Mengapa bulan agustus harga saham cenderung turun

Ilustrasi investasi di reksadana yang terus bertumbuh di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menghijau. (Shutterstock)

Bareksa.com - Perdagangan pasar saham Indonesia untuk periode Agustus 2022 telah resmi berakhir pada Rabu (31/8/2022). Hasilnya, bulan lalu tampaknya cukup memuaskan pelaku pasar mengingat bursa saham Tanah Air mampu bergerak positif sekaligus bertahan di atas level psikologis 7.100.

. Hasil tersebut sebenarnya cukup baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya di mana IHSG hanya naiSepanjang Agustus 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami kenaikan 3,27% dengan berakhir di level 7.178,59k tipis 0,57% pada Juli 2022.

Melansir dataindonesia.id, selama Agustus 2022, pelaku pasar merespons beberapa sentimen. Dari dalam negeri, tingkat inflasi bulanan Indonesia tercatat 0,64% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) senilai 111,8 pada Juli 2022. Tingkat inflasi tahunan mencapai 4,94% pada bulan lalu. Sementara, tingkat inflasi tahun kalender sebesar 3,85%. 

Pasar juga merespons data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,44% secara tahunan (YOY) pada kuartal II/2022. Kenaikan tersebut melebihi prediksi Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik sebesar 5,05% (YOY) pada April-Juni 2022.

Di sisi lain, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$132,2 miliar pada Juli 2022. Jumlah tersebut turun 3,14 % dibandingkan posisi akhir Juni 2022 yang sebesar US$136,4 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, adanya kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. 

Kemudian, pelaku pasar juga mencermati data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 123,2 pada Juli 2022. Nilai ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 128,2. Karenanya, pemerintah dinilai perlu meningkatkan belanja pemerintah untuk dialokasikan ke beberapa pos sebagai salah satu cara menguatkan daya beli masyarakat.

Rilis data ekonomi lainnya yakni penjualan ritel yang impresif juga memberikan energi positif untuk IHSG. BI melaporkan, penjualan ritel meningkat 4,1% (YOY) pada Juni 2022. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan dengan pada bulan sebelumnya 2,9% (YOY). Sementara, penjualan ritel Indonesia diperkirakan masih tumbuh positif dengan laju 8,7% (YOY) pada Juli 2022. 

Lalu yang cukup menggerakkan pasar adalah keputusan BI menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) jadi 3,75%. Sejalan dengan keputusan tersebut, BI menetapkan suku bunga deposit facility naik 25 bps jadi 3% dan suku bunga lending facility menjadi 4,5%.

Terlepas dari beberapa sentimen positif selama satu bulan, pelaku pasar juga cenderung wait and see terkait isu kenaikan harga bahan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yakni Pertalite dan Solar. Hal itu tentunya tidak menguntungkan bagi IHSG, meski akhirnya indeks berhasil menghijau di akhir perdagangan.

Isu kenaikan harga BBM bersubsidi semakin menguat setelah pemerintah menggelontorkan bantuan sosial senilai Rp24 triliun. Pada Rabu (31/8), Presiden Joko Widodo resmi memulai pembagian bantuan langsung tunai (BLT) tersebut. 

Kenaikan harga BBM bersubsidi berpotensi mengerek inflasi yang akan berdampak buruk kepada perekonomian Tanah Air. Selain inflasi, isu kenaikan harga BBM sering diwarnai oleh aksi demonstrasi dari berbagai kalangan yang menentang. Hal itu akan memantik kegaduhan yang bisa jadi sentimen negatif bagi pergerakan pasar.

Sentimen Global

Sementara dari global, sentimen berasal dari menegangnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan China. Ini terjadi setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi bertandang ke Taiwan.  Pelosi menyebut kunjungan tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Taiwan. China meradang lantaran tidak mengakui kedaulatan Taiwan sebagai sebuah negara. Bagi China, Taiwan merupakan salah satu dari provinsi mereka.

Pelaku pasar juga mencermati data inflasi AS yang lebih rendah dari proyeksi pasar, sehingga memicu spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) dapat mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya. Rilis angka inflasi AS di level 8,5% pada Juli 2022, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 9,1%. Sementara, CPI AS tercatat stagnan di level 5,9%.

Pelaku pasar pun memantau pergerakan pasar keuangan AS yang masih diwarnai oleh sentimen rilis risalah rapat The Fed pada Juli lalu. Dalam notula rapat tersebut, The Fed menilai belum akan mengubah sikap terkait arah kebijakan moneternya yang cenderung hawkish.

Bursa saham AS, Wall Street pun terpantau kurang bergairah akibat bank sentral di berbagai negara diperkirakan masih akan agresif menaikkan suku bunga acuannya. Pasalnya, hal tersebut diyakini dapat membawa perekonomian dunia ke jurang resesi.

Kinerja Seluruh Jenis Reksadana Kompak Menguat

Kinerja IHSG yang menorehkan hasil positif pada bulan Agustus, secara umum berhasil mendorong kinerja seluruh jenis reksadana kompak mencatatkan penguatan, di mana indeks reksadana saham menjadi yang paling tinggi pada bulan lalu.

Mengapa bulan agustus harga saham cenderung turun

Sumber : Bareksa

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi juara pada bulan lalu dengan kenaikan 2,32%, disusul indeks reksadana campuranyang juga memiliki penempatan pada saham mengalami penguatan 1,4%.

Sementara itu dua reksadana yang cenderung rendah risiko, indeks reksadana pasar uang dan indeks reksadana pendapatan tetap juga kompak mencatatkan penguatan masing-masing 0,52% dan 0,24%.

Sementara itu jika dilihat lebih rinci, berikut top 10 produk reksadanadi Bareksa dengan imbal hasil (return) tertinggi sepanjang Agustus 2022 :

Mengapa bulan agustus harga saham cenderung turun

Sumber : Bareksa

Berdasarkan tabel tersebut, reksadana saham  mendominasi dengan 6 produk, sementara 4 produk lainnya merupakan reksadana indeks & ETF.

Top 10 reksadana tersebut yakni Bahana Dana Prima, Bahana Trailblazer Fund, Reksa Dana Indeks Allianz Sri Kehati Index Fund, Reksa Dana Indeks BNP Paribas Sri Kehati, Reksa Dana UOBAM Indeks Bisnis-27, Simas Danamas Saham, Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund, Sucorinvest Equity Fund, TRAM Infrastructure Plus, serta Simas Saham Bertumbuh

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagaisalah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksadi Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Saham naik di bulan apa?

Periode terbaik untuk membeli saham adalah pada bulan Mei, Agustus, November dan Februari. Pada bulan-bulan tersebut, perusahaan sudah merilis laporan keuangan, sehingga dapat menjadi pertimbangan Anda membeli saham.

Faktor faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penurunan harga ini?

Faktor Eksternal.
Kondisi Fundamental Ekonomi Makro. Faktor ini memiliki dampak langsung terhadap naik dan turunnya harga saham, misalnya: ... .
Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Mata Uang Asing. ... .
Kebijakan Pemerintah. ... .
Faktor Panik. ... .
Faktor Manipulasi Pasar..

Kapan harga saham akan naik atau turun?

Naik turunnya harga saham merupakan sesuatu yang lumrah karena hal itu digerakkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika permintaan tinggi maka harga akan naik, sebaliknya jika penawaran tinggi harga akan turun.

Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi harga saham?

6 Faktor Mempengaruhi Harga Saham.
Kinerja Perusahaan..
Tren Ekonomi..
Tingkat Bunga Kredit..
Permintaan dan Penawaran..
Likuiditas dan Aliran Dana..
Kesepakatan Bisnis..