Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim pada hari tanggal tahun apa Nabi Muhammad SAW dilahirkan?

Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya Abdullah wafat saat Aminah sedang mengandung 7 bulan. Dalam buku Aminah: Senandung Rindu Bunda Rasul SAW(2017) Nuriye Celegen menggambarkan peristiwa kelahiran Rasulullah SAW sebagai berikut:

Pada malam saat Nabi Muhammad SAW akan lahir, Aminah merasa hatinya penuh kenyamanan dan ketenangan. Seketika beliau melihat empat wanita di dalam kamarnya. Mereka datang dan duduk di sekeliling Aminah dengan wajah berseri-seri. Salah seorang memperkenalkan diri, “Aku Asiyah,” tuturnya. “Ini Maryam, ini Hajar, dan ini ibunda Nabi Musa a.s., Yakobed.”

Asiyah menawarkan minuman di tangannya kepada Aminah yang merasa bahagia dalam hatinya. Maryam tersenyum, ia berbicara dengan perlahan. “Wahai Aminah, engkau akan melahirkan seorang nabi terhormat. Engkau adalah wanita paling beruntung di dunia.” Tutur kata Maryam menenangkan hati Aminah dan membuatnya bahagia dan terpesona.

Keempat wanita surga datang untuk membantu Aminah melahirkan Nabi Muhammad SAW mereka mengucapkan selamat, memegang tangan Aminah dengan lembut serta memeluknya dengan kasih sayang. Aminah juga melihat ruangannya telah dipenuhi wanita-wanita lainnya dari surga. Mereka begitu cantik dan mengenakan sutra. Mereka berusaha melayani, menghampiri, dan memberikan kabar gembira kepada Aminah.

Di dalam rumah penuh dengan wanita surga begitu banyak wanita yang datang. “Siapa yang memberi kalian izin keluar dari surga.” “Malaikat Jibril.” Allah SWT memberikan perintah kepada Malaikat Jibril: “Wahai Jibril, serukanlah bahwa malam ini seorang nabi akhir zaman, seorang pemimpin dunia, dan makhluk yang paling terhormat akan segera lahir ke dunia!”

Malaikat Jibril mengepakkan sayapnya dengan bahagia. Ia mengelilingi semesta alam. Berseru kepada penduduk langit, para malaikat yang bertugas di semesta alam dan seluruh semesta alam yang tersembunyi di hatinya. “Wahai penduduk langit! Allah memberikan sebuah perintah kekasih-Nya akan segera lahir ke dunia. Tingkatkanlah ketaatan dan zikir kalian. Mohonkanlah ampunan untuk umatnya. Hiasilah langit dan delapan belas ribu alam dunia ini.”

Malaikat Jibril berseru kepada Malaikat Ridwan sang penjaga surga atas kegembiraan dan semangat perintah itu. “Wahai Malaikat Ridwan! Hias dan percantiklah semua surga biarkan para wanita surga, para pelayan surga, dan semua hamba menyibukkan diri dengan urusan ini! Sebarkanlah perhiasan ke dalam surga!”

Malaikat Jibril berseru kepada Malaikat Malik sang penjaga neraka. “Wahai Malaikat Malik kuncilah ketujuh neraka itu!” Malam itu api neraka pun padam malaikat memadamkan api kekufuran dan menumpahkan air abadi ke dalam api-api pemisah di dalam hati.

Rumah Aminah diselimuti sayap para malaikat. Para wanita surga berbaris bersaf-saf dengan hormat. Salah seorang wanita surga yang matanya putih bagaikan beludru berkata dengan lembut, “Wahai Aminah, berbaringlah di pangkuanku!” Aminah berbaring di pangkuan itu yang terasa bagaikan sayap seekor kupu-kupu. Ia kehausan bagaikan hidup di padang gurun. Kemudian seekor burung berparuh hijau membawa kendi air dari permata. Seorang wanita surga mengambilkan kendi tersebut dan Aminah meminumnya. Rasanya lebih dingin dari pada salju dan lebih manis dari pada gula hatinya merasakan kesejukan dan kedamaian menyadari bahwa minuman itu adalah minuman surga.

Semesta alam diselimuti beragam aroma. Kota Mekkah, dunia, dan semesta alam mendadak diliputi semerbak bau harum Nabi Muhammad SAW. Orang-orang yang berhubungan dekat dengannya akan lebih dulu merasakan baunya. Semesta alam bersiap-siaga. Jin dan manusia bersiap-siaga. Semua makhluk bersiap-siaga. Para wanita surga di sekitar Aminah juga bersiap-siaga. Seratus dua puluh empat ribu nabi berada di atas langit Mekkah. Sebuah hari raya akan lahirnya risalah nabi, seseorang yang menyempurnakan tauhid mereka telah datang. Setiap makhluk bersholawat

“Asshalatu wassalamu alaika ya Rasulullah!”

“Shallallaahu alaa ya Muhammad!”

“Shallallaahu alaa ya Ahmad!”

“Asshalatu wassalamu alaika ya Habiballah!”

Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan sujud beribadah, berzikir dalam doa, dua jari syahadat diangkat keatas seolah-olah berkata aku tak akan berhenti berdoa sebelum bersujud. Nabi Muhammad SAW adalah bayi pertama yang berdoa. Beliau menghadap ke Ka’bah ketika bersujud, di dalam lisannya sebuah zikir kerinduan seluruh jiwa, “Allah, Allah!” Seluruh malaikat dan semesta alam bersama-sama dalam zikir. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin zikir semesta alam.

Beberapa saat kemudian Nabi Muhammad SAW memulai zikir yang lain, “Umatku, Umatku…” seakan dia terlahir untuk umatnya. Dia menghendakinya dengan begitu ikhlas serta tulus dari hati dan kasih sayang.

Kata pertama yang diucapkannya adalah “Allah”, kemudian “umatku”. Para malaikat berlomba menangkap sesuatu yang keluar dari mulutnya dan mengambilnya serta membawanya ke Arsy’. Arsy’ bergetar dengan kata “umatku”. Doa-doanya membuka pintu Arsy’ setiap kata “umatku” yang dibawa oleh setiap malaikat telah menjadi seorang malaikat dan bertawaf di langit Arsy’ untuk umatnya.

Zikir “umatku” akan berlanjut sampai kiamat tiba. Zikirnya akan abadi dan akan sampai kepada setiap telinga manusia sampai hari kiamat. Semesta alam menanti untuk mendengar zikir ini.

Aminah menatap wajah putranya. Semua wanita surga seakan mendapatkan kecantikan dari dirinya. Wajah putranya bersinar bagaikan rembulan ia terlahir dalam keadaan terpotong tali pusarnya dan terkhitan. Ia menarik lututnya ke perut ketika bangkit dari sujud, tidak memperlihatkan auratnya kepada siapapun. Nabi Muhammad SAW lahir dengan beradab, wujudnya seorang bayi namun jiwanya bukan seorang bayi.

Setiap bayi selalu menangis ketika pertama kali lahir namun ia tidak menangis. Ia bersin dengan suara keras dan saat bersin muncul suara, “Rahimakallah.” Aminah melahirkan dengan lancar dan tidak mersakan mual ketika melahirkan.

Setelah tiga hari pasca melahirkan, Aminah melihat tiga malaikat. Salah seorang membawa kendi air dari perak, yang lain membawa ember dari batuan krisolit. Salah seorang malaikat berkata kepada malaikat ke tiga, “Wahai Malaikat Ridwan sang penjaga surga, tunaikanlah kewajibanmu!”

Salah seorang malaikat menuangkan air. Malaikat Ridwan memandikan bayi Nabi Muhammad SAW di dalam ember. Saat itu Aminah melihat sebuah tahi lalat sebesar telur di antara tulang belikat di punggung bayinya. Mereka menyebutnya “Stempel kenabian”. Mereka memandikan putranya yang terlahir begitu bersih dan berseri-seri sekali basuhan da menyelimutinya dengan selendang. Terdengarlah sebuah suara:

“Ajaklah ia berkeliling ke barat dan timur, ke lautan, dan daratan supaya semua makhluk mengetahui, mengenal, dan bersyukur atas nama, wujud, dan sifat Nabi Muhammad Mustofa SAW. Perkenalkanlah ia dengan umatnya yang akan datang sampai hari kiamat.”

Nabi Muhammad SAW  mencari umatnya ketika baru lahir. Malam itu merupakan waktu pertemuan dengan kekasih di dalam cintanya. Keberkahan malam itu adalah pertemuan dengan sang kekasih. Cinta adalah berserah diri. Nabi Muhammad SAW terlahir dalam keadaan berserah diri Ketika masih bayi. Ia melupakan kenyamanan pelukan ibu yang berlari menemui umatnya.

Aminah menerima putranya ke dalam pelukannya dan mendengar suara yang memberikan nasihat kepadanya.

“Lindungilah dia dari pandangan manusia. Kami telah menyematkan kepadanya seluruh akhlak nabi, di antaranya akhlak Nabi Adam a.s., ilmu ilahiyyah Nabi Syits, kepahlawanan Nabi Nuh a.s., baju qaftan Nabi Ibrahim a.s., lisan Nabi Ismail a.s., kemudahan Nabi Shaleh a.s. dalam bicara, kebijaksanaan luqman, kabar gembira Nabi Yaqub a.s., ketampanan Nabi Yusuf a.s., kesabaran Nabi Ayyub a.s., ketegasan Nabi Musa a.s., ketaatan Nabi Yunus a.s., sikap jihadnya Nabi Yusya, syukur nikmat Nabi Daud a.s., rasa segan Nabi Sulaiman a.s., cinta kasih Nabi Danial, kedewasaan Nabi Ilyas a.s., ilmu Nabi Khidr, kesucian Nabi Yahya a.s. dari segala dosa, dan rahasia Nabi Isa a.s. Ia adalah pupil mata bagi semesta alam.”

Suara itu mengalir ke dalam hati Aminah dengan khusyu. Seluruh rahasia para nabi ada di dalam pelukannya. Aminah menatap mata anaknya yang di dalam pelukannya, seakan-akan langit Arsy’ berada di matanya.

Saat itu waktu jatuh tepat pada hari Senin 12 Rabiul Awwal. Di dalam rumah Aminah ada pesta perayaan kelahiran seorang bayi yang tercium bau harumnya menyelimuti kota Mekkah sejak malam. Paman sang bayi Abbas dan Hamzah juga ada di rumah itu. Hamzah seperti dirinya yang masih menjadi bayi sepersusuan, sementara Abbas telah berumur delapan tahun ketika itu. Abbas dengan penuh penasaran membungkuk dan memandang keponakannya berlama-lama. Ia baru pertama kali melihat keindahan yang seperti itu dan menciumnya dengan cinta, hormat, dan kebahagiaan sepiritual.

Kemudian kakeknya datang. Abdul Muthallib sejak kemarin malam pergi ke Ka’bah dan menginginkan seluruh anaknya datang ke sana untuk beribadah dan tawaf sampai pagi. Malam itu ia merasa keadaan yang aneh di Ka’bah. Ia melihat patung berhala hancur dan rata dengan tanah seperti ditembak empat ratus paku besar di dalam Ka’bah. Ia merasa ada keanehan dan seolah-olah kota Mekkah diselimuti aroma harum di semua penjuru. Langit seolah mendekat ke bumi dengan satu sentuhan dan bintang-bintang jatuh bagaikan rinai hujan. Ia menyadari bahwa cucunya telah lahir. Ia mendapat berita bahwa putra Abdullah telah lahir saat menjelang pagi.

Abdul Muthallib begitu bahagia, tapi terkejut ketika melihat Aminah. “Wahai menantuku, kamu tidak seperti yang telah melahirkan.” “Iya pamanku. Aku pun juga tidak mengalami masalah seperti yang dialami para wanita yang telah melahirkan.” “Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah.”

Aminah memberikan Nabi Muhammad SAW ke dalam pelukan Abdul Muthallib. Ia memandang cucunya dengan hormat dan menangis karena rasa syukurnya. Ia menciumnya berulang-ulang untuk menghilangkan kerinduan kepada anaknya, Abdullah, ia mencium Nabi Muhammad SAW seperti mencium cahaya di dahi Abdullah. Kedua mata bayi yang hitam dan besar menatap tajam kakeknya seperti mengenal kakeknya.

Kemudian Abdul Muthallib membawa Nabi Muhammad SAW ke Ka’bah. Ka’bah mulai beraroma harum Nabi Muhammad SAW. Paman-pamannya telah datang ke Ka’bah. Mereka menunggu keponakannya dan menyambutnya dengan kebahagiaan. Nabi Muhammad SAW berkeliling dari pelukan ke pelukan lainnya dengan perasaan cinta dan hormat, serta air mata mengalir karena rasa syukur.

Demikian peristiwa yang terjadi saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ternyata kecintaan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya yaitu umat Islam telah dimulai sejak beliau lahir. Bahkan ketika menjelang wafatnya yang juga memanggil “Umatku…, Umatku…”

Sudah sepantasnya kita sebagai umat Islam harus mencintai Rasulullah SAW. Bentuk cinta kita kepada beliau yaitu dengan mengamalkan ajarannya dan menjadikannya suri tauladan bagi kita dalam berakhlak sehari-hari. Dan senantiasa bershalawat kepadanya.

“Asshalatu wassalamu alaika ya Rasulullah!”
“Asshalatu wassalamu alaika ya Habiballah!”
“Shallallaahu alaa ya Muhammad!”

————————————–

Rindu Rasul

Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya suargaDapatkah kami membalas cintamu

Secara bersahaja

Referensi:

Celegen, Nuriyah. (2017). Aminah: Senandung Rindu Bunda Rasul SAW. Penejemah: Abdul Aziz, Andi Setiawan, dan Heri P. Depok: Redaksi Kaysa Media.