Mengapa golongan muda tidak menyetujui naskah proklamasi didatangi oleh semua anggota ppki

Penyusunan naskah proklamasi selesai pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menyarankan agar semua orang yang hadir di kediaman Laksmada Maeda ikut menandatangani naskah proklamasi. Saran tersebut ditolak oleh para pemuda. Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi cukup ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Golongan muda menganggap Soekarno-Hatta sebagai pemimpin utama bangsa Indonesia. Akhirnya, saran ini disetujui oleh semua orang yang hadir dalam penyusunan naskah proklamasi tersebut.

Sukarni merupakan salah satu golongan muda yang menolak dengan keras segala bentuk kerjasama dengan Jepang. Hal tersebut terlihat saat Sukarno mengusulkan naskah proklamasi akan ditandatangani didepan anggota PPKI, ia dan Chaerul Saleh menolak dengan tegas. Ia dan para golongan muda berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hasil usaha dari bangsa Indonesia bukan pemberian atau hadiah dari Jepang.

Jadi, pilihan jawaban yang tepat adalah A.  

Selasa, 17 Agustus 2021 - 06:15 WIB

Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Foto//munasprok.go.id/

JAKARTA - Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Ternyata, ada cerita tersendiri di balik keputusan hanya dua tokoh tersebut yang meneken Naskah Proklamasi , meski banyak tokoh lainnya yang juga hadir saat perumusan.Setelah Naskah Proklamasi yang dirumuskan oleh Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No 1 Jakarta Pusat disetujui oleh para tokoh yang hadir, lalu diketik Sayuti Melik, pada 17 Agustus 1945, muncul pertanyaan siapa yang harus menandatanganinya.Awalnya, Soekarno dan Hatta mengusulkan agar semua yang hadir di situ ikut meneken Naskah Proklamasi tersebut. Hatta mengusulkan agar semua yang hadir menandatangani Naskah Proklamasi ini sebagai dokumen bersejarah. Hatta menekankan ini juga penting bagi anak cucu semua tokoh yang hadir tersebut.

Baca juga: Gemala Hatta Jelaskan Tanda Tangan Bung Hatta yang Benar

Pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 tersebut juga ingin agar Naskah Proklamasi tersebut seperti deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat, semua yang memutuskan ikut menandatanganinya.

Kurator Museum Perumusan Naskah Proklamasi ( Munasprok ) Jaka Perbawa mengatakan, usul agar semua yang hadir ikut meneken Naskah Proklamasi terutama datang dari Hatta. "Biar mirip proklamasinya Amerika," kata Jaka kepada SINDOnews, Senin (16/8/2021).

Namun, rupanya usulan tersebut ditolak oleh kelompok muda yang hadir saat itu, seperti Soekarni dan Chaerul Saleh. Soekarni berpendapat, cukup dua orang saja yakni Soekarno dan Hatta yang menandatangani Naskah Proklamasi tersebut, atas nama rakyat Indonesia.

Baca juga: Sayuti Melik, Naskah Proklamasi, dan Mesin Tik Komandan Angkatan Laut Jerman

"Kelompok pemuda ini sih kasarnya lebih kepada nggak rela anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang notabene bentukan Jepang ikut tanda tangan di situ. Bagi mereka nggak layak," ujar Jaka.

Pada akhirnya, usulan kelompok muda, dalam hal ini Soekarni, disetujui semua tokoh yang hadir kala itu. Soekarno dan Hatta pun meneken Naskah Proklamasi di atas piano yang ada di rumah Laksamana Maeda tersebut. Pagi harinya, pada pukul 10.00, Proklamasi dibacakan oleh Soekarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

sedarah yang kalian ketahui tentang tokoh nasional dalam masa pergerakan nasional yaitu dr. Sutomotolong jawab ya:)​

Susunlah artikel menjadi sebuah kliping Presentasikan hasil kliping di depan kelas. Kumpulkan hasilnye Para un​

Tari persembahan mulai dikrnal sekitar tahunA.2000anB.1980anC.1960anD.1920an​

Makna dari Markus 5 ayat 21-43?​

1 contoh dharma wacana singkat yang bertema awatara​

apa yang membuat kha Dahlan prihatin sehingga mendirikan Muhammadiyah​

Apakah jabatan Ahmad Dahlan sewaktu mendirikan Muhammadiyah​

menyebutkan hikmah dari hadits tentang silaturrahim​

Q.uestionMengapa Indonesia dulunya disebut sebagai Hindia-Belanda ?​

1. APA PENGERTIAN RIYA2. CIRI ORANG YANG MEMPUNYAI SIFAT RIYA DALAM PERBUATAN3. PENGERTIAN MALAIKAT?4. APA PERSAMAAN MALAIKAT DAN SETAN ?5. SEBUTKAN L … INGKUNGAN JIN?MOHON TIDAK COPASCOPAS❌NGASALBUKUNO BAHASA ALIEN (SJSJJ)SAYA UDAH CEK GOGGLE MOHON TIDAK COPAS​

Naskah Proklamasi otentik hasil ketikan Sayuti Melik yang dibacakan pada 17 Agustus 1945.

