Penyebutan aksi polisionil pada Agresi Militer 1 oleh Belanda bertujuan untuk

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pada Juli 1947, Gubernur jendral Belanda Van Mook mengeluarkan ultimatum agar pasukan Indonesia ditarik mundur dari garis batas demarkasi sejauh 10 km.

Ultimatum tersebut ditolak secara tegas oleh pemimpin Indonesia.

Belanda menginginkan agresi militer terhadap Indonesia.

Tujuannya adlaah menguasai secara penuh wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam.

Belanda mengatakan kepada dunia Internasional bahwa aksi tersebut hanya polosional dan merupakan urusan dalam negeri.

Belanda beralasan aksi ini merupakan bentuk pemulihan keamanan Indonesia.

Hal terebut dilakukan untuk mempertahankan penafsiran terhadap perjanjian Linggarjati.

Bung Karno di atas Jeep Belanda (INTISARI/Moh Habib Asyhad)

Secara militer, agresi militer Belanda I bertujuan untuk memusnahkan atau melawan TNI.

Dari segi politis, Belanda ingin merebut daerah-daerah strategis di Indonesia.

Dari segi ekonomi, Belanda enggan melepaskan Indonesia yang memiliki kekayaan alam berlimpah.

Van Mook berpidato melalui radio yang menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat oleh Perjanjian Linggarjati.

Bahkan ada yang menyebut Van Mook merobek kertas perjanjian tersebut.

Kala itu, sekitar 100 ribu tentara Belanda sudah bersenjata lengkap.

Mereka juga dilengkapi dengan peralatan tempur modern yang diperoleh dari Inggris dan Australia. (1)

Ketika pasukan khusus Belanda menyerbu Yogya (INTISARI/Ade Sulaeman)

Pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi militer I dengan menyerang daerah Republik Indonesia di Jawa dan Sumatra.

Pasukan TNI tidak siap menghadapi serangan mendadak tersebut.

Serangan pertama itu membuat TNI terpencar-pencar.

Dalam kondisi demikian, TNI mencoba membangun daerah pertahanan baru.

Kemudian TNI menggunakan taktik perang gerilya.

Perang gerilya ini berhasil membatasi ruang gerak Belanda.

Gerak pasukan Belanda hanya ada di jalan raya dan pusat kota.

Sementara itu, daerah luar kota dan pinggir dikuasai oleh TNI.

Kejadian ini mendapat perhatian dari dunia internasional.

Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB meminta kedua belah pihak menghentikan peperangan ini.

Karena itu, gencatan senjata diadakan pada 4 Agustus 1947.

Untuk mengawasi gencatan senjata ini, dibentuk komisi konsuler yang anggotanya terdiri atas konsul jenderal yang ada di Indonesia.

Komisi konsuler diketuai oleh Dr Walter Foote dari Amerika.

Anggotanya terdiri dari Konsul Jenderal Cina, Prancis, Australia, Belgia, dan Inggris.

Komisi tersebut juga diperketat dengan pasukan militer Amerika Serikat dan Prancis yang bertugas sebagai peninjau militer.

Berdasarkan laporan komisi konsuler, Belanda tetap mengadakan gerakan militer pada 30 Juli hingga 4 Agustus 1947. (2)

Pasukan tentara dan para tokoh Indonesia berjuang keras menghadapi pertarungan Agresi Militer Belanda I.

Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu merdeka dan sanggup berdaulat.

Selain dengan pertempuran, juga dilakukan diplomasi.

Diplomasi terbukti berhasil dengan munculnya reaksi keras dunia internasional terhadap agresi militer yang dilancarkan Belanda.

Kala itu India dan Australia mengajukan resolusi ke Dewan Keamanan PBB. (3)

Dewan keamanan PBB menyebut konflik antara Belanda dan Republik Indonesia dengan sebutan The Indonesian Question.

Berikut beberapa resolusi yang didalamnya membahas mengenai konflik antara Belanda dan Republik Indonesia.

- Resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947

- Resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 Agustus 1947

- Resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947

- Resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949.

Selain itu, Polandia dan Uni Soviet juga mendesak agar pasukan Belanda di tarik dari Wilayah Republik Indonesia. (4)

Berkat berbagai perjuangan dan dukungan internasional, Belanda menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan serangan.

ILUSTRASI - Persiapan pasukan Indonesia menghadapi Operasi Jayawijaya (INTISARI/Moh Habib Asyhad)

Akibat agresi yang dilakukan, beberapa perkebunan luas yang ada di Jawa dan Sumatra berhasil dikuasai Belanda.

Meski Belanda sudah menerima seruan gencatan senjata PBB, mereka tetap melakukan usaha untuk mempertahankan daerah yang telah berhasil diduduki. (3)

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)

Untuk terus update informasi tribunnewswiki.com, ikuti kami di:

Agresi Militer Belanda 1 merupakan kejadian penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi setelah Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati. Adanya agresi militer ini menimbulkan protes dari dunia internasional.

Bagi Indonesia, peristiwa agresi militer memberikan beberapa dampak. Ulasan lengkap tentang Agresi Militer Belanda 1 akan dijabarkan pada penjelasan di bawah ini.

Mengutip dari tirto.id, perjanjian Linggarjati yang sudah disepakati ternyata tidak membuat perselisihan antara Indonesia dan Belanda mereda. Pihak Indonesia merasa bahwa setelah proklamasi kemederkaan, maka Indonesia telah menjadi negara yang berdaulat dan berhak mempertahankan kemedekaannya atas seluruh wilayah bekas jajahan Belanda.

Di lain hal, Belanda tetap teguh pada isi pidato Ratu Wilhelmina pada 7 Desember 1942. Pidato tersebut berisi bahwa suatu hari akan dibentuk persemakmuran antara Kerjaan Belanda dan Hindia (Indonesia) di bawah naungan Kerjaan Belanda. Hal tersebut yang menjadi penyebab Agresi Militer Belanda 1.

Dari sumber lain diterangkan setidaknya ada tiga tujuan Agresi Militer Belanda I, yaitu tujuan politik, ekonomi, dan militer.

  • Tujuan politik: menghilangkan negara Indonesia secara de facto dengan cara mengepung ibu kota Indonesia dan menghapus nusantara dari peta.
  • Tujuan ekonomi: merebut daerah yang menghasilkan bahan pangan, produk eksport, dan pertambangan.
  • Tujuan militer: menghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Baca Juga

Menurut penjelasan dalam skripsi berjudul “Agresi Militer Belanda I dan II (Periode 1947 – 1949) dalam Sudut Pandang Hukum Internasional”, disebutkan bahwa Belanda menyebut Agresi Militer Belanda 1 terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. Operasi militer terjadi terjadi di Pulau Jawa dan Sumatra.

Advertising

Advertising

Belanda juga menyebut operasi ini sebagai Aksi Polisionil dan menyebutkan bahwa tindakan yang dilakukannya sebagai urusan dalam negeri demi mengembalikan ketertiban umum. Maka dari itu, Belanda mengabaikan seruan dunia internasional untuk menaati isi perjanjian Linggarjati dan menghentikan pertikaian dengan Indonesia.

Agresi militer dilancarkan setelah Gubernur Jendral Van Mook mengeluarkan ultimatum agar pihak Indonesia menarik mundur pasukannya sejauh 10 km dari garis demarkasi. Tentu saja ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia.

Tak hanya mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan pasukan Indonesia mundur, Van Mook juga dengan lantang menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan Perjanjian Linggarjati. Setelah itu, Belanda mulai melakukan serangan dengan cepat dan mendadak menggunakan kekuatan militer yang besar dengan perlengkapan modern.

Serangan tersebut membuat pihak Indonesia terkejut dan Indonesia tidak bisa menandingi kekuatan belanda pada saat itu. Akibatnya, Belanda dengan mudah menduduki beberapa wilayah di Jawa dan Sumatra. Tak hanya itu, para diplomat Indonesia yang berada di Jakarta juga banyak yang ditangkap Belanda.  

Baca Juga

Agresi Militer Belanda 1 menulai banyak kecaman dari dunia internasional termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut merasa kecewa dengan serangan yang dilakukan Belanda. Sebagian besar negara mengkhawatirkan terjadi pergolakan berkepanjangan yang mengakibatkan kekacauan politik, militer, dan ekonomi.

Banyak negara yang memanfaatkan situasi tersebut untuk memperbesar pengaruh di Indonesia. Di lain hal, Belanda membela tindakan mereka dengan mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, dengan isi surat antara lain:

  1. Belanda menuduh Indonesia tidak sanggup melaksanakan Perjanjian Linggarjati.
  2. Gencatan senjata terjadi pada 14 Oktober 1946 selalu dilanggar oleh tentara Indonesia dan pemerintah Indonesia tidak menyangkal pelanggaran yang terjadi.
  3. Di garis demarkasi selalu ada penyerbuan terhadap Belanda dan penyerbuan ke Indonesia Timur serta Kalimantan Barat.
  4. Banyak terjadi pemusnahan alat berharga.
  5. Blokade ekomoni terus dilakukan sehingga membuat kelaparan.
  6. Banyak tawanan di daerah Indonesia yang belum dilepaskan oleh pihak RI.
  7. Propaganda perang dibesar-besarkan oleh radio Indonesia dari Yogyakarta.

Dari isi surat tersebut Belanda mengklaim bahwa pihak RI melakukan tindakan kejahatan dan perlu dihukum. Sehingga Belanda merasa perlu melakukan Aksi Polisionil demi ketertiban umum. Belanda merasa Indonesi tidak sanggup mempertahankan keamanan dan enggan bekerja sama dengan Belanda.

Baca Juga

Namun dunia internasional tidak bisa menerima argumentasi yang disampaikan Belanda. Dengan demikian, dunia internasional juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa Belanda telah mengerahkan kekuatan militer secara besar-besaran untuk agresi militer di Indonesia.

Tanggal 31 Juli 1947, Indonesia juga menulis surat kepada Dewan Keamanan PBB yang berisi permintaan agar Dewan Keamanan bertindak untuk mengatasi sengketa Indonesia-Belanda. Berkat inisiatif India dan Australia, persoalan agresi tersebut berhasil dibawa ke Dewan Keamanan PBB.

Setelah melalui perdebatan yang sengit, akhirnya Dewan Keamanan PBB mencela agresi militer tersebut dan berpendapat bahwa pertikaian tersebut harus segera dihentikan.

Belanda kemudian menyadari bahwa pihaknya harus menaati PBB agar tidak terkena sanksi. Maka pada tanggal 5 Agustus 1947, Agresi Militer Belanda 1 dihentikan dan penyelesaian masalah dilanjutkan melalui meja perundingan.

Dampak Agresi Militer I

Agresi Militer Belanda 1 ternyata memiliki dampak positif dan negarif bagi Indonesia. Melansir dari tirto.id, berikut uraiannya:

Dampak Positif

  1. Dukungan dunia internasional kepada Belanda menurun, sebaliknya Indonesia mendapat banyak dukungan dan simpati dari negara-negara di dunia.
  2. Beberapa negara mengakui kemerdekaan Indonesia secara de jure.
  3. Posisi Indonesia dalam perjanjian internasional semakin kuat.

Baca Juga

  1. Melehakan kekuatan militer Indonesia.
  2. Wilayah Indonesia menjadi lebih sempit.
  3. Banyak korban dari Indonesia baik tentara maupun masyarakat sipil.
  4. Mempengaruhi ekonomi negara.
  5. Menggangu stabilitas politik Indonesia.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA