Mengatasi kesulitan membaca pada anak SD

TUTIK WIDIYAWATI, 17205153083 (2019) STRATEGI GURU DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA PADA KELAS RENDAH DI SDN NGLUTUNG I SENDANG TULUNGAGUNG. [ Skripsi ]

Abstract

ABSTRAK Skripsi dengan judul“Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Membaca pada Kelas Rendah di SD Nglutung I Sendang Tulungagung”, ini ditulis oleh Tutik Widiyawati, NIM 17205153083. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, yang dibimbing oleh Drs.H.JANI.MM,M.Pd. NIP.196602101985031001. Kata Kunci: Strategi Guru, Kesulitan Membaca Latar belakang pada penelitian ini adalah pembahasan tentang strategi guru,dalam bidang pendidikan istilah strategi disebut juga teknik atau cara yang sering dipakai secara bergantian. Untuk memahami strategi atau teknik maka penjelasannya biasanya dikaitkan dengan istilah pendekatan dan metode. Strategi adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar terjadi kesesuaian dengan teknik yang diinginkan dalam mencapai tujuan. Pembahasan strategi bertujuan untuk pemecahan masalah kesulitan membaca pada kelas rendah di SD Nglutung I Sendang Tulungagung. Rumusan masalah penelitian ini antara lain: (1) Bagaimana strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada kelas rendah di SD Nglutung I Sendang Tulungagung? (2) Bagaimana hambatan dan faktor pendukung strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada kelas rendah di SD Nglutung I Sendang Tulungagung? dan (3) Bagaimana solusi guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada kelas rendah di SD Nglutung I Sendang Tulungagung? Tujuan penelitian ini adalah 1.Untuk mendeskripsikan langkah strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada kelas rendah di SDN Nglutung I Sendang Tulungagung. 2. Untuk mendeskripsikan hambatan dan faktor pendukung strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada kelas rendah di SDN Nglutung I Sendang Tulungagung. 3. Untuk mendeskripsikan solusi guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada kelas rendah di SDN Nglutung I Sendang Tulungagung. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif .Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interview (wawancara), Observasi, dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis data dalam penelitian ini menghasilkan beberapa strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca yaitu: 1.bimbingan belajar.2.penambahan jam pelajaran 3. Pengarahan dan memotivasi belajar membaca.Pembahasan faktor penghambat dan faktor pendukung dari masalah kesulitan membaca yaitu:Faktor Pendukung:1. adanya minat belajar membaca dari siswa.2.Tersedianya fasilitas atau sarana prasarana yang dapat menunjang proses belajar membaca.3.Kerjasama lembaga sekolah dengan wali murid.Faktor Penghambat:1.kurangadanya kesadaran dari siswa tentang pentingnya belajar membaca.2.disiplin sekolah yang sering disepelekan oleh siswa.3.lingkungan dan keadaan ekonomi keluarga yang rendah sehingga anak didik atau siswa tidak mendapat perhatian dan kontrol dari orang tua untuk belajar membaca.Solusi guru dalam mengatasi kesulitan membaca yaitu:1.bimbingan terhadap anak yang kurang mengenali huruf, langkah yang harus ditempuh guru misalnya dengan menjadikan huruf sebagai bahan nyanyian danmenampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk huruf (karakteristiknya) khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk misalnya “p”, “b”, dan “d”.2.bimbingan terhadap anak yang membaca kata demi kata (mengeja) langkah yang ditempuh guru misalnya dengan menggunakan bacaan yang tingkat kesulitannya rendah dan anak disuruh menulis kalimat dan membacanya dengan keras atau disebut (mendikte).

Kesulitan belajar adalah kesulitan atau gangguan yang dialami seseorang dalam mempelajari bidang akademik dasar tertentu sebagai akibat dari terganggunya sistem saraf pusat yang terkait, atau pengaruh tidak langsung dari berbagai faktor lain. Kesulitan ini ditandai oleh kesenjangan antara kemampuan umum seseorang dengan kemampuan yang ditunjukannya dalam mempelajari bidang tertentu. The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), mendefinisikan kesulitan belajar adalah istilah generik yang mengacu kepada sekelompok gangguan yang heterogen, yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, member penalaran, atau kemampuan matematika, baik dalam perolehan maupun penggunaannya.

Gangguan ini bersifat intrinsik artinya berada dalam diri individu bersangkutan, dan dianggap disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Meskipun kesulitan belajar mungkin muncul bersamaan dengan kondisi kecacatan yang lain (seperti gangguan sensori, cacat mental, gangguan sosial dan emosi) atau pengaruh lingkungan (seperti perbedaan budaya, pengajaran yang tidak tepat, dll), kesulitan belajar bukan merupakan akibat atau pengaruh langsung dari faktor-faktor tersebut. (Lewis, 1988, hal. 258-359).

Banyak faktor yang menyebabkan kesulitan belajar, faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi dengan faktor yang lain dalam memunculkan kesulitan belajar. Osman (1979) menyebutkan sedikitnya ada 9 faktor yang berperan baik langsung maupun tidak langsung dalam memunculkan kesulitan belajar, yaitu: intelegensi, ketidaksempurnaan sensori, tingkat keaktifan dan kemampuan memusatkan perhatian, memar otak dan fungsi otak yang minimal, faktor keturunan, ketidakmatangan atau kematangan yang terlambat, faktor emosi, faktor lingkungan, dan faktor pendidikan. Gejala-gejala kesulitan belajar dapat muncul dalam tiga bidang utama, yaitu : bahasa dan pengembangan konsep, keterampilan perseptual, dan manifestasi perilaku.

Dalam pendidikan luar biasa, identifikasi merupakan langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya gejala kelainan atau kesulitan. Tujuan utama identifikasi adalah menemukan adanya gejala kelainan atau kesulitan, yang kemudian akan dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya, yang biasanya berupa assesment yang lebih akurat dan sistematis. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai prosedur yang mampu membuat guru tanggap terhadap kelainan atau kesulitan yang muncul pada diri anak. (Mc Loughlin, J.A. & Lewis, R.B, 1981). Agar dapat melakukan identifikasi gejala kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan, guru harus menguasai kemampuan yang dituntut dalam membaca menulis permulaan serta berbagai jenis kesulitan yang mungkin dialami murid dalam usaha menguasai kemampuan tersebut. Di samping itu, guru harus dapat mengenal gejala-gejala yang merupakan indikator dari adanya kesulitan.

Untuk melakukan hal itu, guru dipersyaratkan mempunyai pengamatan yang sensitive terhadap perilaku siswa dalam belajar membaca menulis permulaan. Identifikasi harus menghasilkan informasi tentang siapa yang perlu menjalani assesmen dan dalam bidang apa assesmen itu harus dilakukan. Assemen bertujuan untuk mendapatkan informasi yang rinci mengenai kekuatan dan kelemahan murid dalam bidang tertentu, sehingga informasi ini dapat dimanfaatkan untuk penempatan atau mengembangkan pelajaran atau merencanakan penanganan kesulitannya.

B.       Membaca permulaan

1.    Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan

Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak (Spodek dan Sacacho, 1994). Adapun tujuan pembelajaran membaca permulaan di kelas rendag adalah agar  siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995:4). Dalam praktek lapangan, banyak kita jumpai pada anak usia Sekolah Dasar, terutama di kelas rendah masih terhitung banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca bacaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (yang berasal dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari luar diri pembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca, kepemilikan kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca.

♦ Faktor Internal

1. Minat baca

Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan terus menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.

2. Motivasi

Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: (1) fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu mengajak siswa belajar, (2) fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran, (3) fungsi intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman, 1993 : 115).

3. Kepemilikan Kompetensi Membaca

Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara,  menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca berkaitan dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud dan, pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak  dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.

♦ Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat mempengaruhi  tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang  menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.

2.    Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Membaca Permulaan

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :

1.      Kurang mengenali huruf

Ketidakmampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali  dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar / kapital dan huruf kecil.

2.      Membaca kata demi kata

Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh :

(a) gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding)

(b) gagal memahami makna kata

(c) kurang lancar membaca.

3.      Pemparafase yang salah

Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma.

4.      Miskin pelafalan

Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa (fonem).

5.      Penghilangan

Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.

6.      Pengulangan

Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah keterampilannya.

7.      Pembalikan

Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g. Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis.

8.      Penyisipan

Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.

9.      Penggantian

Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya, karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya dengan kata makan.

10.  Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala

Kebiasaan anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan menggerakan kepala sewaktu membaca dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.

11.  Kesulitan konsonan

Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang melambangkan konsonan tersebut.

12.  Kesulitan vokal

Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf, misalnya e selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam kata keras, kepala, kerang, telah dan sebagainya) huruf-huruf yang melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak dalam membaca.

13.  Kesulitan kluster, diftong dan digraf

Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang melambangkan satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber kesulitan anak yang sedang belajar membaca.

14.  Kesulitan menganalisis struktur kata

Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya.

15.  Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya

Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur kata dan penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimat).