SETELAH naskah Proklamasi selesai diketik oleh Sayuti Melik yang kemudian disebut “naskah Proklamasi otentik,” Sukarno menyampaikan bahwa keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua mempercepat pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan. “Rancangan teks telah siap dibacakan di hadapan saudara-saudara semua dan saya harapkan benar-benar bahwa saudara-saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum fajar dini hari,” kata Sukarno.

Menurut Adam Malik dalam Riwayat dan Perjuangan sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sukarno mengusulkan supaya naskah Proklamasi ditandatangani besok siang dan diumumkan di depan anggota PPKI. Usul ini ditolak keras oleh Sukarni dan Chaerul Saleh.

“Kami tidak mau dibawa-bawa segala badan-badan yang berbau Jepang seperti Badan Persiapan, dan kami tidak suka jika jika orang-orang yang tak ada usahanya dalam hal ini ikut campur, sebab nanti mungkin Proklamasi ini mundur-mundur lagi,” kata Chairul Saleh.

Advertising

Advertising

Baca juga: Begini Naskah Proklamasi Dirumuskan

Hatta menyuarakan “baiklah kita semuanya yang hadir di sini menandatangani naskah Proklamasi Indonesia merdeka ini sebagai suatu dokumen yang bersejarah. Ini penting bagi anak cucu kita. Mereka harus tahu, siapa yang ikut memproklamasikan Indonesia merdeka. Ambillah contoh kepada naskah Proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat dahulu. Semuanya yang memutuskan ikut menandatangani keputusan mereka bersama.”

Bukan hanya Hatta yang menginginkan naskah Proklamasi ditandatangani oleh semua seperti Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Sukarno juga mengusulkan supaya semua yang hadir ikut menandatangani. “Seperti Declaration of Independence-nya Amerika,” kata Sukarno, ditirukan B.M. Diah.

Usul ini, menurut Subardjo, menimbulkan suara ramai. Sukarni segera berteriak, “Pendapat itu sama sekali tidak bisa diterima. Mereka yang tidak menyumbang sedikit pun kepada persiapan-persiapan Proklamasi tidak berhak untuk menandatangani.”

Baca juga: Sayuti Melik Mengubah Beberapa Kata dalam Naskah Proklamasi

Subardjo melihat Sayuti Melik bergerak dari satu orang ke orang lainnya. Dia melobi golongan tua dan golongan muda, di antaranya Sukarni. Karena Subardjo berada di sebelahnya, dia mendengar apa yang dikatakan Sayuti Melik kepada Sukarni: “Saya kira tidak ada yang keberatan jika Sukarno dan Hatta yang menandatangani Proklamasi kemerdekaan atas nama rakyat Indonesia.”

Hatta tidak setuju dengan keterangan Subardjo yang menyebut Sayuti Melik yang mengusulkan supaya naskah Proklamasi ditandatangani oleh Sukarno-Hatta atas nama rakyat Indonesia. “Dalam lukisan Subardjo itu Sayuti Melik sekonyong-konyong mendapat peranan yang besar dalam sejarah, menjadi deus ex machina –dewa penolong. Sepanjang ingatan saya, Sukarnilah yang mengemukakan usul itu,” kata Hatta.

Dan dalam tulisannya di harian KAMI, 18 Agustus 1969, Sukarni mengaku dialah yang mengusulkan supaya naskah Proklamasi hanya ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta atas nama rakyat Indonesia. “Karangannya itu membenarkan ingatan saya,” kata Hatta.

Setelah semua setuju, naskah Proklamasi otentik kemudian ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Persoalan berikutnya, dimana Proklamasi itu akan dibacakan?

Baca juga: Mencari Mikrofon Proklamasi

Sukarni memberitahukan bahwa “rakyat di dan sekitar kota Jakarta telah diserukan untuk berbondong-bondong ke Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggal 17 Agustus untuk mendengarkan Proklamasi kemerdekaan. Demikianlah yang telah dipersiapkan dan adalah wajar bahwa kita semua datang ke sana dan membacakan Proklamasi itu.”

“Tidak,” kata Sukarno, “lebih baik di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita harus memancing-mancing insiden?”

Sukarno menjelaskan, “Lapangan Ikada adalah lapangan umum dan suatu rapat umum tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa militer mungkin akan menimbulkan salah paham dan suatu bentrokan kekerasan antara rakyat dan penguasa militer yang akan membubarkan rapat umum tersebut mungkin terjadi. Karena itu saya minta semua saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56, sekitar pukul 10.00 pagi.”

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA