Mengapa pada perempuan tidak dianjurkan menggunakan sabun pembersih pada daerah kewanitaannya terlalu sering?

Windratie | CNN Indonesia

Rabu, 17 Dec 2014 17:22 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Jika sudah menyangkut urusan organ intim kewanitaan, perempuan mudah termakan rayuan iklan. Itu sebabnya mengapa, produk pembersih organ intim kewanitaan laris beredar di pasaran.Macam-macam rayuannya, dari membuat vagina terasa keset, harum, sampai terakhir bisa membuat daerah vagina lebih cerah. Rupanya, masih banyak salah kaprah mengenai cairan pembersih kewanitaan.Salah satunya, tidak semua sabun pembersih kewanitaan cocok untuk setiap perempuan. Menurut Frizar Irmansyah, dokter ginekologi dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, sebetulnya tidak dianjurkan untuk pemakaian sabun pembersih kewanitaan yang begitu intens. “Jika pH sabun terlalu tinggi bisa menimbulkan iritasi pada beberapa perempuan,” kata Frizar, saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (17/12).Sebetulnya, di dalam vagina sudah ada keseimbangan dari kehadiran kuman-kuman yang memproduksi asam. “Mencuci vagina memakai cairan antiseptik bisa membunuh semua kuman-kuman yang memproduksi asam yang baik bagi keseimbangan vagina,” kata Frizar.Vagina merupakan organ reproduksi perempuan yang sangat rentan terhadap infeksi. Hal tersebut disebabkan batas antara uretra dengan anus yang sangat dekat. Kuman, seperti jamur bakteri, dan parasit akan mudah masuk ke liang vagina.“Lactobacillus merupakan kuman baik yang memproduksi cairan asam di vagina. Cairan asam yang diproduksi lactobacillus dapat membunuh bibit penyakit seperti bakteri dan jamur.”Frizar meminta para perempuan agar berhati-hati saat membersihkan vagina. “Enggak perlulah cara-cara itu (cairan pembersih vagina), cukup dengan menjaga kebersihan (vagina),” katanya menjelaskan.

(Baca juga: Beberapa Penyebab Menghitamnya Organ Intim Wanita)

(win/mer)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Tidak sembarang sabun boleh digunakan untuk membersihkan area kewanitaan.

Senin , 16 Sep 2019, 15:25 WIB

Odditycentral

Banyak perempuan mengira organ kewanitaan tidak boleh dibersihkan dengan sabun. (Ilustrasi)

Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Area kewanitaan konon tidak boleh dibersihkan dengan sabun karena dapat menyebabkan iritasi. Apakah benar seperti itu? Dokter spesialis kulit dan kelamin dr Susie Rendra SpKK dari RS Pondok Indah - Puri Indah, mengungkapkan bahwa informasi yang beredar di masyarakat tersebut merupakan kesalahan besar. Pasalnya, area kewanitaan justru harus dibersihkan dengan sabun.

"Di kelamin wanita banyak sekali kelenjar lemak. Kalau habis buang air kecil, dipegang pasti licin. Kita tidak bisa hilangkan lemak dengan air," jelasnya dalam acara diskusi mengenai Gangguan Kesehatan Kulit pada Lansia di Jakarta, pekan lalu.

Baca Juga

Susie menjelaskan, area kelamin memiliki derajat keasaman (pH) superrendah, yaitu sekitar 3,5 sampai 4. Otomatis, perlu sabun yang pHnya asam supaya tidak mengubah keseimbangan suasana asam di organ intim.

Bagaimana dengan air sirih? Susie mencermati memang banyak perempuan yang mengandalkan air sirih untuk membasuk area kewanitaannya.

Namun, menurut Susie, air sirih itu sifatnya basa. Air sirih berfungsi sebagai astringent atau mengeringkan.

"Mencuci kelamin dengan air sirih, boleh saja. Saat keputihan banyak, misalnya. Ssekali-kali boleh. Kalau keadaan normal, tidak dianjurkan terlalu sering karena bisa membuat kering," ungkapnya.

Sabun ph rendah

Susie mengingatkan, bukan cuma sabun untuk area kewanitaan yang harus cermat pemilihannya. Demikian juga sabun untuk tubuh.

Susie menyarankan untuk memilih produk sabun yang memiliki ph rendah atau asam. Mengapa?"Kulit kita pH-nya asam, karena keasaman itu memiliki fungsi menghalangi bakteri berbahaya untuk tubuh. Jika menggunakan sabun dengan pH tinggi atau pH basa maka kulit akan menjadi kering. Kalau kering, kelamaan akan menjadi gatal," ujarnya.Menurut Susie, mereka yang sering kali cuci tangan meski tanpa sabun lama-kelamaan akan mendapati kulinya kering. Ia menjelaskan bahwa air memiliki pH normal, yaitu 7.

"Kulit kita asam, makin lama terpapar air maka akan mempengaruhi microenvironment kulit kita," ujarnya.Karena itu, sangat penting memilih sabun dengan pH rendah atau asam. Sabun seperti apa yang pH-nya rendah?

Salah satunya sabun bayi dengan ph 5. Namun bukan sabun bayi yang banyak beredar di mini market.

Sabun bayi yang ada di pasaran justru pH-nya tinggi, sekitar 9 sampai 11. Bagi bayi, pH tinggi ini justru aman karena kulit mereka masih cenderung basa. Derajat keasaman kulit bayi akan menurun menjadi asam seiring pertumbuhan usianya."Pilih sabun yang paling asam. Kalau tidak bisa beli yang pH rendah atau asam, lebih baik yang netral pH-nya," sarannya.

  • sabun
  • sabun area kewanitaan
  • membersihkan organ kewanitaan
  • organ intim

Bongkar mitos tentang sabun pembersih kewanitaan yang katanya bikin rahim kering, di sini.

Klikdokter.com, Jakarta “Hati-hati pakai sabun pembersih kewanitaan, nanti rahim kering, lho!” Anda pernah mendengar pernyataan itu? Jika ya, kepala Anda mungkin langsung dijejali oleh banyak pertanyaan. Benarkah produk khusus organ intim dapat membuat rahim kering? Mungkinkah rahim wanita bisa kering? Dan masih banyak pertanyaan lain.

Dalam dunia medis, sebenarnya tidak ada istilah ‘rahim kering’. Ungkapan kiasan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk memperhalus ‘kemandulan’. Mereka mengibaratkan rahim yang tidak bisa mengandung sebagai ladang gersang yang tidak bisa menghasilkan panen.

Baca Juga

Pada dasarnya, tingkat kesuburan wanita dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Mulai dari gaya hidup, keturunan, atau bisa juga karena infeksi seperti vaginosis bakterialis. Untuk vaginosis bakterialis, terlalu sering mencuci vagina dengan air atau cairan lain, misalnya sabun pembersih kewanitaan, diduga dapat meningkatkan risiko Anda terkena gangguan ini.

Vaginosis Bakterialis dan Kesuburan

Vaginosis bakterialis merupakan infeksi ringan dan umum pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. Kondisi ini terjadi akibat terganggunya keseimbangan bakteri di dalam vagina.

Vagina memiliki banyak bakteri ‘baik’ dan beberapa bakteri ‘jahat’. Jenis yang baik ini membantu mengendalikan pertumbuhan jenis yang buruk. Pada wanita dengan vaginosis bakterialis, keseimbangan tersebut terganggu.   

Ketika seorang wanita terlalu sering mencuci vagina dengan air atau cairan lain seperti sabun pembersih kewanitaan, hal ini akan mengacaukan keseimbangan alami bakteri vagina serta pH (kadar keasaman). Ancaman terkena vaginosis bakterialis pun dapat bertambah.

Kendati bukan penyakit serius, vaginosis bakterialis nyatanya dapat menyebabkan kegagalan reproduksi. Hal ini pada gilirannya dapat menghalangi proses pembuahan, memicu aborsi spontan pada wanita hamil, dan meningkatkan risiko kelahiran prematur.

Tanda dan gejala vaginosis bakterialis yang umum adalah keputihan yang berbau. Warnanya pun bisa berubah menjadi putih keabu-abuan atau kuning. Selain itu, dapat juga timbul gatal-gatal pada vagina serta perih saat buang air kecil. Meski demikian, hampir 50% wanita yang terdiagnosis tidak menyadari adanya indikasi tersebut.

Aturan Pakai Sabun Pembersih Kewanitaan

Berbagai produk area kewanitaan dapat dengan mudah ditemukan di pasaran. Mulai dari tisu, spray, hingga sabun. Namun, para ahli mengatakan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan vagina sederhana saja: basuh dengan air dan keringkan menggunakan handuk bersih. Tidak lebih.  

Jika Anda memang ingin menggunakan sabun, pilih yang aromanya ringan atau tidak mengandung pewangi, pewarna, dan pengawet. Pastikan juga sabun tersebut memiliki pH seimbang, yang sama dengan organ intim Anda, sehingga tetap mampu menjaga bakteri ‘baik’ di dalamnya.  

Disarankan bagi Anda untuk membasuh vagina satu kali saja dalam sehari. Kuncinya, lagi-lagi, adalah simpel dan tidak berlebihan. Tidak perlu juga membilas vagina hingga ke area dalam, cukup bagian luar. Vagina sesungguhnya sangat pintar dan dapat membersihkan dirinya sendiri, sehingga Anda tak perlu terlalu terobsesi untuk menjadikannya ‘sempurna’. 

Selain itu, agar vagina selalu sehat, batasilah penggunaan bubble bath dan gel mandi beraroma yang dapat menyebabkan iritasi. Pemilihan bahan celana dalam juga harus diperhatikan. Lebih baik menggunakan celana dalam berbahan katun yang dapat menyerap keringat ketimbang nilon, dan hindarilah thong. Menggunting bulu kemaluan atau menghilangkannya dengan laser juga lebih dianjurkan ketimbang shaving.  

Apabila Anda mengalami gejala vaginosis bakteralis, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan segera. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi yang lebih jauh lagi. Dan ingat, gunakan sabun pembersih kewanitaan dengan secukupnya agar vagina tak mengalami gangguan.

[RS/ RH]

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA