Mengapa Ir Soekarno Drs Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat pada tahun 1945?

KEKALAHAN Jepang oleh sekutu karena dijatuhkannya bom atom di dua kota yaitu Hiroshima dan Nagasaski membuka jalan kemerdekaan Indonesia. Sejumlah tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, KRT Radjiman Wedyodiningrat dan lain sebagainya berusaha membawa negeri ini ke gerbang kemerdekaan.

Dikutip dari beragam sumber, ketiga orang tersebut oleh Jepang dianggap sebagai tokoh yang cukup berpengaruh bagi rakyat Indonesia. Selain itu, mereka juga yang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945.

(Baca juga: Soekarno Menagih Janji Jepang Ketika Bom Atom Menghantam Nagasaki)

Sebagai pimpinan PPKI, ketiganya diundang ke Dalat, Vietnam oleh Jepang untuk membicarakan kemerdekaan RI untuk bertemu Panglima seluruh Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara, Marsekal Hisaichi Terauchi.

(Baca juga: Lahirnya PPKI, Cikal Bakal Berdirinya Negara Indonesia)

Ketiganya pun berangkat ke Dalat, Vietnam pada Pada 8 Agustus 1945. Mereka meninggalkan Jakarta pada pukul lima pagi melalui Bandara Kemayoran untuk memulai sebuah penerbangan yang harus dirahasiakan karena bisa saja pesawat yang mengangkut ketiga tokoh itu disergap dan ditembak jatuh oleh pesawat-pesawat sekutu.

Dan benar saja, pada 9 Agustus 1945 Amerika Serikat kembali melakukan penyerangan ke Kota Nagasaki, Jepang ‎ Penyerangan dilakukan dengan menjatuhkan bom atom dari pesawat pengebom milik Amerika B-29 salah satu ke pelabuhan terbesar di Jepang itu.

Nagasaki merupakan kota terpenting pada saat Perang Dunia II. Bom atom diterjunkan Amerika Serikat dan menghancurkan Nagasaksi ‎sebagai bentuk penyerangan. Dalam insiden tersebut tercatat 39.000 hingga 80.000 orang tewas.

Selanjutnya, pesawat yang membawa mereka mendarat di Saigon, Vietnam pada 10 Agustus 1945. Sesampainya di Saigon, ketiga juga belum tahu mengapa dipanggil oleh Panglima Tertinggi Jepang di Asia Tenggara itu. Sehari sesudahnya, pada 11 Agustus 1945 atau tepat 75 tahun silam, ketiga ini diterbangkan ke Dalat, Vietnam. Sesampai di sana, mereka menginap lagi semalam.

Baca Juga: Lifebuoy x MNC Peduli Ajak Masyarakat Berbagi Kebaikan dengan Donasi Rambut, Catat Tanggalnya!

Kondisinya semakin memanas setelah Uni Soviet menyerbu Manchuria dan menyatakan perang kepada Jepang. Kondisi inilah yang mendorong Jenderal Terauchi Hisaichi mengundang Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wediodiningrat untuk datang ke Markas Besar Tentara Wilayah Selatan di Dalat, Vietnam.

Table of Contents Show

  • Apa maksud pemanggilan 3 tokoh tersebut?
  • Mengapa Ir Soekarno dipanggil ke Dalat Saigon?
  • Apa maksud pemanggilan ketiga tokoh ke Dalat Vietnam?
  • Apa keperluan Jepang mengundang tiga tokoh nasional Indonesia pada tanggal 9 Agustus 1945 ke Dalat Vietnam?
  • Kemanakah 3 tokoh nasional diundang oleh Jenderal Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia?
  • Mengapa Marsekal Terauchi memanggil Radjiman Wedyodiningrat Ir Soekarno Danmoh Hatta ke Dalat *?
  • Mengapa Soekarno Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Dalat Vietnam?
  • Mengapa ketiga tokoh pejuang proklamasi kemerdekaan pergi ke Dalat Vietnam?
  • Bagaimana latar belakang terjadinya Rengasdengklok?
  • Apa yang melatarbelakangi peristiwa di Rengasdengklok?
  • Apa yang menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok jelaskan?
  • Apa tujuan Marsekal Terauchi memanggil Ir Soekarno Drs Moh Hatta dan dr Radjiman Wedyodiningrat ke Dalat?
  • Apa hasil pertemuan Soekarno dan Jenderal Terauchi di Dalat?
  • Video yang berhubungan
  • Video yang berhubungan

Apa maksud pemanggilan 3 tokoh tersebut?

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, pemanggilan ketiga tokoh nasional yaitu soekarno, moh. hatta, radjiman wedyodiningrat oleh jendral terauchi ke dalat adalah untuk mendengarkan keputusan pemerintah jepang tentang memberikan kemerdekaan indonesia pada tangga 24 agustus 1945.

Mengapa Ir Soekarno dipanggil ke Dalat Saigon?

Sebagai pimpinan PPKI, ketiganya diundang ke Dalat, Vietnam oleh Jepang untuk membicarakan kemerdekaan RI untuk bertemu Panglima seluruh Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara, Marsekal Hisaichi Terauchi.

Apa maksud pemanggilan ketiga tokoh ke Dalat Vietnam?

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh Indonesia untuk membahas tentang keputusan pemerintah Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia yang direncanakan diberikan pada 24 Agustus 1945.

Apa keperluan Jepang mengundang tiga tokoh nasional Indonesia pada tanggal 9 Agustus 1945 ke Dalat Vietnam?

Untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Kemanakah 3 tokoh nasional diundang oleh Jenderal Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia?

Pada tanggal 9 Agustus Jendral Terauchi mengundang tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu a. Ir. Soekarno, b. Drs. Moh. Hatta, c. Dr. Radjiman Widiodiningrat ke Dallat [ Saigon ]. Tujuannya Page 5 adalah untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai sikap Jepang kepada rencana Kemerdekaan Indonesia.

Mengapa Marsekal Terauchi memanggil Radjiman Wedyodiningrat Ir Soekarno Danmoh Hatta ke Dalat *?

Ketiga tokoh pergi menemui Panglima Besar Tentara Jepang yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Hal ini dilakukan karena Marsekal Terauchi ingin menyampaikan informasi kepada pemerintah Indonesia bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Mengapa Soekarno Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Dalat Vietnam?

Jenderal Terauchi memanggil tiga tokoh pergerakan yaitu Sukarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat, dengan tujuan memberikan informasi tentang kemerdekaan dan kelanjutan pembentukan PPKI. Pada 9 Agustus 1945, ketiga tokoh bangsa Indonesia itu berangkat ke markas besar Terauchi di Dalat, Vietnam Selatan.

Mengapa ketiga tokoh pejuang proklamasi kemerdekaan pergi ke Dalat Vietnam?

Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Dalat, Vietnam untuk meminta kemerdekaan kepada Marsekal Terauchi. d. Tiga tokoh pejuang proklamasi, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Dalat, Vietnam untuk berjuang mendapatkan kemerdekaan.

Bagaimana latar belakang terjadinya Rengasdengklok?

Latar belakang peristiwa Rengasdengklok diawali dengan adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda mengenai kapan pelaksanaan proklamasi. Peristiwa ini merupakan puncak perbedaan pendapat golongan tua dan golongan muda.

You might be interested:  Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Thailand?

Apa yang melatarbelakangi peristiwa di Rengasdengklok?

Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua, untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945.

Apa yang menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok jelaskan?

Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa penting menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan RI. Peristiwa ini diawali dengan ketidakcocokan pendapat antara golongan tua dan golongan muda. Mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan hari itu juga.

Apa tujuan Marsekal Terauchi memanggil Ir Soekarno Drs Moh Hatta dan dr Radjiman Wedyodiningrat ke Dalat?

Jenderal Terauchi mengundang Sukarno, Hatta dan Radjiman ke Vietnam karena Jepang ingin meyakinkan mendukung penuh keinginan bangsa Indonesia untuk merdeka. Pertemuan itu, untuk membahas rencana penyerahan kemerdekaan. Di situ pemerintah Jepang menjanjikan memberi kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945.

Apa hasil pertemuan Soekarno dan Jenderal Terauchi di Dalat?

Dalam pertemuan tersebut, Terauchi menyatakan pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk melaksanakan pernyataan kemerdekaan Indonesia, Terauchi menyerahkan kepada Soekarno-Hatta sebagai ketua dan wakil ketua PPKI.

TRIBUNPADANG.COM - Mengapa Marsekal Terauchi memanggil ketiga tokoh Indonesia?

Pernyataan di atas merupakan soal Buku Tematik Tema 2 Kelas 6 Halaman 27.

Berikut ini telah tersedia jawaban dari pertanyaan Buku Tematik yang ditujukan bagi orang tua dalam mengawasi anak belajar di rumah.

Bagi para siswa diharapkan dapat mencari jawaban sendiri.

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 6 Halaman 27, 28, 29, 30, Pembelajaran 4 Subtema 1 Rukun dalam Perbedaan

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 6 Halaman 21 dan 24, Pembelajaran 3 Subtema 1 Rukun Dalam Perbedaan

Baca juga: Apakah Keberagaman yang Kelompok Kamu Miliki? Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 4 SD/MI

Ayo Membaca

Persatuan sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Segala perbedaan yang ada dikesampingkan untuk kepentingan bersama. Terkadang perbedaan yang dimiliki oleh suatu kelompok dapat memperkaya keputusan yang diambil.

Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, terdapat beberapa peristiwa penting yang perlu kita ketahui, di antaranya sebagai berikut.

Tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Dalat, Saigon untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi, Panglima Besar Tentara Jepang di Asia Tenggara. Panglima tersebut menyampaikan informasi kepada pemerintah Indonesia bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Saat itu tentara Jepang sedang terdesak oleh tentara sekutu. Beberapa wilayah Jepang dijatuhi bom oleh tentara musuh. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang memutuskan untuk menghadiahkan kemerdekaan.

Pertemuan antara Panglima Jepang dan Pemerintah Indonesia memicu pertentangan di dalam negeri. Terjadilah perbedaan pendapat antara tokoh golongan tua dan golongan muda. Golongan muda tidak ingin kemerdekaan Indonesia diatur oleh Jepang. Mereka menginginkan proses kemerdekaan Indonesia disiapkan oleh bangsa Indonesia tanpa ada campur tangan asing.

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 1 Halaman 52, 53, 59, dan 61, Subtema 2 Pembelajaran 1

Baca juga: Mengapa Dayu Batuk-batuk? Simak Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 5 Halaman 51

Baca juga: Apa Manfaat Segi Banyak dalam Kehidupan Sehari-hari? Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 4

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribunnews.com

Tags:

jawaban tema 2 kelas 6 halaman 27

Oleh: Selamat Ginting -- Dalat, Saigon, Vietnam, 12 Agustus 1945, pukul 10 pagi. Insinyur Soekarno, Doktorandus Mohammad Hatta, dan Dokter Radjiman Wedyodiningrat diterima Panglima Angkatan Perang Jepang untuk Asia Tenggara, Jenderal Terauchi.

Ketiga tokoh pergerakan Indonesia itu diberitahu bahwa Pemerintah Jepang sudah memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. "Kapan pun bangsa Indonesia siap, kemerdekaan boleh dinyatakan." Itulah yang diucapkan Jenderal Terauchi pada pertemuan tersebut. Meskipun demikian, Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Bung Karno sempat menanyakan, "Apakah sudah boleh bekerja sekitar 25 Agustus 1945?" Dengan santai, Jenderal Terauchi menjawab, "Silakan saja, terserah tuan-tuan."

Foto:Bloksot.com

Di akhir acara, Terauchi mengucapkan selamat kepada tiga tokoh pergerakan Indonesia itu. Pertemuan itu diakhiri jamuan minum teh dan makan kue-kue.

Sesungguhnya, untuk bisa sampai Dalat tersebut bukanlah perjalanan yang mudah. Ketiga tokoh itu diundang Jenderal Terauchi setelah Soekarno dan Hatta berhasil membentuk PPKI [Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia] pada 7 Agustus 1945. PPKI merupakan kelanjutan dari BPUPKI [Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia].

Selesai dilantik sebagai ketua dan wakil ketua PPKI, Bung Karno dan Bung Hatta diundang untuk menemui Jenderal Terauchi di Dalat, Saigon. Turut diundang pula Radjiman, sebagai mantan ketua BPUPKI.

Pada 8 Agustus 1945, mereka bertiga meninggalkan Jakarta, pukul lima pagi, untuk memulai sebuah penerbangan yang berbahaya. Mereka diantar Letnan Kolonel Nomura dan Miyosi sebagai penerjemah dengan 20-an perwira Jepang yang lain.

Penerbangan ini harus dirahasiakan bahkan kepada keluarga terdekat sekalipun. Pesawat terbang yang mereka tumpangi sewaktu-waktu bisa disergap dan ditembak jatuh oleh pesawat-pesawat pemburu Sekutu yang pada saat itu sudah menguasai wilayah Burma dan sebagian dari Semenanjung Malaya.

Pada 9 Agustus 1945, rombongan menginap semalam di Singapura. Mereka menghindari penerbangan malam di bawah bayang-bayang sergapan pesawat musuh. Mereka tidak ingin bernasib sama dengan Laksamana Yamamato, pahlawan perang Jepang dalam penyerangan Pearl Harbour. Pesawat yang ditumpangi Yamamoto disergap dan ditembak jatuh pesawat pemburu AS saat akan mengunjungi pasukannya di salah satu medan perang di Pasifik.

Saat itu, intelijen sekutu beranggapan Soekarno adalah seorang kolaborator Jepang. Mereka ingin menangkap Soekarno. Maka, keberadaan ketiga tokoh pergerakan Indonesia itu dirahasiakan tentara Jepang.

Pada 10 Agustus 1945, dalam guncangan hebat, pesawat yang ditumpangi Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Radjiman mendarat di Saigon pukul tujuh malam. Bung Karno mengaku bahwa semua barang-barang di dalam pesawat berserakan. Ia pun belum tahu mengapa dipanggil oleh Panglima Tertinggi Jepang di Asia Tenggara itu. Malam itu, mereka diinapkan di Istana Saigon dalam pengawalan ketat.

Pada 11 Agustus 1945, siang hari, ketiga tokoh kemerdekaan ini diterbangkan ke Dalat. Sesampai di sana, mereka menginap lagi semalam. Ketiganya masih bertanya-tanya, apa yang akan terjadi keesokan harinya.

Ya, pada 12 Agustus 1945 itulah sejarah mencatat bahwa Pemerintah Jepang sudah memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Namun, itu bukan kali pertama Jepang memberikan janji-janji manis kemerdekaan kepada Indonesia. Sebab, dua tahun sebelumnya, tepatnya pada November 1943, Bung Karno dan Bung Hatta juga diundang untuk mengunjungi Jepang.

Kaisar Hirohito secara mengejutkan menjabat tangan Bung Karno dan Bung Hatta. Padahal, menurut adat kebiasaan Kekaisaran Jepang, sang Kaisar hanya mau menjabat tangan seorang kepala negara. Jadi, kalau sang Kaisar menjabat tangan kedua tokoh pergerakan Indonesia itu artinya mereka mengakui kemerdekaan Indonesia.

Janji diulur

Sebelumnya, janji kemerdekaan juga sudah diberikan lebih dulu kepada Burma dan Filipina. Namun, tidak untuk Indonesia yang kala itu disebut Jepang sebagai Hindia Timur. Kenyataan itu membuat para tokoh pergerakan Indonesia mulai merasa tidak sabar dan diliputi kemarahan.

Menjelang pertengahan 1944, kekuatan Jepang dalam Perang Pasifik semakin meredup. Militer Jepang menderita kekalahan di sejumlah palagan pertempuran. Di situlah saatnya memikirkan kembali proposal dari Kementerian Luar Negeri Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Hindia Timur.

Sejarawan Taufik Abdullah mencatat, ada tiga alasan yang dikemukakan untuk mengajukan proposal tentang janji kemerdekaan. Pertama, untuk menarik simpati rakyat. Kedua, untuk memperkuat politik Asia Timur Raya. Ketiga, untuk mendapatkan keuntungan dalam percaturan perang.

September 1944 terbitlah Deklarasi Koiso. Perdana Menteri Jepang Koiso [pengganti Tojo] mengumumkan bahwa Kekaisaran Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Hindia Timur, To Indo no jori dokuritu. Hindia Timur sanggup merdeka sekarang, sebagaimana juga sudah dijanjikan kepada Burma dan Filipina. Mendapat kabar seperti itu, Bung Karno menangis saking gembiranya bersama-sama kawan Jepang.

Euforia kegembiraan lenyap dalam sekejap. Terjadi silang pendapat dalam tubuh tentara Jepang di Indonesia dalam melaksanakan perintah Perdana Menteri Koiso tersebut. Tentara Angkatan Darat ke-16 yang berkuasa di Jawa menginginkan seluruh wilayah Hindia Belanda dimerdekakan.

Namun, Tentara Angkatan Darat ke-25 yang berkuasa di Sumatra tidak setuju kalau Sumatra ikut dimerdekakan. Sementara, Angkatan Laut yang berkuasa di Indonesia Timur hanya setuju kalau kemerdekaan hanya untuk wilayah yang dikuasai oleh Angkatan Darat saja.

Bung Karno marah dan mengeluh kepada pembesar Jepang di Jakarta. "Tuan mengatakan seakan-akan kami memerlukan perabotan, radio, dan ini dan itu sebelum kami kawin. Permintaan kami hanyalah membuat sebuah rumah dengan sehelai tikar."

Akhirnya, Bung Karno menulis sebuah surat bernada keras kepada mahasiswa Indonesia di Jepang. Pada 24 September 1944, surat itu sampai di Asrama Mahasiswa Kokusai Gakuyukai di Tokyo, salah satu bagiannya adalah, "… perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia lebih penting daripada janji Jepang."

Sikap keras Bung Karno mengkhawatirkan kawan-kawan Jepang dekatnya. Miyoshi, seorang pejabat Gunseikanbu khawatir akan terjadi revolusi yang tidak diinginkan kalau tidak ada tindakan sebelum hari ulang tahun keempat Jepang di Indonesia, yaitu 9 Maret 1945.

Untuk meredam kegusaran Bung Karno dan teman-teman, akhirnya dibentuklah BPUPKI berdasarkan Makloemat Gunseikan Nomor 23 pada 29 April 1945. Di lembaga inilah KRT Dokter Radjiman Wedyodiningrat, seorang mantan dokter Keraton Surakarta dan sekaligus sebagai anggota tertua, dipilih menjadi ketua BPUPKI.

Bersamanya ada dua wakil ketua [dari Jepang dan dari Indonesia] dan 60 anggota. Secara umum Jepang memilih anggota-anggota BPUPKI yang tidak terlalu berjiwa revolusioner, kerakyatan, dan agak kekiri-kirian.

Masa sidang pertama BPUPKI dimulai pada 29 Mei 1945, membicarakan segala hal yang berbau filosofis, termasuk dasar negara dan konsep negara apa yang akan didirikan kelak. Masa sidang kedua dimulai pada 10 Juli 1945, fokus pada dimulainya pembicaraan mengenai hukum dasar negara atau konstitusi. Di sinilah adu argumentasi para pendiri negara ini ditampilkan.

Dalam sidang-sidang inilah Bung Karno memprovokasi dengan idiom-idiom revolusioner seperti "Indonesia merdeka selekas-lekasnya" atau "Indonesia merdeka sekarang juga". Atau kalimat sentilan seperti ini, seperti yang saya kutip dari catatan Aiko Kurasawa dalam bukunya, Bung Karno di Bawah Bendera Jepang.

"Kemerdekaan itu tampaknya seperti perkawinan. Siapakah yang menunggu sampai gajinya naik, sampai, katakanlah 500 gulden, dan menunggu sampai rumah yang dibangunnya selesai?"

Mengapa Ir Soekarno dan Mohammad Hatta dan dr Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Dalat sebelah utara Saigon?

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Mengapa Marsekal Terauchi memanggil Ir Soekarno Drs Moh. Hatta dan Dr Rajiman?

Tujuan Jenderal Terauchi memanggil tokoh-tokoh ini adalah untuk memberikan informasi terkait pemeberian kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan Indonesia diberikan pada 24 Agustus 1945 dan pelaksanaannya melalaui persiapan dalam sidang PPKI.

Mengapa Jenderal Terauchi memanggil Ir Soekarno Drs Moh. Hatta dan dr Radjiman Wedyodiningrat ke Saigon pada tanggal 8 Agustus?

Jawaban. JAWABAN: Karena Jepang ingin menyakinkan penuh keinginan bangsa Indonesia untuk merdeka.

Mengapa Jepang mengundang Soekarno Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat ke Dalat markas tentara Jepang di Asia Tenggara pada 9 Agustus 1945 *?

Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat pada tanggal 9 Agustus 1945 ke Dalat Vietnam adalah untuk memberikan ucapan selamat kepada Soekarno dan Hatta karena telah terpilih sebagai ketua dan wakil organisasi PPKI dan untuk memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia.