Mengapa peranan teman sangat penting dalam masa remaja

Raveena Sandy – 1601260491

Mengapa peranan teman sangat penting dalam masa remaja

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin meningkat cepat bahkan sampai dapat mengalahkan perkembangan peradaban masyarakat. Perkembangan teknologi ini telah menghasilkan produk-produk canggih yang jumlahnya hampir tak terhitung. Produk teknologi yang bermacam-macam jenis dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, antara lain untuk kebutuhan pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan, atau bahkan hanya untuk sekedar hiburan semata.

Teknologi informasi merupakan salah satu hal yang memang sulit lepas dari kehidupan manusia. Teknologi memiliki fungsi utama sebagai sarana komunikasi yang memudahkan manusia bertukar informasi sehingga manusia akan merasa kesulitan apabila tidak ada teknologi informasi. Teknologi informasi memiliki peran dan dampak yang banyak sekali baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Kemajuan teknologi saat ini sudah dianut oleh semua kalangan masyarakat baik diperkotaan sampai di pedesaan seperti pengaruh televisi, telepon, radio, telepon genggam, dan internet telah merajalela dimana saja.

Salah satu cara untuk memanfaatkan fungsi teknologi informasi yang merupakan sarana komunikasi, yaitu manusia menggunakannya sebagai sarana hubungan sosial melalui media sosial. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”. Professor J.A Barnes mengutarakan jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu atau organisasi. Jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling berhubungan.

Jejaring sosial telah memberikan kontribusi dan andil yang sangat besar bagi perkembangan dunia. Adanya jejaring sosial telah menghapus batasan dan jarak terhadap akses informasi. Jejaring sosial memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Dampak positifnya seperti dimudahkannya antar pengguna untuk saling bertukar informasi maupun data dengan menggunakan fitur yang ada dalam jejaring sosial tersebut seperti melalui chat facebook, twitter, path, dan sebagainya. Dengan adanya jejaring sosial pula, para pengguna dapat memantau apa yang sedang terjadi atau apa yang sedang marak diperbincangkan di belahan dunia. Dari segi pendidikan, jejaring sosial digunakan untuk melakukan kegiatan belajar online dan banyak sekali instansi pendidikan atau universitas sekarang ini yang membuka kelas jarak jauh yang materi kuliahnya tidak dilakukan secara tatap muka melainkan secara online. Namun, banyak pula terdapat sisi negatif dari hadirnya jejaring sosial. Seperti adanya pornografi. Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi memang tidak salah karena banyak sekali terdapat konten-konten semacam itu bertebaran dan memberikan dampak yang kurang baik bagi pengaksesnya terutama kalangan anak-anak. Jejaring sosial juga banyak yang berisi konten-konten yang terkait kekejaman dan kesadisan yang biasanya dipergunakan oleh pemilik situs untuk mendongkrak pejualan situs tersebut. Dampak negatif lainnya adalah berupa penipuan. Modus penipuan melalui situs jejaring sosial semakin lama semakin meningkat. Para pelaku biasanya menggunakan media sosial dengan cara berdagang secara online namun ketik pihak pembeli telah membayar melalui transfer namun barang tidak juga dikirim oleh pihak penjual.

Pada Februari 2014, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) , Selamatta Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India. Indonesia menempati peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia. Posisi Indonesia hanya kalah dari USA, Brazil, Jepang dan Inggris. Menurut data dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya. Pengguna Twitter, berdasarkan data PT Bakrie Telecom, memiliki 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Twitter menjadi salah satu jejaring sosial paling besar di dunia sehingga mampu meraup keuntungan mencapai USD 145 juta. Selain Twitter, jejaring sosial lain yang dikenal di Indonesia adalah Path dengan jumlah pengguna lebih dari 4 juta di Indonesia. Line sebesar 10 juta pengguna, Google+ 3,4 juta pengguna dan Linkedlin 1 juta pengguna.

Path merupakan satu dari sekian banyak situs media sosial yang sedang marak digandrungi pengguna di Indonesia terutama dikalangan remaja. Hal ini dikarenakan fiturnya yang memudahkan seseorang untuk mengupdate moment seperti dimana sekarang seseorang berada, lagu apa yang sedang didengarkan, film apa yang sedang ditonton sampai dapat mengunggah foto dan video yang ingin user bagikan kepada pengguna lain. Selain itu path juga memberi batas pertemanan yaitu hanya 150 orang sebagai strateginya agar pengguna merasa aman dan nyaman hanya berteman dengan kerabat dekat saja. Disamping sisi baik dari path yang telah diuraikan tersebut, path juga berpotensi membahayakan bagi para penggunanya apabila digunakan dengan tidak bijak. Misalnya bisa saja terjadi tindak criminal karena sang pelaku dapat mengetahui dengan mudah lokasi dimana korban berada. Sisi negative dari path lainnya yaitu Sebagai media unjuk diri. Sebagai contoh, saat pengguna mengunggah suatu lokasi tempat dia berada, dapat menunjukkan bahwa pengguna sedang berada di tempat yang elit dan mewah. Pengguna berusaha menunjukkan status sosial dirinya. Selain itu, foto-foto yang diunggah pun dijadikan bukti dari status sosialnya. Banyak foto yang menggambarkan pengguna sedang di luar negeri, bersama dengan barang-barang mewahnya, makanan-makanan mahal di restauran, dan sebagainya. Tidak jarang banyak pengguna yang memalsukan lokasi tempat dia berada, dan foto-foto yang diunggahnya hanya karena tidak mau kalah dengan pengguna lain. Path dianggap bersifat adiktif, karena membuat para penggunanya terus menerus membuka situs ini dan rutin untuk mengecek isi timeline. Apabila seseorang berkelanjutan menggunakan path sesering mungkin, bisa jadi seseorang tersebut telah mengalami kecanduan.

Menurut Young (Essau, 2008) kecanduan internet memiliki pengertian yang sama dengan perilaku kecanduan yang lainnya yang didalamnya melibatkan perilaku yang kompulsif dan kurangnya ketertarikan pada aktifitas yang lain, berhubungan dengan ketergantungan yang lain, dan adanya symptom fisik dan mental yang muncul ketika perilaku tersebut berusaha dihentikan. Individu yang dinyatakan telah kecanduan terhadap internet adalah individu yang menghabiskan banyak waktunya dalam fungsi interaktif internet dan juga terlibat dalam berbagai forum yang tersedia dalam internet. Individu yang mengalami kecanduan internet akan mengalami munculnya masalah yang signifikan dalam hidupnya seperti masalah kesehatan, pekerjaan, masaalah social dan keuangan.

Menurut Brenner (Essau, 2008) individu dapat mengalami kecanduan ketika menghabiskan waktunya selama 19 jam per minggu, dimana dalam penggunaannya individu menunjukan adanya keinginan untuk menambah waktu terus menerus dalam penggunaannya terhadap internet.

Gejala-gejala kecanduan antara lain kurang tidur, kelelahan, nilai-nilai yang memburuk, kinerja yang buruk di tempat kerja, apatisme, dan lain lain. Ada juga kemungkinan berkurangnya interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari lainnya. Beberapa orang mungkin berbohong tentang berapa banyak waktu yang telah digunakan untuk online atau menyangkal bahwa mereka memiliki masalah. Mereka mungkin menjadi sering marah saat tidak online, atau marah kepada siapapun yang menanyakan waktu mereka dalam menggunakansitus jejaring sosial.

Tidak seorangpun yang tahu apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang kecanduan internet, namun ada beberapa faktor yang telah diusulkan untuk menjelaskan kecanduan internet. Salah satu nya merupakan internet memiliki potensi untuk merubah mood seseorang. Sama seperti seseorang yang mengalami kecanduan belanja merasakan dorongan atau perubahan mood yangmenyenangkan dari tindakan-tindakan yang berhubungan dengan belanja, demikian pula seseorang yang kecanduan jejaring sosial mungkin merasakan dorongan yang sama untuk membuka situs dan berinteraksi dengan teman temannya.

Kelompok teman sebaya adalah sekumpulan individu yang memiliki tingkatan usia yang relatif sama, yang memiliki aturan yang berbeda dengan atura pada masyarakat. Persepsi terhadap kelompok teman sebaya merupakan pemberian arti atas kelompok teman sebayanya yang terdiri dari sekumpulan individu dengan tingkatan usia yang relatif sama, yang memiliki aturan yang berbeda dengan individu dengan masyarakat, dan proses tersebut dipengaruhi factor dari dalam dan luar individu, sehingga remaja menyadari apa yang dirasakan atas teman sebayanya tersebut (Santrock, 2003). Dalam sebuah kelompok teman sebaya, ada yang disebut dengan tekanan teman sebaya. Tekanan teman sebaya terjadi ketika individu mengalami persuasi implisit maupun eksplisit yang terkadang berupa paksaan, untuk mengadopsi nilai-nilai yang sama, keyakinan, dan tujuan, atau untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang sama dalam kelompok teman sebaya (Bourne, 2001).

Tekanan teman sebayamerupakan pengaruh dari kelompok sebaya agar seseorang mengubah prilaku, kebiasaan dan niali dirinya agar dapat diterima dalam kelompok tersebut. Tekanan teman sebaya memberikan tekanan pada seseorang untuk mengikuti kelompoknya baik dia sebenarnya menginginkannya atau tidak. Tekanan teman sebaya biasanya membuat orang melakukan sesuatu yang tidak biasa di lakukan.

Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa-masa remaja. Diantara para remaja terdapat jalinan yang cukup kuat. Pada kelompok teman sebaya ini untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Keberadaan teman sebaya sangat mempengaruhi tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran remaja. Misalnya pengaruh terhadap cara berpakaian, gaya hidup, merokok dan sebagainya (Mapiere, 2004).

Penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sebaya umumnya terjadi dalam kelompok besar yang heterogen, misalnya berkaitan dengan minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda. Penyesuaian diri remaja dalam kelompok besar semacam ini dengan lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok. Hal ini dilakukan untuk menghindari rasa keterkucilan dari kelompok (Mapiere, 2004).

Pengaruh teman sebaya dapat berpengaruh posistif dan negatif. Piaget dalam Santrock menekankan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenal pola hubungan yang timbal balik dan setara. Anak-anak menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sulivan dalam Santrock (2003) menambahkan alasan bahwa remaja belajar menjadi teman yang memiliki kemampuan dan sensitif terhadap hubungan yang lebih akrab dengan menciptakan persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih.

Pengaruh teman sebaya dapat menentukan bagaimana seorang individu mengambil sikap atau berperilaku. Misalnya, seorang individu bergaul dengan lingkungan teman sebaya yang mengutamakan gadget dan selalu mengedepankan berita-berita terbaru yang hadir dari dunia maya atau media sosial maka sangat rentan sekali individu tersebut akan mengikuti gaya hidup rekan sebayanya. Meski belum dapat dipastikan individu tersebut akan mengambil pola tingkah laku teman sebayanya, namun individu yang berada dalam usia remaja berada dalam masa-masa ketidakstabilan baik dari segi pemikiran maupun dalam hal pemegangan prinsip hidup. Ditambah dengan tingginya rasa keingintahuan di masa remaja dan adanya rasa ingin diakui atau diterima dalam sebuah kelompok membuat seorang individu memilih untuk mengambil sikap yang sama yang dilakukan oleh lingkungan sebayanya.

Berdasarkan uraian penjelasan yang telah dipaparkan, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Tekanan Teman Sebaya terhadap Perilaku Kecanduan Path di Kalangan Remaja daerah Jakarta Barat”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

  1. Apakah tekanan teman sebaya dapat mempengaruhi seseorang sampai mengalami kecanduan menggunakan path?
  2. Seberapa besar pengaruh tekanan teman sebaya terhadap orang yang mengalami kecanduan menggunakan path?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di ungkapkan, tujuan dari penelitian masalah ini adalah:

  1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tekanan teman sebaya hingga seseorang mengalami kecaduan menggunakan path.
  2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tekanan teman sebaya terhadap orang yang mengalami kecanduan menggunakan path.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1990).

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi formal. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia dan Olds, 2001).

2.1.2 Batasan Usia Remaja

Mengenahi umur masa remaja, ahli-ahli ilmu jiwa tidak mempunyai kata sepakat tentang batasan umur yang jelas dan dapat disetujui bersama sebab dalam kenyataannya konsep remaja ini baru mulai muncul pada abad ke-20.

Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir ( usia dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990).

Menurut Powel, masa remaja digolongkan: “Pre adolescence, from ten to twelve years; early adolescence from thirteen to sixteen, and late adolescence, from seventeen to twenty one years.” (Mulyono, 1995).Leulla Cole menyebutkan masa adolescence dan membagi menjadi tiga tingkata, yaitu: “early adolescence 13 to 15 years, middle adolescence 16 to 18 years, late adolescence 19 to 21.” (Mulyono, 1995). Sedang WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja (Sarwono, 1995).

Kaplan & Sadock dalam bukunya Sinopsis Psikiatri, menyebutkan fase remaja terdiri atas remaja awal (11-14 tahun), remaja pertengahan (14-17 tahun), dan remaja akhir (17-20) tahun. Sementara F.J. Monks berpendapat bahwa secara global masa remaja berlangsung antara 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12 – 15 tahun: masa remaja awal, 15 – 18 tahun: masa remaja pertengahan, 18 – 21 tahun masa remaja akhir (Monsk, 2002).

2.1.3 Ciri-ciri masa remaja

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya, Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :

  1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
  2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
  3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
  4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
  5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik.
  6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
  7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra.

Menurut Aaro, Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu : peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yangduduk di awal-awal masa kuliah.

Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Aaro,1990 ).

Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa (Aaro, 1990).

Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa(Aaro, 1990).

Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. (Aaro, 1990).

2.1.4 Aspek-aspek dalam Perkembangan Masa Remaja

Perkembangan Fisik. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motoric (Papalia dan Olds, 2001).

Perkembangan Kognitif, perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia dan Olds, 2001).

Menurut Piaget seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Formal (Papalia dan Olds, 2001).

Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternative jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat mempengaruhi dirinya (Santrock,2001).

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

2.2 Teman Sebaya

2.2.1 Pengertian Teman Sebaya

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (Tim Perumus, 2008:150) dijelaskan bahwa sebaya adalah sama umurnya (tuanya) atau seimbang atau sejajar. Pengertian lain sebaya menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah hampir sama;(Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, 1994:367)

Pertemanan dapat didefinisikan sebagai ikatan afektif yang positif dan kuat yang ada diantara dua orang dan dimaksudkan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan sosioemosional (Hartup and Stevens, 1997)

Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan Kawi, 2010).

Dalam kamus konseling (Sudarsono,1997:31), teman sebaya berarti teman – teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan atau kelompok prapuberteit yang mempunyai sifat- sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.

Menurut Ali (2004:99) Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok sebayanya.

Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebayanya. Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Di dalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan konsep dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa memerdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya (Depkes, 2012).

2.2.2 Peran Teman Sebaya

Remaja memiliki kebutuhan yang tinggi untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelomponyak. Seorang remaja yang diterima dikelompoknya akan merasa senang dan merasa dihargai keberadaannya. Sebaliknya, remaja yang ditolak dalam kelompoknya akan merasa sedih dan merasa dikucilkan. Bagi remaja, pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang sangat penting.

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa peran terpenting dari teman sebaya adalah :

  1. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.
  2. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan.
  3. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri.

Melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja mempelajari modus relasi yang timbal-balik secara simetris. Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa kesepian dan bersikap bermusuhan. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat para remaja melakukan sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri (Piaget dan Sullivan dalam Santrock, 2007).

2.2.3 Karakteristik Pertemanan

Adapun karakteristik dari berteman (Parlee dalam Siregar, 2010) adalah sebagai berikut :

  1. Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan teman
  2. Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka
  3. Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan kesenangan individu
  4. Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat keputusan yang baik
  5. Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung teman dan mereka juga melakukan hal yang demikian
  6. Menceritakan rahasia, yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada teman
  7. Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan mengerti dengan baik seperti apa adanya individu
  8. Spontanitas, yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat teman

2.2.4 Fungsi Pertemanan

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan bahwa ada enam fungsi perteman yaitu :

Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai teman bagiindividu lain ketika sama-sama melakukan suatu aktivitas.

  1. Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition)

Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik.

  1. Dukungan Fisik (Physicial Support)

Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah.

Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan ditanggung oleh orang lain (temannya).

  1. Perbandingan Sosial (Social Comparison)

Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang.

  1. Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection)

Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat untuk menyakiti orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan menghormati keberadaan orang lain.

2.2.5        Tekanan Teman Sebaya

Tekanan teman sebaya merupakan hal yang menyebabkan orang untuk melakukan hal-hal yang populer yang bertujuan agar sesuai atau diterima dalam suatu kelompok.

Bransford (2003) mengemukakan aspek-aspek kelompok teman sebaya terdiri dari kelompok teman sebaya yang memberikan tekanan yang bersifat pasif dan kelompok teman sebaya yang memberikan tekanan yang bersifat aktif. Kelompok teman sebaya yang memberikan tekanan yang bersifat aktif terjadi ketika remaja lain memberikan tekanan atau paksaan pada temannya untuk melakukan perilaku seperti yang dilakukannya. Remaja yang melakukan hal ini akan merasa benar dalam perilakunya apabila remaja dapat mengajak teman-temannya untuk ikut melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan norma-norma masyarakat. Misalnya saja sekelompok remaja melakukan kegiatan bakti sosial untuk kebersihan lingkungan, maka remaja mengajak dengan cara membujuk atupun memaksa temannya yang lain untuk melakukan hal yang sama. Kelompok teman sebaya yang memberikan tekanan yang bersifat pasif (dan merupakan tekanan yang lebih kuat) adalah kebutuhan remaja untuk menyesuaikan diri dengan apa yang dilakukan oleh temannya. Menyesuaikan dengan apa yang dilakukan oleh teman sebaya berhubungan dekat dengan keinginan untuk diterima dan disukai.

2.3 Perilaku Kecanduan

2.3.1 Definisi Kecanduan

Kecanduan adalah sebuah sebuah tingkah laku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik fisik, fisiologis maupun psikologis. Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal yang berkenaan dengan zat adiktif (misalnya alkohol, tembakau, obat-obatan) yang masuk melewati darah dan menuju ke otak, dan dapat merubah komposisi kimia ke otak. Istilah kecanduan sendiri berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat, sehingga istilah kecanduan tidak selamanya melekat pada obat-obatnya tetapi dapat juga melekat pada kegiatan atau suatu hal tertentu yang dapat membuat seseorang ketergantungan secara fisik atau psikologis. Kata kecanduan (adiksi) biasanya digunakan dalam konteks klinis dan diperhalus dengan perilaku berlebihan (excessive). Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas, termasuk kecanduan teknologi komunikasi informasi (ICT) (Yuwanto, 2010).

Kecanduan di definisikan “An activity or substance we repeatedly crave to experience, and for which we are willing to pay a price (or negative consequences)” yang bermaksud suatu aktivitas atau substansi yang dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif (Arthur T.Hovart, 1989). Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol.

Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.

Berdasarkan uraian di atas maka kecanduan dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi pada berbagai kesempatan yang berakibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya.

2.3.2 Jenis Kecanduan

Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul “The heart of Addiction” (dalam Yee, 2006) ada dua jenis kecanduan, yaitu:

  1. Physical addiction, Yaitu jenis kecanduan yang berhubungan dengan alkohol atau kokain.
  2. Nonphysical addiction, Yaitu jenis kecanduan yang tidak melibatkan dua hal di atas (alcohol dan kokain)

2.3.3        Ciri Kecanduan

Ivan Goldberg (1996) menyebutkan bahwa penggunaan internet yang maladaptif yang mengarah pada kerusakan atau distress yang signifikan secara klinis dan terwujud melalui tiga atau lebih dari hal-hal berikut, yang terjadi kapan saja dalam waktu 12 bulan yang sama:

  1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu dari berikut:
  2. Demi mencapai kepuasan, jumlah waktu penggunaan internet meningkat secara mencolok
  3. Kepuasan yang diperoleh dalam penggunaan internet secara terus-menerus dalam
  4. Hal-hal berikut (berkembang beberapa hari hingga satu bulan setelah kriteria (i), yaitu: agitasi psikomotor, kecemasan, pemikiran jumlah waktu yang sama, akan menurun secara mencolok.

2.Penarikan diri (withdrawal) terwujud melalui salah satu ciri dari berikut:

  1. Sindrom penarikan diri yang khas
  2. Penghentian atau penggurangan internet terasa berat dan lama
  3. Obsesif mengenai apa yang tengah terjadi di internet, khayalan atau mimpi tentang internet, dan gerakan jari seperti mengetik baik sadar maupun tidak sadar.
  4. Penggunaan atas jasa online yang mirip, dilakukan untuk menghilangkan atau menghindarkan simtom-simtom penarikan diri.

3.Internet sering atau lebih sering digunakan lebih lama dari yang direncanakan.

  1. Usaha yang gagal dalam mengendalikan penggunaan internet.
  2. Menghabiskan banyak waktu dalam kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan internet.
  3. Kegiatan-kegiatan penting seperti bidang sosial, pekerjaan, atau rekreasional dihentikan atau dikurangi karena penggunaan internet.
  4. Penggunaan internet tetap dilakukan walaupun mengetahui adanya masalah-masalah fisik, sosial, pekerjaan, atau psikologis yang kerap timbul dan kemungkinan besar disebabkan penggunaan internet.

2.3.4 Penyebab Kecanduan

Menurut Mark, Murray, Evans, & Willig (2004) kecanduan disebabkan karena:

  1. Adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu, terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan.
  2. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan.
  3. Terjadinya perilaku terus menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan.

Yuwanto (2010) dalam penelitiannya mengenai mobile phone addict mengemukakan beberapa faktor penyebab kecanduan, yaitu:

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik individu. Pertama, tingkat sensation seeking yang tinggi, individu yang memiliki tingkat sensation seeking yang tinggi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan dalam aktivitas yang sifatnya rutin. Kedua, self-esteem yang rendah, individu dengan self esteem rendah menilai negatif dirinya dan cenderung merasa tidak aman saat berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Menggunakan telepon genggam akan membuat merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Ketiga, kepribadian ekstraversi yang tinggi. Keempat, kontrol diri yang rendah, kebiasaan menggunakan telepon genggam yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang tinggi dapat menjadi prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan.

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman, seperti pada saat stres, mengalami kesedihan, merasa kesepian, mengalami kecemasan, mengalami kejenuhan belajar, dan leisure boredom (tidak adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi penyebab kecanduan telepon genggam.

Terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor ini terdiri atas mandatory behavior dan connected presence yang tinggi. Mandatory behavior mengarah pada perilaku yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan berinteraksi yang distimulasi atau didorong dari orang lain. Connected presence lebih didasarkan pada perilaku berinteraksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri.

Yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media tentang telepon genggam dan berbagai fasilitasnya.

2.4 Media Sosial

2.4.1 Definisi Media Sosial

Menurut ChrisBrogan (2010:11) dalam bukunya yang berjudul Social Media 101 Tactic and Tips to Develop Your Business Online mendefinisikan media sosial sebagai berikut: “Social media is a new set of communication and collaboration tools that enable many types of interactions that were previously not available to the common person”. (Sosial mediaadalah satu setbarukomunikasi dan alat kolaborasiyang memungkinkanbanyak jenisinteraksiyang sebelumnyatidak tersedia untukorang biasa).

Media sosial menurut Dailey (2009:3) adalah konten online yang dibuat menggunakan teknologi penerbitan yang sangat mudah diakses dan terukur. Paling penting dari teknologi ini adalah terjadinya pergeseran cara mengetahui orang, membaca dan berbagi berita, serta mencari informasi dan konten.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content“.

2.4.2 Karakteristik Media Sosial

Menurut Hadi Purnama (2011:116) media sosial mempunyai beberapa karakteristik khusus diantaranya :

  1. Jangkauan (reach): daya jangkauan social media dari skala kecil hinga khalayak global.
  2. Aksesibilitas (accessibility): social media lebih mudah diakses oleh publik dengan biaya yang terjangkau.
  3. Penggunaan (usability): social media relatif mudah digunakan karena tidak memerlukan keterampilan dan pelatihan khusus.
  4. Aktualitas (immediacy): social media dapat memancing respon khalayak lebih cepat.
  5. Tetap (permanence): social media dapat menggantikan komentar secara instan atau mudah melakukan proses pengeditan.

2.4.3 Jenis Media Sosial

Menurut Mayfield yang di kutip oleh Muhammad Badri (2011:133) menyebutkan saat ini ada tujuh jenis media sosial, namun inovasi dan perubahan terus terjadi. Media sosial yang ada saat ini :

  1. Jejaring sosial seperti facebook, myspace, twitter, dan path. Situs ini memungkinkan orang untuk membantu halaman web pribadi dan terhubung dengan teman-temannya untuk bebagi konten komunikasi.
  2. Blog, merupakan bentuk terbaik dari media sosial, berupa jurnal online dengan pemuatan tulian terbaik, yaitu tulisan terbaru ada di halaman terdepan.
  3. Wikis seperti Wikipedia dan ensiklopedia onlinewebsite. Wikis memperoleh siapa saja utuk mengisi atau mengedit informasi didalamnya, bertindak sebagai sebuah dokumen atau database komunal.
  4. Podcasts, menyediakan file-fileaudio dan video dengan berlangganan melalui layanan seperti Itunes dari Apple.
  5. Forum, area untuk diskusi online, seputar topik dan minat tertentu. Forum sudah ada sebelum media sosial dan menjadi komunitas online yang kuat dan populer.
  6. Komunitas konten seperti flickr (untuk berbagi foto), icio.us (link bookmarked) dan youtube (video). Komunitas ini mengatur dan berbagi jenis konten tertentu.
  7. Microblogging, situs jejaring sosial dikombinasikan blog, dimana sejumlah kecil konten (update) didistribusikan secara online dan melalui jaringan mobile phone, twitter adalah pemimpin layanan ini.

Dari definisi di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa media social mempunyai jenis-jenis yang beraneka ragam dan mempunyai fungsi serta cara penggunaan yang berbeda-beda. Tetapi masih dengan tujuan yang sama untuk bertukar informasi dan mudah untuk diakses. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Path sebagai bahan penelitian.

2.5 Path

2.5.1 Definisi Path

Menurut Dave Morin (co-founder path) Path merupakan situs jejaring sosial pribadi yang memungkinkan para penggunanya untuk saling bertukar pesan dan gambar

2.5.2 Fitur Path

Profil

Fitur Profil memungkinkan pengguna Path untuk mengatur tampilan dari halaman Path. Selain dapat mengubah gambar yang menjadi gambar profil, pengguna juga dapat mengubah gambar dari latar belakang halaman Path pengguna. Selain mengubah gambar, pengguna juga dapat menyambungkan setiap momen yang diunggah. Path dapat mengunggah momen dari pengguna ke dalam beberapa jejaring sosial lainnya seperti Facebook, Twitter, dan MySpace

Belanja

Fitur belanja merupakan fitur terbaru yang diluncurkan oleh Path yang memungkinkan pengguna untuk mengunduh stiker yang dapat digunakan dalam mengirim pesan. Selain stiker, fitur belanja juga menyediakan beberapa pilihan saringan untuk foto dan video. Setiap stiker dan filter yang tersedia dalam fitur ini merupakan produk berbayar.

Mengunggah Foto dan Video

Fitur lain dari Path adalah foto dan video di mana pengguna dapat mengunggah foto dan juga video untuk berbagi dengan pengguna lain. Proses pengunggahan foto dapat melalui proses edit terlebih dahulu dengan filter foto yang tersedia. Untuk unggahan video, pengguna dapat mengunggah video yang ada dengan batas waktu tertentu. Mengunggah foto dan video dapat dilakukan dengan mengambil data yang tersedia di dalam telepon seluler ataupun mengambil foto dan video baru.

Mengunggah Lokasi

Path memungkinkan pengguna untuk membagikan lokasi berada dengan pengguna lain. Fitur ini dapat tersambung dengan jejaring sosial Foursquare apabila pengguna memiliki akun di jejaring sosial tersebut. Penandaan lokasi dilakukan dengan GPS yang terdapat di dalam telepon seluler pengguna dan mengakses data dari lokasi yang tersedia melalui Foursquare.

Musik, Film, Buku

Pengguna Path dapat membagikan musik yang sedang mereka dengar, film yang sedang ditonton, atau buku yang sedang dibaca oleh pengguna sendiri kepada pengguna lainnya. Data dari musik, film, dan buku dapat diambil dari arsip Path sendiri. Pengguna terlebih dahulu mencari judul dari lagu, film, dan buku yang diinginkan dan kemudian dipilih untuk dibagikan dengan pengguna lain.

Mengunggah Status

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengunggah status yang diinginkan dengan menggunakan huruf serta emoticon yang ada. Fitur-fitur Path ini dapat dilakukan secara bersamaan dalam satu post.

Tidur

Fitur ini menandakan bahwa si pengguna sedang tidur dan dapat menghitung jangka waktu dari saat tombol tidur ditekan sampai tombol bangun ditekan kemudian. Pada saat mode tidur sedang aktif, pengguna tidak dapat mengakses halaman Path sebelum tombol bangun ditekan. Apabila pengguna mengaktifkan fitur ini maka akan muncul status tidur di halaman pengguna sendiri dan pengguna lainnya. Demikian pula halnya apabila tombol bangun ditekan kemudian.

Mengirim Pesan Kepada Pengguna Lain

Fitur ini merupakan salah satu fitur terbaru Path di mana pengguna dapat mengirim pesan secara pribadi kepada pengguna lain. Pengguna yang akan menerima pesan haruslah terlebih dahulu menjadi teman dari pengguna. Pesan pribadi ini dapat menggunakan huruf, emoticon, maupun stiker yang dapat didapatkan dari fitur belanja.

Komentar

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengunggah komentar untuk setiap momen dari pengguna lain yang telah menjadi teman. Fitur komentar dapat digunakan untuk setiap jenis momen yang ada seperti foto, status, musik, dll.

Emosi

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menyatakan emosi yang merupakan tanggapan dari setiap momen pengguna lain. Emosi yang dapat dipilih adalah “senyum”, “berkerut”, “terkejut”, “tertawa”, dan “suka”. Setiap emosi yang dipilih oleh pengguna lain atas momen yang diunggah akan terlihat pada momen tersebut.

Terlihat

Fitur ini memberikan pengguna informasi atas berapa banyak dari pengguna lain yang telah melihat momen yang diunggah pengguna. Setiap pengguna yang telah melihat momen yang diunggah akan terlihat di bagian khusus dan dapat diakses oleh setiap pengguna.

2.6 Kerangka Berpikir

2.6.1 Skema Kerangka Berpikir

Mengapa peranan teman sangat penting dalam masa remaja

2.6.2 Penjelasan Skema

Perkembangan teknologi di Indonesia kian pesat khususnya dalam ruang lingkup jejaring sosial sehingga sering sekali memunculkan media media komunikasi baru bagi para penggunanya. Seorang individu yang masih dalam tahap remaja ia sedang mengalami masa transisi dan beusaha mencari jati dirinya. Pada masa ini, seorang anak lebih banyak mengeluarkan waktu bersama teman-temannya dibanding dengan kelurga sehingga menyebabkan pola tingkah laku anak-anak yang bergabung dalam satu kelompok biasanya hampir sama. Seorang remaja biasanya melakukan hal yang biasa dilakukan teman lainnya yang bertujuan agar anak tersebut diterima oleh kelompoknya. Melihat fenomena jejaring sosial path yang sedang marak digandrungi banyak kalangan dan Indonesia merupakan pengguna terbanyak dari media sosial ini, peneliti melihat ada faktor tekanan dari teman sebaya yang menggunakan jejaring sosial path dan akhirnya remaja lainnya tergugah untuk ikut bermain jejaring sosial ini dengan alasan agar bisa sederajat dengan anak lainnya dan diakui keberadaannya. Tanpa disadari oleh para remaja, penggunaan path yang awalnya hanya sekedar ikut-ikutan teman sebayanya dapat menyebabkan kecanduan karena penggunaannya yang terus menerus. Berdasarkan kerangka pemikiran inilah peneliti tertarik untuk melihat adakah pengaruh tekanan teman sebaya terhadap perilaku kecanduan penggunaan path.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Andreas M; Michael Haenlein. 2010. Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media.

  1. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Edisi ke-5, (Jakarta:Erlangga, 1993).

Zakiah Darajad, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta:Ruhana, 1995).

F.J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2002).

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta:Radja Grafindo Persada, 2001).

Hasan Bisri, Remaja Berkualitas, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1995).

Hartup & stevens, 1997; Hinde, 1987

Lance Dodes. 2006. The heart of Addiction.

McCarthy, Caroline. 2010. A Path the world isn’t meant to see.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana

Hurlock, E. B. (1992). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan: Istiwijayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

Heny Nurmandia, Denok W, & Luluk M. Hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial.http://jurnalpsikologi.uinsby.ac.id. Diunduh pada 7 April 2015.

http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VTxgI0adu-c

http://belajarpsikologi.com