Organisasi pergerakan Nasional yang dianggap sebagai Manifesto politik pertama adalah

Menurut Sartono Kartodirdjo, manifesto politik tersebut sangat penting bagi pergerakan nasional sampai tahun 1945. Foto: Goodreads.com

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Salah satu putra terbaik UGM dalam dunia Ilmu sejarah yaitu Prof. Dr. Aloysius Sartono Kartodirdjo.

Ia merupakan pelopor penulisan sejarah dengan cara pandang Indonesia.

Pria kelahiran Wonogiri 15 Februari 1921 itu juga merupakan dosen sekaligus guru besar di UGM.

Salah satu wawancaranya yang dimuat dalam Majalah Balairung Nomor 25 tahun 1997, ia bicara tentang manifesto politik pemuda Indonesia dalam sumbangsihnya terhadap kemerdekaan.

Wawancara tersebut dilakukan setahun sebelum reformasi bergulir.

Majalah Balairung Nomor 25 tahun 1997

Baca juga: Sri Margana: Sejarah itu Seksi di Segala Bidang

Menurut Sartono, manifesto politik pemuda Indonesia kala itu dibuat tahun 1925 di Belanda.

Tepatnya di Universitas Leiden, tempat banyak pemuda Indonesia menimba ilmu saat itu.

Manifesto politik tersebut dimuat dalam majalah Perhimpoenan Indonesia.

Terbitan tersebut memuat dasar-dasar nasionalisme Indonesia yang dirumuskan oleh para pemuda.

Dasar-dasar tersebut dibuat dengan melakukan analisa mendalam terhadap politik kolonial Belanda.

Baca juga: Sejarawan UGM: Pujangga India Sebut Jawa sebagai Bangsa Beradab

Menurut Sartono, dalam manifesto politik tersebut dimuat beberapa butir landasan nasionalisme sekaligus dasar perjuangan bangsa Indonesia agar terlepas dari kungkungan kolonial.

Di butir pertama, disampaikan selayaknya Indonesia diperintah oleh orang yang dipilih oleh rakyat Indonesia dan dari kalangan sendiri.

“Ini implisit sekali sebagai penegakan kedaulatan rakyat. Ya tentu saja ini menuju kemerdekaan dan demokrasi,” ungkap Sartono.

Butir kedua berisikan pernyataan bahwa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia kala itu tak membutuhkan bantuan dari pihak manapun.

“Ini masalah otonomi. Swadaya suatu bangsa. Jadi tidak menggantungkan pihak manapun,” jelas Sartono.

Baca juga: Mahfud MD: Sayang Kalau Negara ini Runtuh karena Hoaks

Page 2

Baca juga: Sejarawan UGM Kritik Suma Oriental Karya Tome Pires

Butir ketiga menjelaskan, untuk mencapai hal tersebut bangsa Indonesia perlu bersatu menggapai cita-cita bersama.

“Persatuan dan kesatuan, itu conditio sie quanon, persyaratan mutlak menuju kemerdekaan dan nasionalisme,” ujar Sartono.

Menurutnya manifesto politik tersebut sangat penting bagi pergerakan nasional sampai tahun 1945.

Manifesto politik tersebut menurutnya lebih mendasar dari sumpah pemuda di tahun 1928, tiga tahun setelahnya.

Cikal Bakal Modernisasi Budaya Politik

Sartono menjelaskan, dengan adanya manifesto politik tersebut menjadi titik awal dimulainya modernisasi budaya politik Indonesia.

Sebelumnya, menurut Sartono bangsa Indonesia hanya mengenal feodalisme kerajaan, sehingga manifesto politik tersebut merupakan tonggak awal budaya politik yang menuju demokrasi.

Para tokoh di balik terwujudnya manifesto politik tersebut diantaranya yaitu M. Hatta, Ali Sastroamijoyo, Budiman, Sunaryo, dan Widagdo.

Mereka adalah mahasiswa Indonesia yang kala itu menempuh pendidikan di Belanda.

Sartono mengatakan, salah satu yang dapat dicontoh oleh generasi mahasiswa hari ini adalah ketika para pemuda pelopor manifesto politik tersebut pulang dari Belanda dan merealisasikan gagasan mereka.

Baca juga: Sejarawan UGM: Yogyakarta Benteng Perjuangan NKRI di Masa Revolusi

“Caranya waktu itu ya menjadi pemimpin pergerakan nasional dengan hidup penuh kesulitan dari penjara ke penjara. Mereka tidak melakukan terobosan untuk hidup enak dengan membantu kolonial,” tegas Sartono.

Menurut Sartono kala itu yang paling mendasar dan penting diwujudkan adalah persatuan menuju nasionalisme.

Kondisi yang menjamin adanya jalan menuju kesejahteraan adalah persatuan.

Narasi persatuan saat itu dihadapkan pada politik kolonial yang memecah belah.

“Saya menentang pada generasi muda yang menyatakan bahwa nasionalisme tidak relevan lagi. Nasionalisme itu belum sempurna, perlu dikonsolidasikan lagi. Hal itu untuk menghadapi globalisasi yang dahsyat ini nasionalosme perlu kita pulihkan. Masak kita terus menyerah saja,” ungkap Sartono kala itu.

Baca juga: Dari Rendra Hingga Sapardi: Enam Sastrawan Generasi Lama yang Kuliah di UGM

Di tahun-tahun menjelang reformasi tersebut Sartono menanggapi sejumlah gerakan mahasiswa yang muncul kala itu.

Ia mengungkapkan gejala-gejala penyaluran idealisme oleh pemuda tidak bisa dihambat oleh pemerintah.

Dengan kemajuan yang ada, ia menilai baik di kota maupun desa, pengetahuan dan informasi semakin mudah didapat.

“Orang mulai berpikir kritis. Saya sering mendengar mahasiswa sekarang apatis, tidak punya wajah. Itu Saya tidak sepakat. Buktinya mahasiswa mulai hidup idealisme dan pemikirannya,” pungkas Sartono kala itu.

Perkataan Sartono tersebut pada akhirnya terbukti.

Melalui berbagai gerakan dan aksi demonstrasi, setahun setelah tulisan tersebut dimuat, reformasi dapat digulirkan dengan tumbangnya penguasa Orde Baru. (Thovan)

Baca juga: Menjadi Bagian Kekuasaan, Ujian Besar Untuk Kaum Intelektual

Kapan jerman menginvasi polandia di perang dunia 2?​

nanya dong, contoh pertanyaan waktu mpls seputar ir soekarno tuh apa aja? ​

tolong kak di jawab no 6buat ujian lisan​

nyatakan dua pegawai pelabuhan btitish​

Apakah boleh bernazar tetapi tidak berniat untuk puasa?

Ali bin Abi Thalib Khulafaur Rasyidin yang ke...a. 4b. 2c. 3d. 1​

apakah sikap kesediaan menerima perubahan yang membawa kebaikan dalam pentadbiran yang sistematik?anyone help please :)malay language. ​

apa itu tank jan cox?​

Mengapa belanda ingin indonesia menjadi negara persemakmurannya dan apakah indonesia setuju, jelaskan? Mengapa belanda ingin indonesia menjadi negara … serikat?

Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada 25 Maret 1947 tersebut menghasilkan beberapa poin dan pasal, yaitu: 1. Belanda mengakui secara de fact … o wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura. 2. Belanda harus meninggalkan wilayah Republik Indonesia selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1949 3. Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS). 4. RIS harus bergabung dengan negara-begara persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda Tolong beri penjelasan tiap nomor

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA