Mengapa puasa Ramadhan dapat menumbuhkan Kedisiplinan kejujuran dan percaya diri

PUASA Ramadan merupakan ibadah yang paling panjang dilakukan umat Islam jika dibandingkan dengan ibadah lain, seperti salat ataupun berhaji. Tujuan Allah mewajibkan puasa ialah agar kaum muslim dapat kembali fitrah, suci, dan bersih dari dosa akibat perbuatan tercela, termasuk kecurangan.

"Kalau salat hanya 10-5 menit, ibadah haji 6-10 hari. Tetapi puasa Ramadan 29 sampai 30 hari. Mengapa Allah perintahkan kita berpuasa. Mengapa tidak cukup hanya dengan kita beriman saja?" ujar Ustaz Verry Kusmayadi dalam tausiah menjelang buka puasa di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jumat (25/5).

Verry mengatakan iman artinya percaya. Iman memberikan dua dampak dalam kehidupan. Pertama, iman membuat manusia melakukan yang Allah perintahkan. Kedua, iman memberikan ketenangan bagi manusia dalam kehidupannya.

"Dengan beriman, semakin kita percaya kepada Allah, makin dekat kepada Allah. Semakin tenang dalam kehidupan kita," ujar dia.

Namun, iman tidak cukup menjadikan manusia bersih dalam kehidupan sehari-hari. Very mencontohkan seseorang yang korupsi bukan berarti dirinya tidak beriman. Para koruptor beriman, tetapi tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.

"Di sinilah pentingnya berpuasa. Untuk meningkatkan kualitas mukmin menjadi seorang yang muttaqin atau orang yang takwa kepada Allah SWT. Yakni, selalu takut atau memiliki perasaan bahwa dirinya selalu dimonitor Allah, sehingga enggan berbuat dosa."

Melatih bersyukur

Very mengisahkan Khalifah Umar bin Khatab. Ia seorang yang gemar blusukan saat tengah malam untuk mencari rakyatnya yang kelaparan untuk dibantu.

Pada suatu malam, Umar mendekati sebuah rumah. Di dalam rumah itu ada dua orang, anak perempuan dan ibunya. Mereka bekerja sebagai penjual susu.

Anak perempuan itu berkata bahwa dia bosan dengan kehidupan yang miskin. Lalu sang ibu bertanya, "Apakah kita akan campur susu ini dengan air agar kita mendapatkan keuntungan yang lebih banyak?"

Namun, anaknya dengan tegas menolak. Ia berkata, "Meskipun kita miskin, ada Allah yang melihat kita, mengawasi kita."

Singkat cerita, anak perempuan itu akhirnya dinikahkan dengan anak laki-laki Umar bin Khatab. Dari keduanya lahirlah anak perempuan bernama Nailah.

Nailah di kemudian hari menikah dengan pemuda bernama Aziz. Mereka lantas memiliki anak, yakni Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang terkenal bersih, tak pernah berbuat curang.

"Itulah kisah orang-orang yang bertakwa pada Allah. Yang senantiasa merasa diawasi Allah sehingga enggan berbuat curang."

Puasa, sambung Verry, membuat kita selalu merasa diawasi Allah. Selain itu, puasa dapat menanamkan rasa syukur.

"Syukur mudah kita ucapkan tapi sulit kita laksanakan. Kita selalu mengidentikkan rezeki dengan materi. Padahal kesehatan yang Allah berikan juga merupakan rezeki. Pernahkah kita bersyukur atas oksigen yang Allah berikan pada kita? Kalau belum, artinya kita kufur akan nikmat Allah," tutur Verry.

Nabi Muhammad, lanjutnya, mengajari kita berlatih bersyukur dengan melihat orang-orang yang perekonomiannya di bawah kita.

"Jika kita mau hidup bersih, tanamkan syukur dan rasa berkecukupan dalam hidup sehari-hari. Dengan begitu, tujuan akhir puasa yakni Idul Fitri, kembali kepada fitrah, insya Allah bisa tercapai," pungkasnya. (H-2)

KH. Cholil Nafis, Ph D, Ketua Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat

TRIBUNNEWS.COM - Saat berbuka puasa semua umat muslim tepat waktu dan tidak pernah terlambat, bahkan sudah siap-siap sejak beberapa waktu sebelumnya. Inilah latihan kedisiplinan sebagian umat Muslim dalam hidupnya.

Dapat dibayangkan seandainya umat dapat menjalankan aktivitas dengan disiplin seperti saat  berbuka puasa tentu menjalani pekerjaan akan jauh lebih produktif. Namun kenyataannya, sebagian masyarakat muslim masih banyak yang lalai untuk disiplin.

Puasa memiliki nilai dan unsur melatih kedisiplinan. Sebab kewajiban ibadah puasa harus dijalankan pada bulan Ramadan, waktunya sepanjang siang hari dan disunahkan salat sunah Tarawih hanya di malam hari.

Saat berpuasa seseorang harus disiplin dalam menjaga dari makan, minum, dan hubungan seksual dengan pasangan yang sah. Bahkan yang lebih utama berpuasa perilakunya dengan akhlak dan hatinya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ada beberapa  alasan mengapa ibadah puasa di bulan Ramadan dapat melatih disiplin dan berpegang pada komitmen. Pertama, Ramadan melatih untuk disiplin pada pelaksanaan kewajiban hingga seseorang mendapatkan haknya.

Bahwa orang yang sudah mukallaf (aqil dan baligh) wajib menjalankan ibadah puasa dan jika berhalangan dan berbuka di bulan Ramadan maka wajib menggantinya dengan puasa di salah satu hari pada sebelas bulan berikutnya. Ini disiplin dan komitmen umat muslim pada kewajiban yang harus dijalankan oleh dirinya.

Allah SWT berfirman: "Maka, barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidiah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS al-Baqarah [2]:184).

Kedua, disiplin dalam memanfaatkan waktu agar lebih produktif. Waktu memulai ibadah puasa tak pernah berubah dan selalu konsisten, bahkan sengaja seseorang menunggu dalam memulai maupun mengakhir (baca, buka) puasa.

Menunggu dan siap-siap sebelum pelaksanaan adalah sikap dan perilaku orang disiplin dengan waktu. Ia lebih suka mengejar waktu dari pada dikejar waktu, sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan memulai pekerjaan baru dari pada menunda-nunda pekerjaan sehingga banyak tugas menumpuk yang harus diselasaikan. Semua kebaikan di bulan Ramadhan dilipatgandakan sehingga menambah nilai produktiftas.

Ketiga, disiplin untuk mentaati hukum Allah SWT. Saat puasa berlatih untuk mentaati ketentuan-ketentuan Allah SWT. Saat berpuasa dilatih untuk mentaati perintah untuk meninggalkan sesuatu, seperti makan dan minum, padahal pada hari-hari lainnya diperbolehkan.

Logikanya, jika mampu menahan diri dari sesuatu yang pada dasarnya boleh, tentu menghindarkan diri sesuatu yang sejak semula dilarang akan lebih mudah. Dalam hal ini, implementasi iman dapat direalisasi dalam bentuk perilaku.

Disiplin adalah pangkal kesuksesan karena lebih menghargai waktu, aturan dan tanggungjawab. Islam menyerukan kita untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan sekaligus mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati dan sekuat kemampuannya. Disiplin mengantarkan pada kemaksimalan hidup dalam berbuat baik dan bermanfaat kepada orang lain.

Puasa yang penuh kepatuhan pada komitmen iman, disiplin melaksanakan kewajiban dan patuh pada hukum menjadi pangkal pembangunan diri manusia seutuhnya, sehinga dapat berkarya secara maksimal dan membangun peradaban dunia untuk bekal akhirat.

Demikian pentingnya arti puasa bagi manusia sehingga menjadi kewajiban rutin kepada hambanya setiap tahun sebulan penuh. Bahkan jika berhalangan berpuasa di bulan Ramadan maka wajib diganti di harinya. Manusia tak mungkin dapat hidup maksimal tanpa berlatih disiplin melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Wallahu a’lam

Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan rakhmat serta kasih sayang dari Allah SWT.  Diwajibkan kepada seluruh orang Islam yang beriman untuk melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan dengan tujuan agar menjadi orang-orang yang bertakwa, seperti dinyatakan pada QS Al-Baqarah 183 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Bagi Pegawai Negeri Sipil dilingkungan DJKN, menjalankan ibadah puasa memiliki banyak keutamaan baik untuk diri sendiri maupun hubungan sesama manusia serta hubungan dengan Allah SWT.  Hikmah menjalankan ibadah puasa berkaitan erat dengan amalan puasa yang dijalani, tidak terbatas hanya dengan menahan lapar dan dahaga, namun berkaitan pula dengan menjalankan amalan ibadah puasa Ramadhan lainnya, seperti bersedekah, itikaf, membaca Al-Qur’an, shalat tarawih, menghindarkan diri dari perbuatan yang haram, serta kegiatan lain dalam kehidupan ini.

Bekaitan dengan datangnya bulan suci Ramadhan  1437 H ini tentunya diharapkan mampu menjadi pilar dan motivasi bagi seluruh pegawai dilingkungan DJKN untuk tidak bermalas-malasan bekerja tetapi berupaya  meningkatkan disiplin diri dan etos kerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, karena kita melakukan semua pekerjaan dengan niat karena Allah dan tentunya disertai doa agar apa yang kita kerjakan hendaknya selalu berada di jalan yang lurus dan diridhoi oleh Allah SWT.

Selain itu bulan yang penuh berkah ini hendaknya menjadi ajang intropeksi dan perbaiki iman, moral dan hati, sehingga dapat bekerja lebih optimal demi kesejahteraan masyarakat. Makna dan hikmah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1437H. ini ditinjau dari sisi rohani dan jasmani, antara lain:

1. Melatih diri untuk tetap bersyukur kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah 186 “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Demikian pula Allah telah memberikan kepada kita berbagai hidayah secara bertahap, seperti hidayatul ilham (Naluri), hidayatul wasa (panca indra), hidayatul akli (akal), hidayatuddiin (agama), dan hidayatut taufik. Juga dalam surat Ar-Rahman, 31 kali Allah SWT menantang kita dengan “fabiayyi aalaa i robbikumaa tukadzdzibaan” (maka nikmat-Ku yang mana yang hendak/bisa kau dustakan?). Semua demikian jelas, maka dengan sampainya kita pada bulan Ramadhan, maka kita bersyukur bahwa kita masih diberi waktu oleh Allah SWT untuk menjalankan amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda. Saat berbuka puasa, kita harus merasa bersyukur diberi kenikmatan oleh Allah SWT untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga dengan semua rizki-Nya yang dapat kita nikmati bersama keluarga.

2. Melatih disiplin terhadap waktu

Dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kita harus patuh pada waktu sahur dan buka. Kita bangun untuk makan sahur saat dini hari dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi bahwa kita bekerja dengan bangun lebih pagi, agar mendapatkan rejeki yang halal. Kaum muslim dan muslimah agar dapat menjalankan shaum dengan tetap kuat dan sehat di siang hari, perlu mengatur ritme bekerja agar tubuh mendapatkan istirahat yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan diubahnya jam kerja di lingkungan DJKN, sehingga para pegawai dapat pulang lebih cepat agar memiliki waktu yang cukup untuk menyiapkan berbuka puasa di bulan Ramadhan.

3. Memberikan keseimbangan dalam kehidupan.

Umat muslim dan muslimah pada hakekatnya adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun demikian, ada kalanya karena kesibukan pekerjaan duniawi dan hawa nafsu, terkadang melupakan kewajiban ibadah. Pada bulan suci Ramadhan ini, kita dilatih untuk mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban beribadah dengan imbalan pahala yang berlipat ganda

4. Mempererat silaturahmi dan meningkatkan kepedulian kepada sesama.
Pada bulan suci Ramadhan ini, rasa persaudaraan sesama muslim, tampak sangat jelas. Silaturahmi antar sesama semakin ditingkatkan, misalnya dengan memberikan tajil untuk  berbuka puasa di mesjid secara gratis dan bergiliran. Selanjutnya shalat bersama di mesjid yang juga diisi dengan siraman rokhani serta tadarusan bersama di mesjid maupun di mushala di tempat pekerjaan

5. Mengetahui bahwa ibadah puasa memiliki tujuan.

Tujuan puasa Ramadhan adalah melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Akan tetapi, jika tujuannya gagal maka puasa  tidak memiliki arti apa-apa. Dengan demikian kita menjadi terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala amal ibadah termasuk kegiatan rutin yang kita jalani sesuai  dengan tugas dan fungsinya masing-masing untuk menghasilkan kinerja yang baik.

6. Mengetahui bahwa tiap kegiatan mulia merupakan ibadah.

Umat muslim dan musliman menyadari bahwa setiap langkah kaki menuju masjid merupakan ibadah, menolong orang juga ibadah, berbuat adil pada manusia juga ibadah, tersenyum pada saudara termasuk ibadah, membuang duri di jalan juga ibadah, sampai tidurnya orang yang berpuasa merupakan ibadah, sehingga segala sesuatu yang baik kita jalankan  dapat dijadikan ibadah. Demikian halnya dengan bekerja di lingkungan DJKN seusai tugas dan fungsinya dengan baik juga termasuk ibadah. Dengan menjalankan ibadah puasa diharapkan kita mengetahui bahwa tiap kegiatan merupakan amal ibadah dalam kehidupan ini.

7. Meningkatkan kehati-hatian dalam melaksanakan perbuatan.

Berpuasa dibulan suci Ramdhan ini akan bernilai sempurna dan tidak sia-sia, apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari godaan dan keharaman atas  mata, telinga, perkataan dan perbuatan. Dengan demikian kita harus menjalankannya pada kehidupan keseharian di tempat kerja dan  lingkungan masyarakat. Latihan ini memberikan kemajuan positif bagi kita, agar setelah selesai bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, fitnah, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.

8. Melatih diri menjadi lebih tabah dan sabar.
Selama Puasa pada bulan suci Ramadhan ini, kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya tidak boleh marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan agar bersifat sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada fitnah, tetapi kita tetap sabar karena kita dalam keadaan puasa. Hal ini hendaknya dapat menjadikan diri lebih tabah tidak hanya pada saat puasa dibulan suci Ramadhan ini namun hendaknya tetap sabar dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pegawai DJKN.

9. Melatih hidup sederhana.

Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja, kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja. Oleh karena itu, dengan puasa Ramadhan kita hendaknya dapat menahan nafsu duniawi .

10. Mencegah penyakit karena pola makan yang berkelebihan

Makanan yang berkelebihan gizi belum tetu baik untuk kesehatan seseorang. Kelebihan gizi  atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kolestrol, tekanan darah tinggi,  jantung koroner, diabetes melitus dan lain-lain. Maka dengan kita menjalankan puasa dibulan suci Ramadhan ini  paling tidak dapat memberikan kesempatan bagi alat pencernaan kita untuk beristirahat, membebaskan tubuh dari racun, kotoran yang merusak kesehatan dan memblokir makanan untuk bakteri, virus dan sel kanker sehingga kuman-kuman tersebut tidak bisa bertahan hidup

Harun Husin
Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Bima

Disclaimer : Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA