Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 18-23
orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai
tujuan bersama.
Berdasarkan dari beberapa definisi
tersebut, inti dan makna kepemimpinan hamper
sama artinya, kepemimpinan dapat dikatakan
sebagai suatu wujud persuasi, suatu seni yang
membangun dan melakukan pembaruan
terhadap kelompok manusia.
Kepemimpinan yaitu suatu kekuatan
untuk mempengaruhi suatu kelompok tertentu
dalam memperoleh visi dan misi yang telah
diatur. Sumber dari pengaruh tersebut sifatnya
formal, seperti yang dilakukan dengan
peringkat manajerial-manajerial di dalam
organisasi. Organisasi memerlukan
kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang
kuat untuk efektivitas yang optimal. Dalam
pencapaian visi dan misi memerlukan
pemimpin yang dapat menimbulkan inspirasi
bagi setiap anggota organisasi untuk
memperoleh visi. Dan juga membutuhkan para
manajer untuk menyimpulkan rencana yang
telah disusun dengan baik, membuat struktur
organisasi yang tepat, dan memperhatikan
pekerjaan operasional sehari-hari (Robbim,
2008). Gaya–gaya kepemimpinan memiliki
arti cara pemimpin mempengaruhi
bawahannya. Pemimpin harus mempunyai
berbagai macam pola kepemimpinan. Menurut
Hasibuan (2005) terdapat 4 (empat) pola
kepeminpian yaitu: a. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter merupakan tanggung
jawab yang setengah dari wewenang kekuasaan
di tangan pemimpin. b. Kepemimpinan
Partisipatif adalah kepemimpinan yang
dilakukan secara persuasif membuat cara kerja
sama yang selaras dengan kelompok kerja
lainnya, menciptakan kepatuhan, dan terhadap
peran anggota. Pimpinan harus bisa menjadi
motivator bagi anggota agar anggota bisa
menganggap bahwa perusahaan milik sendiri.
Oleh karena itu akan menimbulkan
kenyamanan terhadap anggota untuk
melakukan pekerjaan. c. Kepemimpinan
Delegatif Kepemimpinan delegatif yaitu ketika
seorang pemimpin menyerahkan kekuasaan
kepada anggota yang sesuai dengan kriteria
kepemimpinan. d. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah
kepemimpinan yang didasarkan atas ikatan
saling mempengaruhi antara: tingkat bimbingan
dan arahan yang diberikan pemimpin (perilaku
tugas), tingkat dukungan sosioemosional yang
disajikan pemimpin (prilaku hubungan), dan
tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan
dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan
tertentu (kematangan bawahan).
Pemimpin yang baik, pasti dapat
memahami kebutuhan-kebutuhan karyawan
yang harus dipenuhi untuk memperoleh tujuan
suatu instansi agar menjadi lebih terarah
kedepannya. Terciptanya kondisi efektifitas
kerja dapat dipengaruhi dengan membuat suatu
kinerja yang dapat menguntungkan dan kerja
sama antar karyawan yang baik. Oleh karena
itu pemimpin harus dapat memberi penilaian
mengenai tingkat efisiensi kinerja
karyawannya.
Kohesivitas Kelompok
Robbin (2008) mendefinisikan kohesivitas
merupakan susunan anggota kelompok yang
saling memiliki hubungan satu sama lain dan
termotivasi untuk menetap di dalam suatu
kelompok tersebut. Misalnya, beberapa
kelompok kerja menjadi kohesif karena para
anggota kelompok telah menghabiskan banyak
waktu bersama, atau ukuran kelompok yang
lebih kecil memfasilitasi adanya interaksi yang
tinggi, atau kelompok tersebut telah mengalami
ancaman-ancaman eksternal yang menjadikan
mereka lebih dekat. Kekohesifan penitng
karena berhubungan dengan produktivitas
kelompok.
Johnson dan Johnson (Trihapsari &
Nashori, 2011) mendefinisikan kohesivitas
kelompok sebagai daya saling ketertarikan
antar anggota kelompok tersebut berkeinginan
untuk tetap tinggal dalam kelompok tersebut,
dan juga daya tarik antar individu dengan
kelompok atau organisasinya. Kelompok yang
memiliki kohesivitas tinggi bercirikan adanya
keinginan untuk menetapkan tujuan kelompok
dan keinginan untuk mencapai tujuan dengan
baik. Komitmen terhadap tujuan kelompok dan
keinginan untuk mencapai tujuan yang baik.
Komitmen terhadap tujuan kelompok dan
keinginan untuk menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya juga sangat tinggi. Hal lainnya
yang merupakan dampak kohesivitas kelompok
adalah rendahnya tingkat kehadiran
(achievement) dan keinginan untuk keluar
(turnover). Selain itu, motivasi, keajegan
menyelesaikan tugas sebaik-baiknya, komitmen
terhadap kesukaan kerja sama anggota serta
keinginan serta keinginan untuk mendengarkan
dan mengikuti saran atau pendapat sesamana
anggota meningkat.
Mudrack (dalam Bachroni, 2011)
menyampaikan bahwa kohesivitas timbul