3.    Bimbingan yang dapat Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan

Peran guru sebagai fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan peningkatan belajar anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas dari cara guru membimbing dan mendidik siswanya. Bimbingan yang harus dilakukan guru dalam menghadapi anak yang mengalami kesulitan membaca antara lain :

1. Bimbingan terhadap anak yang kurang mengenali huruf

Langkah yang harus ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan kurang mengenali huruf ini dapat berupa :

– Huruf dijadikan bahan nyanyian.

– Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya

huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).


2. Bimbingan terhadap anak yang membaca kata demi kata

Langkah yang dilakuan guru untuk mengatsi anak yang mengalami kesulitan jenis ini adalah :

– Gunakanlah bacaan yang tingkat kesulitannya rendah.

– Anak disuruh menulis kalimat dan membacanya dengan keras.

– Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka perlu pengayaan kosakata.

– Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan anak membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.


3. Bimbingan terhadap anak yang salah memparafrase.

Langkah yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini yaitu dengan cara :

– Jika kesalahan disebabkan ketidaktahuan anak terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihkan cara membacanya.

– Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.

– Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk membacanya.

Selanjutnya ajaklah anak untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.


4. Bimbingan terhadap anak yang miskin pelafalan

Untuk mengatasi kesulitan pelafalan, guru dapat menggunakan cara berikut :

– Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.

– Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat berikan latihan khusus pengucapan kata-kata tertentu yang dipandang sulit.


5. Bimbingan terhadap anak yang mengalami penghilangan kata

Untuk mengatasi hal ini ditempuh cara :

– Anak disuruh membaca ulang.

– Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.

– Berikan latihan membaca kata atau frasa.


6. Bimbingan terhadap anak yang sering mengulangi kata

Upaya yang dilakukan guru dalam hal ini antara lain :

– Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca merupakan kebiasaan buruk.

– Kenali jenis kata yang sering diulang.

– Siapkan kata atau frasa jenis untuk dialatihkan.


7. Bimbingan terhadap anak yang sering melakukan pembalikan kata

Upaya mengatasi kesulitan ini dapat dikukuhkan dengan cara sebagai berikut :

– Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahan yang menggunakan sistem alfabetis) menggunakan orientasi dari kiri ke kanan.

– Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf-bunyi, siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa untuk dilatihkan.

– Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang bermakna, misalnya : huruf p dan b dilatihkan dengan menggunakan kata pagi dan bagi.


8. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menyisipkan kata

Untuk mengatasi hal ini, bimbinglah anak dengan menyuruh anak membaca dengan pelan-pelan dan mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam membaca.


9. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan mengganti suku kata

Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan cara :

– Gunakan bahan bacaan yang teramsuk kategori mudah.

– Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak.

– Latihkan cara mengucapkan kata-kata tersebut.

10. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakan kepala.

Untuk mengubah kebiasaan anak yang selalu menggerakkan bibir sewaktu membaca dalam hati, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut

- Anak disuruh mengumumkan suatu kalimat, selanjutnya suruh anak untuk mengulangi membaca kalimat tersebut tanpa mengunyam.

- Jelaskan pada anak bahwa membaca mengunyam dapat menghambat keefektifan membaca.


Sedangkan untuk menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam membaca, dapat dilakukan kegiatan berikut.

- Perhatikan apakah anak mengalami gangguan mata.

- Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas.

- Latihkan teknik membaca prosa.

- Peringkatkan anak untuk tidak menggunakan jari telunjuk dalam membaca.

11. Bimbingan terhadap anak yang kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dapat dilakukan bimbingan antara lain :

- Kembangkan anak dalam mendengarkan konsonan yang sulit misalnya tuliskan kata-kata yang dimulai dengan konsonan (depan, adat, dapat, diri dan sebagainya).

- Suruh anak mencari dan mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung konsonan tersebut.

- Latihkan anak mengucapkan kata-kata yang didalamnya terkandung konsonan.

12. Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan vokal

Untuk mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini dapat dilakukan :

- Tanamkan pengertian pada diri anak bahwa huruf-huruf tertentu dalam melambangkan lebih dari satu bunyi misalnya : huruf e dapat melambangkan bunyi e dan é.

- Berikan contoh huruf e yang melambangkan bunyi e dan é dalam kata-kata

- Ajaklah anak mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung huruf tersebut.

13. Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan kluster, diftong dan digraf

Untuk mengatasi kesulitan ini lakukan :

– Kenalkan kluster (misalnya st, kl, gr, pr, sw), diftong (misalnya ai, oi, ui) dan digraf (misalnya sy, ng, kh, dan ny) dalam kata atau kalimat.

– Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong, dan digraf.

– Mintalah anak untuk mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya terkandung kluster, diftong, dan digraf.

– Perintahkan anak membacakan kata-kata yang telah dikumpulkan.


14. Bimbingan terhadap anak yang kesulitan menganalisis struktur kata

Untuk mengatasi kesulitan ini lakukanlah :

– Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.

– Perkenalkan kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.

– Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan memanfaatkan metode yang ada.

– Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.


15. Bimbingan terhadap anak yang sulit mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.

Untuk mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini lakukan :

- Ambil satu kata dan daftarkan kata turunannya (misalnya kata : membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca).

- Bimbinglah anak untuk mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan tersebut.

- Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari dan sebagainya) (http://digilib.unnes.ac.id).


Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Menulis

1. Lingkungan keluarga


Orang tua merupakan guru bahasa pertama yang memberikan makna lisan dari benda-benda yang ada disekitarnya. Namun terkadang orang tua kurang memperhatikan anaknya. Keberhasilan anak sekolah pada dasarnya dapat ditentukan pada apa yang dilakukan di rumah, dorongan serta rangsangan minat menulis anak. Luangkan waktu untuk membimbingnya, kenalkan anak pada huruf abjad, ajarkan pada anak cara memegang pensil yang benar, sikap menulis yang benar supaya anak memiliki kemampuan dasar menulis dari rumah.


2. Lingkungan sekolah

• adanya penggunaan metode pengajaran yang kurang tepat sehingga timbul permasalahan dalam proses pembelajaran menulis anak

• materi – materi yang diajarkan belum tepat, belum sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar kelas I

• guru kurang memahami keinginan siswa

• siswa yang benar-benar malas belajar menulis. (http://digilib.unnes.ac.id)


Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Menulis Permulaan

Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, yaitu tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Henry Guntur Tarigan, 1993: 3). Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis dengan tangan karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain. Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak, tetapi juga guru (Mulyono, 1999: 227). Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak maupun guru tidak dapat membaca tulisan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis antara lain :


1) Motorik

Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami  gangguan atau kesulitan dalam menulis (tulisannya tidak jelas, terputus-putus atau tidak mengikuti garis).


2) Perilaku

Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.


3) Persepsi

Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya yang tergangu, anak mungkin akan sulit  membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p dengan q, dan lain-lain. Namun jika persepsi auditorisnya yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang diucapkan oleh guru.


4) Memori

Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ia tulis.


5) Kemampuan melaksanakan cross modal

Kemampuan melaksanakan cross modal menyangkut kemampuan mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.


6) Penggunaan tangan yang dominan

Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal, tulisannya juga sering terbalik-balik dan kotor.


7) Kemampuan memahami instruksi

Jika anak tidak memiliki kemampuan untuk memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru. (Mulyono, 2003:227)


Kesulitan belajar menulis sering disebut juga dengan istilah disgrafia (disgraphia). (Jordon dikutip dalam Hallahan dkk, 1985 dalam Mulyono, 2003:227). Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga agrafia. Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia (dyslexia) karena jenis kesulitan tersebut sesungguhnya sangat terkait. (Mulyono, 1003:228). Kesulitan belajar menulis sering dikaitkan dengan cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar menulis, yaitu (1) sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam pensil, (4) menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret. (Hornsby, 1984 dalam Mulyono, 2003:228). Jenis memegang pensil yang terakhir (menyeret pensil) adalah khas bagi anak kidal.


Untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan menulis tangan, guru dapat melakukan observasi terhadap berbagai kemampuan sebagai berikut :

1) Menulis dari kiri ke kanan

2) Memegang pensil dengan benar

3) Menulis nama penggilannya sendiri

4) Menulis huruf-huruf

5) Menyalin kata-kata dari papan tulis ke buku atau kertas

6) Menulis pada garis yang tepat. (Mulyono, 2003:233).




Bimbingan yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis Permulaan


Ada 15 macam aktifitas yang dapat digunakan untuk membantu anak berkesulitan belajar menulis dengan tangan (menulis permulaan) sebagai berikut :

1) Aktifitas menggunakan papan tulis

Aktivitas ini dilakukan sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya. Kepada anak disediakan papan tulis dan sepidol/kapur, dan pada papan tulis tersebut anak diberi kebebasan untuk menggambar garis, lingkaran, dsb.


2) Posisi

Untuk latihan menulis, anak hendaknya disediakan kursi yang nyaman dan meja yang cukup berat agar tidak mudah goyang. Kedua tangan anak diletakkan diatas meja, tangan yang satu untuk menulis dan tangan yang lain untuk memegang kertas bagian atas.


3) Kertas

Posisi kertas untuk menulis cetak sejajar dengan sisi meja, untuk menulis tulisan sambung 60 derajat ke kiri bagi anak yang menggunakan tangan kanan, dan 60 derajat ke kanan bagi anak yang menggunakan tangan kiri atau kidal. Agar kertas tidak bergerak, dapat direkat dengan selotip.

4) Memegang pensil

Banyak anak berkesulitan belajar menulis yang memegang pensil dengan cara yang tidak benar. Untuk memegang pensil yang benar, ibu jari dan telunjuk di atas pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah pensil, dan pensil di pegang agak sedikit di atas bagian yang diraut. Bagi anak yang belum dapat memegang pensil dengan benar, bagian pensil yang harus dipegang dapat dibatasi dengan selotip, atau latihan dapat dimulai dengan sepidol besar, sepidol sedang, sepidol biasa, dan baru kemudian pensil.


5) Titik-titik

Guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat dari titik titik. Selanjutnya, anak diminta untuk menghubungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh

Contoh:


6) Menjiplak dengan semakin dikurangi

Pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak diminta untuk menjiplak huruf tersebut. Lama kelamaan guru yang menulis sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut dan anak diminta untuk meneruskan penulisan.

7) Buku bergaris tiga

Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tebal tipis (halus kasar). Dengan buku bergaris semacam itu, anak dapat berlatih membuat dan meletakkan huruf-huruf secara benar.


8) Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf

Ada huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit ditulis. Berbagai huruf yang mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan e; sedangkan yang sulit adalah x, z, y, j, p, b, h,k,f, g, dan q. Anak hendaknya diajar menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah, meningkat ke yang lebih sulit, dan baru kemudian gabungan dari keduanya.


9) Bantuan verbal

Pada saat anak sedang menulis, guru dapat memberikan bantuan dengan mengucapkan petunjuk seperti “naik”, “turun”, “belok”, “stop”, dll.


10) Kata dan kalimat

Setelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan dengan menulis kata-kata dan selanjutnya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan hendaknya juga memperoleh perhatian. (Lerner, 1988 dalam Mulyono, 2003: 240 243).






Kesimpulan

(1)   Kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan akan berpengaruh pada siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran lainnya.

(2)   Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi anak sehingga ia mengalami kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan.

(3)   Peran guru sangatlah penting dalam membantu siswa untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dialaminya.



Saran

(1)   Guru harus mempunyai pengamatan yang sensitive dalam mengidentifikasi berbagai kesulitan yang dihadapi oleh siswa.

(2)   Guru perlu meningkatkan dan pengembangan kompetensi dalam merancang dan melaksanakan pembelajaranmembaca menulis permulaan.

(3)   Guru perlu mengembangkan kemampuan untuk dapat menggunakan media-media pembelajaran yang menarik dan dapat memberikan pengaruh kontruktif pada kemampuan membaca dan menulis anak.

Bagaimana cara mengatasi kesulitan membaca pada anak sekolah dasar?

7 Strategi Mengatasi Anak Sulit Belajar Membaca.
Pastikan Anak Mengenal Huruf dengan Baik. (Sumber: Alodokter.com) ... .
2. Ajak Anak Memahami Kata yang Dibaca. ... .
3. Belajar dengan Kartu Kata. ... .
Perkuat Pemahaman Fonemik. ... .
Baca Buku yang Tepat. ... .
6. Jangan Memaksa Anak. ... .
7. Berikan Dukungan Penuh..

Apa saja kesulitan membaca pada anak SD?

Karakteristik kesulitan membaca permulaan siswa yaitu: kesulitan mengidentifikasi huruf dan merangkai susunan huruf, membalik huruf, mengubah kata, menghilangkan huruf dalam susunan kata, mengeja terbata-bata, mengucapkan kata salah, kurang memperhatikan tanda baca tidak memahami isi bacaan, dan sulit konsentrasi.

Bagaimana cara agar anak lancar membaca?

12 Cara Mengajari Anak Membaca yang Mudah dan Menyenangkan.
Gunakan lagu anak-anak untuk memperkenalkan huruf. ... .
Membuat atau membeli flashcard huruf. ... .
3. Tempelkan beberapa poster huruf dan kata. ... .
4. Bantu anak mengucapkan bunyi huruf. ... .
Ajari anak menghafal suku kata. ... .
6. Membaca suku kata yang lebih variatif. ... .
7. Ajarkan huruf mati..

Apa saja kesulitan dalam membaca?

Menurut Mercer, ada empat kelompok karakteristik kesulitan membaca, yaitu 1) kebiasaan membaca, 2)kekeliruan mengenal kata, 3) kekeliruan pemahaman, dan 4) gejala- gejala serba aneka.