Rep: Nidia Zuraya Red: Heri Ruslan
REPUBLIKA.CO.ID, Runtuhnya Dinasti Umayyah bukanlah semata-mata disebabkan oleh serangan Bani Abbas. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, menyebutkan, terdapat sejumlah faktor yang sangat kompleks yang menyebabkan tumbangnya kekuasaan Dinasti Umayyah. Berikut penyebabnya:
* Pengangakatan lebih dari satu putra mahkota
Sebagian besar khalifah Bani Umayyah mengangkat lebih dari seorang putra mahkota. Biasanya putra tertua diwasiatkan terlebih dahulu untuk menduduki takhta. Setelah itu, wasiat dilanjutkan kepada putra kedua dan ketiga atau salah seorang kerabat khalifah, seperti paman atau saudaranya. Putra mahkota yang lebih dahulu menduduki takhta cenderung mengangkat putranya sendiri. Hal itu menimbulkan perselisihan.* Timbulnya fanatisme kesukuan
Sejak pertama kali diturunkan ajaran Islam berhasil melenyapkan fanatisme kesukuan antara bangsa Arab Selatan dan Arab Utara, yang telah ada sebelum Islam. Namun, pada masa Bani Umayyah, fanatisme ini muncul kembali terutama setelah kematian Yazid bin Muawiyah (Yazid I). Bangsa Arab Selatan yang pada masa itu diwakili kabilah Qalb adalah pendukung utama Muawiyah dan putranya, Yaid I. Ibu Yazid I, yang bernama Ma'sum, berasal dari kabilah Qalb. Pengganti Yazid I, Muawiyah II, ditolak oleh bangsa Arab Utara yang diwakili oleh kabilah Qais dan mengakui kekhalifahan Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair). Ketika terjadi bentrokan antara kedua belah pihak, kabilah Qalb dapat mengalahkan kabilah Qais yang mengantarkan Marwan I ke kursi kekhalifahan.* Kehidupan khalifah yang melampaui batas
Beberapa khalifah Umayyah yang pernah berkuasa diketahui hidup mewah dan berlebih-lebihan. Hal ini menimbulkan rasa antipati rakyat kepada mereka. Kehidupan dalam istana Bizantium agaknya mempengaruhi gaya hidup mereka. Yazid bin Muawiyah (Yazid I), misalnya, dikabarkan suka berhura-hura dengan memukul gendang dan bernyanyi bersama para budak wanita sambil minum minuman keras. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II) juga tidak lebih baik dari Yazid I. Ia suka berfoya-foya dengan budak wanita. Putranya, al-Walid II, ternyata tidak berbeda dengan ayahnya.* Fanatisme kearaban Bani Umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah memiliki watak kearaban yang kuat. Sebagian besar khalifahnya sangat fanatik terhadap kearaban dan bahasa Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah kalangan mawali (orang non-Arab). Orang Arab merasa diri mereka sebagai bangsa terbaik dan bahasa Arab sebagai bahasa tertinggi.Fanatisme ini menimbulkan kebencian penduduk non-Muslim kepada Bani Umayyah. Oleh karena itu, mereka ikut ambil bagian setiap kali timbul pemberontakan untuk menumbangkan Dinasti Umayyah. Keberhasilan Bani Abbas dalam menumbangkan Bani Umayyah disebabkan antara lain oleh dukungan dan bantuan mawali, khususnya Persia yang merasa terhina oleh perlakuan pejabat Bani Umayyah.* Kebencian golongan Syiah
Bani Umayyah dibenci oleh golongan Syiah karena dipandang telah merampas kekhalifahan dari tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Menurut golongan Syiah, khilafah (kepemimpinan atau kekuasaan politik) atau yang mereka sebut imamah adalah hak Ali dan keturunannya, karena diwasiatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
- dinasti islam
- ambruk
- abbasiyah
- umayyah
Red: Muhammad Subarkah
REPUBLIKA.CO.ID,
Berikut ini kami akan muat secara serial khazanah peradaban Islam. Tulisan ini kami cuplik dari buku 'Sejarah Islam' karya Dr. Siti Zubaidah, M.Ag. Beliau adalah Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dan Pasca Sarjana Universitas Islam Sumatra Utara, Medan.
Dalam tulisan ini dikisahkan soal kehancuran peradaban Islam masa Abbasiyah saat dihancurkann bangsa 'nomaden' -bahkan banyak yang menyebut sebagai bangsa barbar' dari stepa Mongolia (kini masuk wilayah China).
Sebagai pusat peradaban dunia kota Baghdad saat itu hancur secara luar biasa. Para penyair kala itu melukiskan jangankan bangunan atau gedung, satu kerikil pun tak tersisa. Begini sebagian kisah itu:
--------------
Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalan-jalan, parit-parit dan lapangan-lapangan. Di sekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah banyak yang tinggal puing- puing dan rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar.
Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala ribuan manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain. Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam disebabkan tinta ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, rumah sakit, mesjid, madrasah, tempat pemandian dan rumah para bangsawan, toko dan rumah makan –semuanya dihancurkan.
Demikianlah, kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar peradaban Islam itupun musnah dalam sekejap mata. Setelah puas, pasukan penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa penyesalan sedikitpun. Mereka kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang jarahan yang berharga: timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo-kilo batangan emas dan uang dinar, batu permata, intan berlian – semua dimasukkan ke dalam ratusan karung dan kemudian diangkut dalam iringan gerobak dan kereta yang sangat panjang.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Di antara catatan sejarah mengenai kebiadaban orang-orang Mongol ialah catatan sejarawan terkemuka Ibnu ‘Athir (w. 1231 M) dan ahli Geografi Yaqut al-Hamawi (w.1229). Menurut mereka, tokoh-tokoh Muslim terkemuka, Amir, Panglima perang, Tabib, Ulama, budayawan, ilmuan, cendekiawan, ahli ekonomi dan politik, serta saudagar kaya – tewas dalam keadaan mengenaskan. Kepala mereka dipenggal, dipisahkan dari badan, karena khawatir ada yang masih hidup dan berpura-pura mati.
Latar Belakang Penyerbuan ke Wilayah Muslim
Pada tahun 1255, Hulagu dikirim oleh saudaranya Mongke, The Great Khan (1251-1258) untuk menaklukan wilayah yang dikuasai kaum Muslimin di Timur Tengah, dan memerintahkan kepadanya agar tidak menghancurkan setiap daerah yang menyerah tetapi sebaliknya membumihanguskan setiap daerah yang memberikan perlawanan.
Hulagu merencanakan akan menaklukkan wilayah Muslim Lurs (di daerah Iran), kemudian menumpas sekte Hashashin, menaklukkan kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad, menaklukkan kekhalifahan Ayyubi di Syria dan terakhir menundukkan kekhalifahan Mameluk di Mesir.
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi mengapa Hulagu sangat bernafsu menaklukkan wilayah Muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya, yaitu: Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa termasuk Kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang Islam. Juga para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia yang memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika Persia ditaklukkan oleh pasukan Muslim pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
- Ilam
- Manuskrip Islam
- Mongol
Berikut ini adalah daftar khalifah. Seluruh tahun sesuai dengan tahun Masehi.
Khalifah utama merujuk pada para khalifah yang garis kepemimpinannya tersambung dengan khalifah sebelumnya hingga Abu Bakar, khalifah pertama. Pada umumnya, khalifah utama ini diakui oleh hampir semua dunia Islam. Ketersambungan kepemimpinan ini setidaknya terdapat beberapa macam:
Selain lima metode tersebut, ada juga beberapa kasus khusus.
Kekhalifahan dimulai sejak Abu Bakar dilantik menjadi khalifah pada 632 dan pembubaran kekhalifahan pada 3 Maret 1924. Sesuai latar belakang masing-masing khalifah, kekhalifahan dibagi menjadi beberapa masa.
Artikel utama: Khulafaur Rasyidin Artikel utama: Kekhalifahan Umayyah Secara silsilah, khalifah dari Wangsa Umayyah dibagi menjadi dua:
Abu Sufyan dan Al-Hakam (ayah Marwan) adalah cucu dari Umayyah bin 'Abd asy-Syams dan dari sini nama Bani Umayyah ditetapkan.
Khulafaur Rasyidin (632–661)
#
Nama
Berkuasa
Kaligrafi
Rentang usia
Catatan
1
'Abdullah
Abu Bakar
أبو بكر
8 Juni 632 (11 H) – 22 Agustus 634 (13 H)
(2 tahun, 76 hari)
573
–
22 Agustus 634
2
ʿUmar
bin Khattab
عمر بن الخطاب
23 Agustus 634 (13 H) – 3 November 644 (23 H)
(10 tahun, 73 hari)
584
–
3 November 644
3
'Utsman
bin 'Affan
عثمان بن عفان
11 November 644 (23 H) – 20 Juni 656 (35 H)
(11 tahun, 223 hari)
579
–
20 Juni 656
4
'Ali
bin Abi Thalib
علي بن أبي طالب
20 Juni 656 (35 H) – 29 Januari 661 (40 H)
(4 tahun, 224 hari)
15 September 601
–
29 Januari 661
Khalifah Hasan bin 'Ali (661)
#
Nama
Berkuasa
Kaligrafi
Rentang usia
Catatan
5
Ḥasan
bin 'Ali
الحسن بن علي
661
(enam atau tujuh bulan)
1 Desember 624
–
1 April 670
Wangsa Umayyah (661–750)
6 | Mu'awiyah bin Abu Sufyan معاوية بن أبي سفيان 661 – 26 April 680 (60 H) |
602 – 26 April 680 |
| |
7 | Yazid bin Mu'awiyah زيد بن معاوية 26 April 680 – 11 November 683 (3 tahun, 200 hari) |
647 – 11 November 683 |
| |
8 | Mu'awiyah bin Yazid معاوية بن يزيد 11 November 683 – 684 |
sekitar 664 – sekitar 684 |
| |
9 | Marwan bin al-Hakam مروان بن الحكم Juni 684 – 12 April 685 |
623 atau 626 – April 685 |
| |
10 | 'Abdul Malik bin Marwan عبد الملك ابن مروان 12 April 685 – 8 Oktober 705 (20 tahun, 180 hari) |
646 – 8 Oktober 705 |
| |
11 | Al-Walid bin 'Abdul Malik الوليد بن عبد الملك 8 Oktober 705 – 23 Februari 715 (9 tahun, 139 hari) |
668 – 23 Februari 715 |
| |
12 | Sulaiman bin 'Abdul Malik سليمان بن عبد الملك 23 Februari 715 – 22 September 717 (2 tahun, 212 hari) |
674 – 22 September 717 |
| |
13 | 'Umar bin 'Abdul 'Aziz عمر بن عبد العزيز 22 September 717 – 5 Februari 720 (2 tahun, 137 hari) |
2 November 682 – 4 Februari 720 |
| |
14 | Yazid bin 'Abdul Malik يزيد بن عبد الملك 5 Februari 720 – 26 Januari 724 (3 tahun, 356 hari) |
687 – 26 Januari 724 |
| |
15 | Hisyam bin 'Abdul Malik هشام بن عبد الملك 26 Januari 724 – 6 Februari 743 (19 tahun, 12 hari) |
691 – 6 Februari 743 |
| |
16 | Al-Walid bin Yazid الوليد بن يزيد 6 Februari 743 – 17 April 744 (1 tahun, 72 hari) |
709 – 17 April 744 |
| |
17 | Yazid bin Al-Walid bin 'Abdul Malik يزيد بن الوليد 17 April 744 – 4 Oktober 744 (171 hari) |
701 – 4 Oktober 744 |
| |
18 | Ibrahim bin Al-Walid bin 'Abdul Malik ابراهيم ابن الوليد 4 Oktober 744 – 4 Desember 744 (62 hari) |
mangkat 25 Januari 750 |
| |
19 | Marwan bin Muhammad مروان بن محمد 4 Desember 744 – 25 Januari 750 (5 tahun, 53 hari) |
mangkat 6 Agustus 750 |
|
Wangsa Abbasiyah (750-1258, 1261–1517)
Artikel utama: Kekhalifahan Abbasiyah
Wangsa Abbasiyah adalah keluarga besar yang merupakan keturunan dari 'Abbas bin Abdul-Muththalib, paman Nabi Muhammad. Silsilah dari ayah dari dua khalifah Bani Abbasiyah pertama adalah Muhammad bin 'Ali bin 'Abdullah bin 'Abbas. Masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah dibagi ke dalam dua periode. Periode pertama adalah sebelum jatuhnya Baghdad pada 1258 dan periode kedua adalah setelah penaklukan Baghdad.
Periode pertama (750-1258)
Pada masa ini, khalifah tidak lagi memiliki kendali langsung atas semua wilayah negara Islam. Gelar sultan mulai digunakan untuk merujuk pada penguasa Muslim yang menguasai wilayah tertentu di dunia Islam, berbeda dengan khalifah yang merupakan pemimpin seluruh dunia Islam. Namun dalam praktiknya, daerah kekuasaan beberapa sultan lebih luas daripada wilayah yang dipimpin langsung oleh khalifah. Meski sepenuhnya mandiri dari campur tangan khalifah dalam memerintah wilayah kekuasaannya, para sultan ini tetap menyatakan ketundukannya kepada khalifah meski hanya secara simbolis. Terdapat 37 khalifah pada masa ini, terhitung dari 'Abdullah as-Saffah naik takhta sampai terbunuhnya 'Abdullah al-Musta'shim pada 1258 saat Baghdad jatuh ke tangan Mongol.
20 | 'Abdullah As-Saffah عبد الله السفاح 25 Januari 750 – 10 Juni 754 (4 tahun, 137 hari) |
721 – 10 Juni 754 |
| |
21 | 'Abdullah Al-Manshur عبد الله المنصور 10 Juni 754 – 6 Oktober 775 (21 tahun, 119 hari) |
714 – 6 Oktober 775 |
| |
22 | Muhammad Al-Mahdi محمد المهدي 6 Oktober 775 – 24 Juli 785 (9 tahun, 262 hari) |
744 atau 745 – 24 Juli 785 |
| |
23 | Musa Al-Hadi موسى الهادي 24 Juli 785 – 14 September 786 (1 tahun, 83 hari) |
26 April 764 – 14 September 786 |
| |
24 | Harun Ar-Rasyid هَارُون الرَشِيد 14 September 786 – 24 Maret 809 (22 tahun, 192 hari) |
17 Maret 766 – 24 Maret 809 |
| |
25 | Muhammad Al-Amin محمد الأمين 24 Maret 809 – 27 September 813 (4 tahun, 188 hari) |
787 – 27 September 813 |
| |
26 | 'Abdullah Al-Ma'mun عبد الله المأمون 27 September 813 – 7 Agustus 833 (19 tahun, 315 hari) |
14 September 786 – 7 Agustus 833 |
| |
27 | Muhammad Al-Mu'tashim Billah محمد المعتصم بالله 9 Agustus 833 – 5 Januari 842 (8 tahun, 150 hari) |
Oktober 796 – 5 Januari 842 |
| |
28 | Harun Al-Watsiq Billah هارون الواثق باللہ 5 Januari 842 – 10 Agustus 847 (5 tahun, 218 hari) |
18 April 812 – 10 Agustus 847 |
| |
29 | Ja'far Al-Mutawakkil 'Alallah جعفر المتوكل على الله 10 Agustus 847 – 11 Desember 861 (14 tahun, 124 hari) |
31 Maret 822 – 11 Desember 861 |
| |
30 | Muhammad Al-Muntashir Billah محمد المنتصر بالله 11 Desember 861 – 7 Juni 862 (179 hari) |
November 837 – 7 Juni 862 |
| |
31 | Ahmad Al-Musta'in Billah أحمد المستعين بالله 8 Juni 862 – Januari 866 (sekitar 3 tahun 7 bulan) |
834/836 – 866 |
| |
32 | Muhammad Al-Mu'tazz Billah محمد المعتز بالله 25 Januari 866 – 13 Juli 869 (3 tahun, 170 hari) |
847 – Juli/Agustus 869 |
| |
33 | Muhammad Al-Muhtadi Billah محمد المهتدي بالله 21 Juli 869 – 17 Juni 870 (332 hari) |
833 – 21 Juni 870 |
| |
34 | Ahmad Al-Mu'tamid 'Alallah أحمد المعتمد على الله 19 Juni 870 – 15 Oktober 892 (22 tahun, 119 hari) |
sekitar 842 – 15 Oktober 892 |
| |
35 | Ahmad Al-Mu'tadhid Billah أحمد المعتضد بالله 15 Oktober 892 – 5 April 902 (9 tahun, 173 hari) |
857 – 5 April 902 |
| |
36 | 'Ali Al-Muktafi Billah علي المكتفي بالله 5 April 902 - 13 Agustus 908 (6 tahun, 131 hari) |
877 – 13 Agustus 908 |
| |
37 | Ja'far Al-Muqtadir Billah جعفر المقتدر بالله 13 Agustus 908 – 31 Oktober 932 (24 tahun, 80 hari) |
13 November 895 – 31 Oktober 932 |
| |
38 | Muhammad Al-Qahir Billah محمد القاهر بالله 31 Oktober 932 – 19 April 934 (1 tahun, 171 hari) |
899 – 950 |
| |
39 | Muhammad Ar-Radhi Billah محمد الراضي بالله 24 April 934 – 12 Desember 940 (6 tahun, 233 hari) |
Desember 909 – 12 Desember 940 |
| |
40 | Ibrahim Al-Muttaqi Lillah إبراهيم المتقي لله 15 Desember 940 – 26 Agustus 944 (3 tahun, 256 hari) |
908 – Juli 968 |
| |
41 | 'Abdullah Al-Mustakfi Billah عبد الله المستكفي بالله 26 Agustus 944 – 28 Januari 946 (1 tahun, 156 hari) |
905 – September/Oktober 949 |
| |
42 | Fadhl Al-Muthi' Lillah فضل المطيع لله 28 Januari 946 – 4 Agustus 974 (28 tahun, 189 hari) |
914 – September/Oktober 974 |
| |
43 | 'Abdul Karim Ath-Tha'i Lillah عبد الكريم الطائع لله 4 Agustus 974 – 30 Oktober 991 (17 tahun, 88 hari) |
932 – 3 Agustus 1003 |
| |
44 | Ahmad Al-Qadir Billah أحمد القادر بالله 1 November 991 – 29 November 1031 (40 tahun, 31 hari) |
947 – 29 November 1031 |
| |
45 | 'Abdullah Al-Qa'im Bi Amrillah عبد الله القائم بأمر الله 29 November 1031 – 2 April 1075 (43 tahun, 125 hari) |
1001 – 2 April 1075 |
| |
46 | 'Abdullah Al-Muqtadi Bi Amrillah عبد الله المقتدي بأمر الله 2 April 1075 – 3 Februari 1094 (18 tahun, 308 hari) |
1056 – 3 Februari 1094 |
| |
47 | Ahmad Al-Mustazh'hir Billah أحمد المستظهر بالله 3 Februari 1094 – 6 Agustus 1118 (24 tahun, 185 hari) |
April/Mei 1078 – 6 Agustus 1118 |
| |
48 | Al-Fadhl Al-Mustarsyid Billah الفضل المسترشد بالله 6 Agustus 1118 – 29 Agustus 1135 (17 tahun, 24 hari) |
April/Mei 1092 – 29 Agustus 1135 |
| |
49 | Manshur Ar-Rasyid Billah منصور الراشد بالله 29 Agustus 1135 – 17 Agustus 1136 (355 hari) |
1109 – 6 Juni 1138 |
| |
50 | Muhammad Al-Muqtafi Li Amrillah محمد المقتفي لأمر الله 17 Agustus 1136 – 12 Maret 1160 (23 tahun, 209 hari) |
9 Maret 1096 – 12 Maret 1160 |
| |
51 | Yusuf Al-Mustanjid Billah يوسف المستنجد بالله 12 Maret 1160 – 20 Desember 1170 (10 tahun, 284 hari) |
1124 – 20 Desember 1170 |
| |
52 | Hasan Al-Mustadhi' Bi Amrillah حسن المستضيء بأمر الله 20 Desember 1170 – 30 Maret 1180 (9 tahun, 102 hari) |
1124 – 30 Maret 1180 |
| |
53 | Ahmad An-Nashir Li Dinillah أحمد الناصر لدين الله 30 Maret 1180 – 5 Oktober 1225 (45 tahun, 190 hari) |
6 Agustus 1158 – 5 Oktober 1225 |
| |
54 | Muhammad Azh-Zhahir Bi Amrillah محمد الظاهر بأمر الله 5 Oktober 1225 – 10 Juli 1226 (279 hari) |
1176 – 10 Juli 1226 |
| |
55 | Manshur Al-Mustanshir Billah منصور المستنصر بالله 10 Juli 1226 – 5 Desember 1242 (16 tahun, 149 hari) |
17 Februari 1192 – 5 Desember 1242 |
| |
56 | 'Abdullah Al-Musta'shim Billah عبد الله المستعصم بالله 5 Desember 1242 – 20 Februari 1258 (15 tahun, 78 hari) |
1213 – 20 Februari 1258 |
|
Periode kedua (1261–1517)
Setelah Baghdad runtuh, Wangsa Abbasiyah mengungsi ke Mesir yang saat itu dikuasai Kesultanan Mamluk dan melanjutkan tampuk kekhalifahan di sana. Berbeda saat sebelum kejatuhan Baghdad, Khalifah Abbasiyah di Mesir sama sekali tidak memiliki wilayah kekuasaan dan hanya berperan sebagai simbol pemersatu dunia Islam. Kekurangan dalam memiliki kekuatan politik menjadikan khalifah pada masa ini kerap terombang-ambing saat terjadi pergolakan di pemerintahan Mesir, membuat khalifah pada periode ini juga disebut dengan "khalifah bayangan." Sultan Mamluk bahkan mampu menunjuk khalifah yang baru atau menggulingkan khalifah yang sedang berkuasa.
Terdapat 17 khalifah pada periode ini. Di antara mereka, tiga khalifah menjabat sebanyak dua kali dan seorang khalifah menjabat sebanyak tiga kali. Periode kedua Wangsa Abbasiyah berakhir setelah Kesultanan Mamluk ditaklukan oleh Kesultanan Utsmaniyah pada 1517.
57 | Ahmad Al-Mustanshir Billah II أحمد المسنتصر بالله الثاني 13 Juni 1261 – 28 November 1261 (169 hari) |
Mangkat 28 November 1261 |
|
58 | Ahmad Al-Hakim Bi Amrillah أحمد الحاكم بأمر الله 21 November 1262 – 19 Januari 1302 (39 tahun, 60 hari) |
Mangkat 19 Januari 1302 |
|
59 | Sulaiman Al-Mustakfi Billah II سليمان المستكفي بالله الثاني 20 Januari 1302 – Februari 1340 (sekitar 38 tahun) |
Mangkat Februari 1340 |
|
60 | Ibrahim Al-Watsiq Billah II إبراهيم الواثق بالله الثاني Februari 1340 – 16 Juni 1341 |
Mangkat setelah 1341 |
|
61 | Ahmad Al-Hakim Bi Amrillah II أحمد الحاكم بأمر الله الثاني 16 Juni 1341 – 1352 |
Mangkat 1352 |
|
62 | Abu Bakar Al-Mu'tadhid Billah II أبو بكر المعتضد بالله الثاني 1352 – 1362 |
Mangkat 1362 |
|
63 | Muhammad Al-Mutawakkil 'Alallah محمد المتوكل على الله 1362 – 1377 (periode pertama) |
Mangkat 9 Januari 1406 |
|
64 | Zakariyya Al-Musta'shim Billah II زكريا المستعصم بالله الثاني 1377 (periode pertama) |
Mangkat 1389 |
|
Muhammad Al-Mutawakkil 'Alallah محمد المتوكل على الله 1377 – 1383 (periode kedua) |
| ||
65 | 'Umar Al-Watsiq Billah III عمر الواثق بالله الثالث September 1383 – 13 November 1386 |
Mangkat 13 November 1386 |
|
Zakariyya Al-Musta'shim Billah II زكريا المستعصم بالله الثاني November 1386 – 1389 (periode kedua) |
| ||
Muhammad Al-Mutawakkil 'Alallah محمد المتوكل على الله 1389 – 9 Januari 1406 (periode ketiga) |
| ||
66 | Al-'Abbas Al-Musta'in Billah II العباس المستعين بالله الثاني 22 Januari 1406 – 9 Maret 1414 (8 tahun, 47 hari) |
Mangkat 1430 |
|
67 | Dawud Al-Mu'tadhid Billah III داود المعتضد بالله الثالث 9 Maret 1414 – 23 Juli 1441 (27 tahun, 137 hari) |
Mangkat 23 Juli 1441 |
|
68 | Sulaiman Al-Mustakfi Billah III سليمان المستكفي بالله الثالث 23 Juli 1441 – 29 Januari 1451 (9 tahun, 191 hari) |
Mangkat 29 Januari 1451 |
|
69 | Hamzah Al-Qa'im Bi Amrillah حمزة القائم بأمر الله 1451 – 1455 |
Mangkat 1458 |
|
70 | Yusuf Al-Mustanjid Billah II يوسف المستنجد بالله الثاني 1455 – 7 April 1479 |
Mangkat 7 April 1479 |
|
71 | 'Abdul 'Aziz Al-Mutawakkil 'Alallah II عبد العزيز المتوكل على الله الثاني 8 April 1479 – 27 September 1497 (18 tahun, 173 hari) |
Mangkat 27 September 1497 |
|
72 | Ya'qub Al-Mustamsik Billah يعقوب المستمسك بالله 27 September 1497 – 1508 (periode pertama) |
Mangkat 1521 |
|
73 | Muhammad Al-Mutawakkil 'Alallah III محمد المتوكل على الله الثالث 1508 – 1516 (periode pertama) |
Mangkat 1543 |
|
Ya'qub Al-Mustamsik Billah يعقوب المستمسك بالله 1516 – 1517 (periode kedua) |
| ||
Muhammad Al-Mutawakkil 'Alallah III محمد المتوكل على الله الثالث 1517 (periode kedua) |
|
Kekhalifahan Utsmaniyah (1517–1924)
Artikel utama: Kekhalifahan Utsmaniyah
Sebelum penaklukan Mesir, para penguasa Utsmani menyandang beberapa gelar, di antaranya adalah sultan dan padisyah. Penguasa Utsmani menyandang gelar sultan atas kedudukan mereka sebagai kepala negara Muslim. Padisyah merupakan kaisar atau maharaja dalam bahasa Persia dan penguasa Utsmani menyandang gelar ini untuk menegaskan kedudukan mereka di atas para raja. Penguasa Utsmani resmi menyandang gelar khalifah setelah penaklukan Mesir, meski beberapa penguasa Utsmani sebelumnya sudah mulai mengklaim dirinya sebagai khalifah.
Gelar khalifah kehilangan kekuasaannya sebagai kepala negara sejak jatuhnya Baghdad pada 1258 dan hanya berperan menjadi pemimpin simbolis dunia Islam. Hal itu tetap tidak berubah pada masa Utsmani. Para penguasa Utsmani memiliki kekuasaan karena kedudukan mereka sebagai sultan dan padisyah, bukan karena status mereka sebagai khalifah. Pada praktiknya, para penguasa Utsmani terbilang sangat jarang menggunakan gelar khalifah mereka dalam perpolitikan dalam dan luar negeri. Gelar khalifah mulai digunakan penguasa Utsmani pada saat Perjanjian Küçük Kaynarca, untuk menegaskan kedudukannya sebagai pelindung umat Islam di Rusia. Sultan Abdül Hamid II merupakan penguasa Utsmani yang paling sering menggunakan gelar khalifah dalam upayanya menggalang persatuan di dunia Islam untuk menghadapi imperialisme Barat.
Pada November 1922, Majelis Agung Nasional Turki membubarkan Kesultanan Utsmani dan sultan terakhirnya, Mehmed VI, diasingkan ke Malta. Meski begitu, Mustafa Kemal (Atatürk) belum berani membubarkan kekhalifahan demi menjaga dukungan masyarakat, juga karena kekhalifahan adalah lambang pemersatu umat Islam Sunni seluruh dunia, berbeda dengan Kesultanan Utsmani yang merupakan sebatas negara. Majelis Agung Nasional Turki kemudian mengangkat sepupu Mehmed VI sebagai Khalifah Abdül Mejid II pada 19 November 1922. Abdül Mejid II merupakan satu-satunya khalifah dari Wangsa Utsmani yang tidak merangkap sebagai sultan. Namun karena khawatir Abdül Mejid II akan menggunakan statusnya sebagai khalifah untuk campur tangan dalam urusan dalam dan luar negeri Turki sebagaimana yang dilakukan para Sultan Utsmani terdahulu, Majelis Agung Nasional Turki akhirnya membubarkan kekhalifahan pada 3 Maret 1924, menjadikan Abdül Mejid II sebagai khalifah terakhir. Negara-negara Muslim mempertanyakan keabsahan pembubaran kekhalifahan oleh pihak Turki dan terdapat beberapa pertemuan para tokoh Muslim terkait keberlangsungan kekhalifahan, tetapi tidak ada kesepakatan bersama yang dapat dicapai.
74 | Selim I سليم اول 1517 – 22 September 1520 |
1470/1 – 22 September 1520 |
| ||
75 | Süleyman I سليمان اول 30 September 1520 – 6 September 1566 (45 tahun, 342 hari) |
6 November 1494 – 6 September 1566(1566-09-06) (umur 71) |
| ||
76 | Selim II سليم ثانى 7 September 1566 – 15 Desember 1574 (8 tahun, 100 hari) |
28 Mei 1524 – 15 Desember 1574(1574-12-15) (umur 50) |
| ||
77 | Murad III مراد ثالث 15 Desember 1574 – 16 Januari 1595 (20 tahun, 33 hari) |
4 Juli 1546 – 16 Januari 1595(1595-01-16) (umur 48) |
| ||
78 | Mehmed III محمد ثالث 16 Januari 1595 – 22 Desember 1603 (8 tahun, 341 hari) |
26 Mei 1566 – 22 Desember 1603(1603-12-22) (umur 37) |
| ||
79 | Ahmed I احمد اول 22 Desember 1603 – 22 November 1617 (13 tahun, 336 hari) |
April 1590 – 22 November 1617(1617-11-22) (umur 27) |
| ||
80 | Mustafa I مصطفى اول 22 November 1617 – 26 Februari 1618 (97 hari) (periode pertama) |
24 Juni 1591 – 20 Januari 1639(1639-01-20) (umur 47) |
| ||
81 | Osman II عثمان ثانى 26 Februari 1618 – 20 Mei 1622 (4 tahun, 84 hari) |
3 November 1604 – 20 Mei 1622(1622-05-20) (umur 17) |
| ||
Mustafa I مصطفى اول 20 Mei 1622 – 10 September 1623 (356 hari) (periode kedua) |
| ||||
82 | Murad IV مراد رابع 10 September 1623 - 8 Februari 1640 (16 tahun, 152 hari) |
27 Juli 1612 – 8 Februari 1640(1640-02-08) (umur 27) |
| ||
83 | Ibrahim ابراهيم 9 Februari 1640 – 8 Agustus 1648 (8 tahun, 182 hari) |
5 November 1615 – 18 Agustus 1648(1648-08-18) (umur 32) |
| ||
84 | Mehmed IV محمد رابع 8 Agustus 1648 – 8 November 1687 (39 tahun, 93 hari) |
2 Januari 1642 – 6 Januari 1693(1693-01-06) (umur 51) |
| ||
85 | Süleyman II سليمان ثانى 8 November 1687 – 22 Juni 1691 (3 tahun, 227 hari) |
15 April 1642 – 22 Juni 1691(1691-06-22) (umur 49) |
| ||
86 | Ahmed II احمد ثانى 22 Juni 1691 – 6 Februari 1695 (3 tahun, 230 hari) |
25 Februari 1643 – 6 Februari 1695(1695-02-06) (umur 51) |
| ||
87 | Mustafa II مصطفى ثانى 6 Februari 1695 – 22 Agustus 1703 (8 tahun, 198 hari) |
6 Februari 1664 – 30 Desember 1703(1703-12-30) (umur 39) |
| ||
88 | Ahmed III احمد ثالث 22 Agustus 1703 – 1 Oktober 1730 (27 tahun, 41 hari) |
30/31 Desember 1673 – 1 Juli 1736(1736-07-01) (umur 62) |
| ||
89 | Mahmud I محمود اول 1 Oktober 1730 – 13 Desember 1754 (24 tahun, 74 hari) |
2 Agustus 1696 – 13 Desember 1754(1754-12-13) (umur 58) |
| ||
90 | Osman III عثمان ثالث 13 Desember 1754 – 30 Oktober 1757 (2 tahun, 322 hari) |
2/3 Januari 1699 – 30 Oktober 1757(1757-10-30) (umur 58) |
| ||
91 | Mustafa III مصطفى ثالث 30 Oktober 1757 – 24 Desember 1773 (16 tahun, 56 hari) |
28 Januari 1717 – 24 Desember 1773(1773-12-24) (umur 56) |
| ||
92 | 'Abdül Hamid I عبد الحميد الاول 24 Desember 1773 – 7 April 1789 (15 tahun, 105 hari) |
20 Maret 1725 – 7 April 1789(1789-04-07) (umur 64) |
| ||
93 | Selim III سليم ثالث 7 April 1789 – 29 Mei 1807 (18 tahun, 53 hari) |
24 Desember 1761 – 28 Juli 1808(1808-07-28) (umur 46) |
| ||
94 | Mustafa IV مصطفى رابع 29 Mei 1807 – 28 Juli 1808 (1 tahun, 61 hari) |
8 September 1779 – 17 November 1808(1808-11-17) (umur 29) |
| ||
95 | Mahmud II محمود ثانى 28 Juli 1808 – 1 Juli 1839 (30 tahun, 339 hari) |
20 Juli 1784 – 1 Juli 1839(1839-07-01) (umur 54) |
| ||
96 | 'Abdül Mejid I عبد المجيد اول 2 Juli 1839 – 25 Juni 1861 (21 tahun, 360 hari) |
25 April 1823 – 25 Juni 1861(1861-06-25) (umur 38) |
| ||
97 | 'Abdül 'Aziz عبد العزيز 25 Juni 1861 – 30 Mei 1876 (14 tahun, 341 hari) |
8 Februari 1830 – 4 Juni 1876(1876-06-04) (umur 46) |
| ||
98 | Murad V مراد خامس 30 Mei 1876 – 31 Agustus 1876 (94 hari) |
21 September 1840 – 29 Agustus 1904(1904-08-29) (umur 63) |
| ||
99 | 'Abdül Hamid II عبد الحميد ثانی 31 Agustus 1876 – 27 April 1909 (32 tahun, 240 hari) |
21 September 1842 – 10 Februari 1918(1918-02-10) (umur 75) |
| ||
100 | Mehmed V محمد خامس 27 April 1909 – 3 Juli 1918 (9 tahun, 68 hari) |
2 November 1844 – 3 Juli 1918(1918-07-03) (umur 73) |
| ||
101 | Mehmed VI محمد السادس 4 Juli 1918 – 1 November 1922 (4 tahun, 121 hari) |
(1861-01-14)14 Januari 1861 – 16 Mei 1926(1926-05-16) (umur 65) |
| ||
102 | 'Abdül Mejid II عبد المجید الثانی 19 November 1922 – 3 Maret 1924 (1 tahun, 106 hari) |
29/30 Mei 1868 – 23 Agustus 1944(1944-08-23) (umur 76) |
|
Idealnya, kedudukan khalifah hanya diisi satu orang setiap satu masa. Namun pada keberjalanannya, beberapa pihak menyatakan diri sebagai khalifah saat masih ada khalifah yang sedang berkuasa. Sebagai catatan, saat pihak-pihak tersebut menyatakan dirinya sebagai khalifah, itu tidak berarti bahwa dia menyejajarkan dirinya dengan khalifah utama. Khalifah adalah gelar bagi pemimpin dunia Islam dan normalnya, hanya ada satu khalifah setiap masa, sehingga pernyataan diri sebagai khalifah bermakna bahwa pihak tersebut secara prinsip mengklaim sebagai pemimpin tunggal seluruh dunia Islam (terlepas wilayah kekuasaan yang sebenarnya) dan menganggap khalifah lainnya sebagai khalifah yang tidak sah.[1]
Bagian ini memuat daftar pihak-pihak yang melakukan pernyataan diri sebagai khalifah, tanpa ketersambungan kepemimpinan dengan khalifah sebelumnya.
'Abdullah bin Zubair
'Abdullah bin Zubair menolak upaya Mu'awiyah bin Abu Sufyan menetapkan putranya sendiri, Yazid, sebagai khalifah sepeninggalnya. Saat Yazid kemudian mangkat pada 683, 'Abdullah bin Zubair menyatakan diri sebagai khalifah. Wilayah kekuasaannya berada di kawasan Hijaz.
Wangsa Fatimiyah (909–1171)
Artikel utama: Kekhalifahan Fatimiyah
Kekhalifahan Fatimiyah (hijau) pada puncaknya, tahun 969.
Fatimiyah berasal dari Ismaili yang merupakan cabang dari Syi'ah, oleh karena itu kekhalifahan ini tidak diakui oleh sebagian besar Sunni, baik dalam wilayah kekuasaan mereka maupun negara tetangga.[2][3] Para penguasa Fatimiyah mengklaim sebagai keturunan dari nama putri Nabi Muhammad, Fatimah, yang mana menjadi dasar bagi penamaan Fatimiyah.
'Abdullah | Al-Mahdi Billah المهدي بالله |
November 909 – 3 April 934 |
Muhammad | Al-Qa'im Bi Amrillah القائم بأمر الله |
3 April 934 – 17 Mei 946 |
Isma'il | Al-Manshur Billah المنصور بالله |
17 Mei 946 – 19 Maret 953 |
Ma'ad | Al-Mu'izz Li Dinillah المعز لدين الله |
19 Maret 953– 21 Desember 975 |
Nizar | Al-'Aziz Billah العزيز بالله |
21 Desember 975 – 13 Oktober 996 |
Manshur | Al-Hakim Bi Amrillah الحاكم بأمر الله |
14 Oktober 996 – 13 Februari 1021 |
'Ali | Azh-Zhahir الظاهر لإعزاز دين الله |
13 Februari 1021 – 13 Juni 1036 |
Ma'ad | Al-Mustanshir Billah المستنصر بالله |
13 Juni 1036 – 10 Januari 1094 |
Ahmad | Al-Musta'li Billah المستعلي بالله |
10 Januari 1094 – 12 Desember 1101 |
Manshur | Al-Amir Bi Ahkami'l-Lah الآمر بأحكام الله |
12 Desember 1101 – 7 Oktober 1130 |
'Abdul Majid | Al-Hafizh Li Dinillah الحافظ لدين الله |
7 Oktober 1130 – 8 Oktober 1149 |
Isma'il | Azh-Zhafir Bi Amrillah الظافر بأمر الله |
8 Oktober 1149 – April 1154 |
'Isa | Al-Fa'iz Bi Nasrillah الفائز بيناصر الله |
April 1154 – 1160 |
'Abdullah | Al-Adhid Li Dinillah العاضد لدين الله |
1160 – 1171 |
Khalifah di Kordoba (929–1031)
Artikel utama: Kekhalifahan Kordoba
Setelah Wangsa Umayyah yang berkuasa di Damaskus digulingkan oleh Wangsa Abbasiyah pada tahun 750, keturunan mereka yang tersisa meninggalkan tempat kekuasaan lama mereka dan berkuasa di semenanjung Iberia (kawasan Spanyol dan Portugal modern). Meski 'Abdurrahman III sebagai khalifah pertama di Kordoba merupakan keturunan para Khalifah Umayyah yang berkuasa di Syam, para khalifah Kordoba tidak dimasukkan dalam daftar khalifah utama. Hal ini karena dari berakhirnya kekuasaan Umayyah di Damaskus sampai tahun 929, anggota Wangsa Umayyah pada umumnya mengakui Wangsa Abbasiyah sebagai pemimpin dunia Islam yang sah.[4] Mereka sendiri awalnya menggunakan gelar 'amir' atau 'sultan' saat berkuasa di Andalusia. Namun pada tahun 929 (hampir dua abad setelah kekuasaan Umayyah di Damaskus runtuh), 'Abdurrahman III baru menyatakan dirinya sebagai khalifah, sehingga klaimnya tidak tersambung dengan para khalifah leluhurnya. Sebagaimana khalifah lain, Khalifah di Kordoba juga mengklaim kepemimpinan atas seluruh dunia Islam, meski secara de facto kekuasaannya hanya berkisar di Andalusia dan Maghrib.
Khalifah di Kordoba hanya bertahan selama satu abad. Selama rentang waktu tersebut, tampuk kekhalifahan dipegang oleh Wangsa Umayyah dan Wangsa Hammud.
'Abdurrahman III عبد الرحمن الثالث |
16 Januari 929 – 15 Oktober 961 | Umayyah |
Al-Hakam II الْحُكْمِ |
15 Oktober 961 – 16 Oktober 976 | Umayyah |
Hisyam II ھشام (periode pertama) |
16 Oktober 976–1009 | Umayyah |
Muhammad II محمد الثاني |
1009 | Umayyah |
Sulaiman II سلیمان الثاني (periode pertama) |
1009–1010 | Umayyah |
Hisyam II ھشام (periode kedua) |
1010 – 19 April 1013 | Umayyah |
Sulaiman II سلیمان الثاني (periode kedua) |
1013–1016 | Umayyah |
'Ali bin Hammud an-Nasir علي بن حمودالناصر |
1016 — 22 Maret 1018 | Hammud |
'Abdurrahman IV عبد الرحمن |
1018 | Ummayah |
Al-Qasim al-Ma'mun القاسم المعمون (periode pertama) |
1018–1021 | Hammud |
Yahya bin 'Ali يحي بن علي (periode pertama) |
1021–1023 | Hammud |
Al-Qasim al-Ma'mun القاسم المعمون (periode kedua) |
1023 | Hammud |
'Abdurrahman V عبدالرحمٰن الخامس |
1023–1024 | Umayyah |
Muhammad III محمد الثالث |
1024–1025 | Umayyah |
Yahya bin 'Ali يحي بن علي (periode kedua) |
1025–1026 | Hammud |
Hisyam III هشام الثالث |
1026–1031 | Umayyah |
Wangsa Muwahhidun (1145–1269)
Artikel utama: Muwahhidun
Dinasti Muwahhidun (hijau) pada tahun 1200
(Tidak diterima secara luas, kekuasaan yang sebenarnya adalah bagian dari Afrika Utara dan Semenanjung Iberia)[5][6]
- Abd al-Mu'min – 1145–1163
- Abu Yaqub Yusuf – 1163–1184
- Yaqub al-Mansur – 1184–1199
- Muhammad an-Nasir – 1199–1213
- Yusuf II – 1213–1224
- Abdul-Wahid I – 1224
- Abdullah al-Adil 1224–1227
- Yahya – 1227–1235
- Idris I – 1227–1232
- Abdul-Wahid II – 1232–1242
- Ali – 1242–1248
- Umar – 1248–1266
- Idris II – 1266–1269
Artikel utama: Kekhalifahan Syarif
Peta dengan wilayah kekhalifahan berwarna hijau dan wilayah hijaz saat ini berwarna merah.
Upaya terakhir untuk mengembalikan kekhalifahan dengan pengakuan ekumenis dilakukan oleh Syarif Husain, RajaHijaz dan Syarif Makkah, yang memimpin pada 11 Maret 1924 sampai 3 Oktober 1924, ketika ia meninggal dan tahta tersebut turun kepada anaknya Ali bin Husain, tetapi anaknya tidak ingin menerapkan kekhalifahan.[7]
- Khalifah
- Kekhalifahan
- Amir
- Sejarah Islam
- Khilafah
- Hazrat Muhammad
- Shah
- Syaikh al-Islam
- Syi'ah
- Suksesi Muhammad
- Sultan
- Sunni
- ^ Wasserstein, David (1993). The Caliphate in the West: An Islamic Political Institution in the Iberian Peninsula (snippet view). Oxford: Clarendon Press. hlm. 11. ISBN 978-0-19-820301-8. Diakses tanggal 5 September 2010.
- ^ Lane-Poole 2004, p. 71
- ^ Bosworth 2004, p. 63
- ^ O'Callaghan, J. F. (1983). A History of Medieval Spain. Ithaca: Cornell University Press. hlm. 119.
- ^ Lane-Poole 2004, p. 47
- ^ Bosworth 2004, p. 39
- ^ Bosworth 2004, p. 118
- Bosworth, Clifford Edmund (2004) [First published 1996]. The New Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Manual. New Edinburgh Islamic Surveys (edisi ke-2nd). Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-2137-8. OCLC 56639413.
- Houtsma, M. Th.; Wensinck, A. J. (1993). E.J. Brill's First Encyclopaedia of Islam 1913–1936 (Reprint)Parameter |format= membutuhkan |url= (bantuan). Volume IX. Leiden: BRILL. ISBN 978-90-04-09796-4.
- Lane-Poole, Stanley (1894). The Mohammedan Dynasties: Chronological and Genealogical Tables with Historical Introductions. Westminster: Archibald Constable and Company. OCLC 1199708.
Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_khalifah&oldid=21111833"