:

‘Bismillahi wassalamu ‘ala Rasulihis salamu ‘alaikum. Selanjutnya mengerjakan shalat dua rakaat atau lebih banyak. Lalu membaca surat al-Fatihah sebanyak tiga kali, surah al-Ikhlas sebanyak tiga kali, shalawat Nabi tiga kali, bertasbih dan berdoa kepada Allah.

Setelah itu, hendaknya si suami menghadap istri, lalu letakkan tangan di atas ubun-ubun istrinya sambil berdoa:

“Ya Allah, aku memohon kebaikan kepada-Mu dan kebaikan tabiat yang telah Engkau tetapkan kepadanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan istri dan keburukan tabiat yang telah Engkau tetapkan baginya.”

Lalu membacakan surat-surat Al-Qur’an seperti al-Waqi’ah, an-Nashr, Al-Insyirah ataupun Ayat Kursi. Doa-doa ini lebih baik dibaca setiap hari bukan saat hendak bersenggama saja. (Kanalkalimantan.com/berbagai sumber)

Editor: cell


Ilustrasi berhubungan suami istri. Foto: Shutterstock

Kitab Fathul Izar seringkali digunakan di pesantren sebagai rujukan dalam pendidikan pra nikah. Kitab ini banyak menjelaskan perkara-perkara penting yang berhubungan dengan perkawinan, seperti etika bersenggama, doa ketika berhubungan suami istri, dan masih banyak lagi.

Dalam Islam, jima’ merupakan bentuk ibadah yang bernilai pahala. Dalam hadits riwayat Muslim para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: "Wahai Rasulullah, apakah jika salah seorang dari kami mendatangi syahwatnya (berhubungan suami istri) maka mendapat pahala?".

Rasulullah SAW menjawab: "Apa pendapat kalian seandainya dia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, bukankah dia mendapatkan dosa. Maka demikian pula jika dia melampiaskan syahwatnya pada yang halal, maka dia memperoleh pahala".

Oleh sebab itu, untuk meraih ridha Allah dan agar istri dan suami sama-sama berbahagia, maka jima’ harus dilakukan sesuai adab. Di sinilah peran kitab Fathul Izar untuk membantu pasangan Muslim menciptakan rumah tangga yang harmonis.

Lantas, apa saja adab-adab bersenggama dalam kitab Fathul Izar? Berikut penjelasannya mengutip buku Wejangan Pengantin Anyar & Terjemah Fathul Izar yang disusun Firman Arifandi:

Ilustrasi pasangan yang siap punya anak. Foto: Shutter Stock

Terdapat beberapa etika yang perlu diperhatikan suami ketika berhubungan badan dengan istri, yaitu:

1. Bermesraan Terlebih Dahulu

Tujuan bermesraan adalah agar hati istri tidak merasa gelisah dan tertekan. Ketika tubuh istri merespon dengan baik, maka suami dapat merapatkan tubuhnya ke tubuh istri.

2. Hindari Posisi Tertentu

Ada posisi yang harus dihindari ketika jima’. Pertama, jangan menyetubuhi istri dengan posisi berlutut karena hal ini dapat memberatkannya. Jangan pula dengan posisi tidur miring karena dapat menyebabkan sakit pinggang.

Jika istri berada di atas suami, ini dapat mengakibatkan kencing batu. Posisi jima' yang paling baik adalah meletakkan istri dalam posisi terlentang dengan kepala lebih rendah daripada pantatnya. Suami mendatangi istri dari atas dengan bertumpu pada siku.

3. Membaca Taawudz dan Basmalah

Ketika hendak bersenggama, baca taawudz dan basmalah. Lakukan hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat istri untuk mempermudah proses jima’.

Ilustrasi berdoa. Foto: Shutter Stock

4. Hubungan badan dilakukan secara pelan-pelan dan lembut.

5. Menahan keluarnya mani saat birahi bangkit, sambil menunggu sampai istri mengalami inzal. Yang demikian dapat menciptakan rasa cinta di hati.

6. Tidak terburu-buru mencabut dzakar ketika merasa istri akan keluar mani, karena hal tersebut dapat melemahkan ketegangan dzakar.

7. Jangan melakukan 'azl (mengeluarkan mani di luar vagina) karena hal tersebut merugikan pihak istri.

8. Usai jima’ suami membaca dzikir dalam hati sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا ۗ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا

"Segala puji milik Allah SWT yang telah menciptakan manusia dari air, untuk kemudian menjadikannya keturunan dan mushaharah. Dan adalah Tuhanmu itu Mahakuasa." (QS al-Furqan ayat 54).

9. Disunnahkan berwudhu ketika hendak tidur.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA