TEMPO.CO, Jakarta - Pendirian Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI diresmikan 29 April 1945 oleh Pemerintah Jepang. Badan ini awalnya dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dari seluruh bangsa Indonesia, karena pada saat itu Jepang akan menjanjikan akan membantu proses kemerdekaan Negara Indonesia.
BPUPKI beranggotakan 67 orang dengan diketuai Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat dan wakil ketua Ichibangase Yosio, berkebangsaan Jepang serta Raden Pandji Soeroso.
Selama menjalankan tugasnya, BPUPKI telah tercatat sudah melaksanakan dua kali masa sidang. Sidang pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, yang akhirnya menghasilkan Piagam Jakarta (atau yang kita kenal sekarang dengan Pancasila).
Lalu, Sidang kedua diadakan pada 10 sampai 16 Juli 1945, dalam sidang ini seluruh pengurus maupun anggota BPUPKI sedang membicarakan mengenai rancangan Undang-Undang Dasar (UUD), termasuk di dalamnya juga membahas mengenai pembukaan UUD.
Kemudian pada tanggal 7 Agustus 1945, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau yang disingkat BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dikutip dari buku Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan (2002) alasan dari dibubarkannya BPUPKI adalah karena meraka telah menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia merdeka.
Selanjutnya Pemerintah Jepang membentuk sebuah badan baru yang bernama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan diketuai oleh Ir Sukarno.
Tugas inti dari PPKI pengganti BPUPKI ini sendiri adalah meresmikan pembukaan serta batang tubuh UUD 1945 dan melanjutkan hasil kerja BPUPKI seperti mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang kepada bangsa Indonesia serta mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah ketatanegaraan bagi negara Indonesia yang akan merdeka.
PRIMANDA ANDI AKBAR
Baca: Menjelang 17 Agustus: Radjiman Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI Perancang Konstitusi
Rekomendasi Berita
Menjadi Ikon Hari Pahlawan, Begini Profil Hotel Yamato di Surabaya
40 menit lalu
Hotel Yamato selalu ada dalam catatan sejarah lantaran di sini pernah terjadi insiden heroik oleh arek-arek Surabaya, menjadi ikon Hari Pahlawan.
Ignasius Jonan dan Dua Tokoh Senior Indonesia Dapat Penghargaan dari Jepang
1 jam lalu
Ignasius Jonan, Akbar Tandjung dan Sjarifuddin Hasan menerima penghargaan dari Jepang atas kontribusi mereka dalam memperkuat kerja sama.
HNW: Semua Anggota BPUPKI Mestinya Dianugrahi Gelar Pahlawan Nasional.
1 hari lalu
Ahmad Sanusi adalah ulama pejuang, salah satu pendiri Ormas Persatuan Umat Islam.
Yen Anjlok, Orang Jepang Beralih ke iPhone Second
1 hari lalu
Jatuhnya nilai yen terhadap dolar AS membuat orang Jepang mengincar iPhone bekas karena lebih terjangkau harganya.
Guntur Bersyukur Presiden Jokowi Bersihkan Nama Soekarno dari G30S
2 hari lalu
Menurut Guntur, dengan adanya pernyataan Jokowi maka proses de-Soekarnoisasi atau upaya melemahkan pengaruh Soekarno ke rakyat dapat diredam
Warga Jepang Bakal Diminta Hemat Listrik Menjelang Musim Dingin
2 hari lalu
Jepang berencana meminta sektor domestik dan bisnis agar menghemat listrik bila memungkinkan mulai dari Desember 2022.
Kawasaki Z650RS Punya Warna Baru Khusus di Jepang
2 hari lalu
Motor Kawasaki model ini sudah diluncurkan secara global, seperti di India. Bahkan merek aftermarket telah mendorong banyak aksesoris.
Kasus Gagal Ginjal Akut, Kemenkes Sebut Sebagian Besar Obat Fomepizole Donasi dari Australia dan Jepang
3 hari lalu
Kemenkes menyampaikan bahwa negara pemberi donasi obat gagal ginjal akut fomepizole adalah dari Jepang dari Australia.
Profil KH Ahmad Sanusi, Ulama asal Jawa Barat dan Anggota BPUPKI Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
4 hari lalu
KH Ahmad Sanusi menjadi satu dari 5 tokoh yang akan diberikan gelar pahlawan nasional. Bagaimana kiprah ulama asal Jawa Barat dan anggota BPUPKI ini?
Pahlawan Nasional Raden Rubini Natawisastra: Dokter Pejuang di Kalimantan Barat, Gugur Setelah Diculik Jepang
5 hari lalu
Raden Rubini Natawisastra dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah bersama 4 tokoh lain tahun ini. Ia dokter pejuang di Kalimantan Barat.