Mengapa al Fatihah disebut Ummul Qur an Ummul Kitab dan Assab ul matsani?

Surat Al Fatihah memiliki banyak nama dan kestimewaan dari surat lain dalam Alquran. (Foto: ist)

Kastolani Jumat, 01 Januari 2021 - 19:35:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Surat Al Fatihah merupakan salah satu surat dalam Alquran. Surat ini berjumlah tujuh ayat dan termasuk surat Makkiyah. Surat Al fatihah memiliki banyak nama. Ulama hadis menyebutkan ada puluhan nama yang dimiliki Surat Al Fatihah.

Para ulama mengatakan bahwa jumlah kalimat dalam surat Al-Fatihah semuanya ada 25 kalimat, sedangkan hurufnya sebanyak 113.

BACA JUGA:
7 Rahasia Keistimewaan Surat Al Fatihah

Surat Al fatihah berisi tentang pujian kepada Allah SWT yang telah memberi kehidupan kepada manusia. Selain itu, perintah manusia untuk menyembah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT serta meminta petunjuk dan jalan lurus.

Berikut sembilan nama Surat Al Fatihah yang dirangkum iNews.id dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Fatihah:

1. Fatihatul Kitab atau Ummul Kitab

Surat Al Fatihah disebut juga Fatihatul Kitab. Dengan surat ini bacaan dalam salat dimulai. Surat ini disebut pula Ummul Kitab menurut jumhur ulama —seperti yang dituturkan oleh Anas, Al-Hasan, dan Ibnu Sirin— karena mereka tidak suka menyebutnya dengan istilah Fatihatul Kitab. 

Imam Bukhari dalam permulaan kitab Tafsir mengatakan bahwa surat ini dinamakan Ummul Kitab karena penulisan dalam mushaf dimulai dengannya dan permulaan bacaan dalam salat dimulai pula dengannya. Menurut pendapat lain, sesungguhnya surat ini dinamakan Ummul Kitab karena semua makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an merujuk kepada apa yang terkandung di dalamnya. 

2. Ummul Qur'an

Al-Hasan dan Ibnu Sirin mengatakan.”Sesungguhnya Ummul Kitab itu adalah Lauh Mahfuz." Al-Hasan mengatakan bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah Ummul Kitab. Karena itu, keduanya pun tidak suka menyebut surat Al-Fatihah dengan istilah Ummul Qur'an.
Di dalam sebuah hadis sahih pada Imam Turmuzi dan dinilai sahih olehnya, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

" الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ "

Alhamdu lillahi rabbil 'alamina adalah Ummul Qur'an, Ummul Kitab. Sab'ul masani. dan Al-Qur'anul 'azim.

3. Al Hamdu

Surat Al-Fatihah  dinamakan pula Alhamdu (الْحَمْدُ) ,karena berdasarkan sabda Nabi Saw. dari Tuhannya yang mengatakan:" قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، قَالَ اللَّهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي "

Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua ba-gian. Apabila seorang hamba mengucapkan, "Alhamdu lilldhi rabbil 'dlamlna" (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." (Hadis)

4. Ash Sholat

Surat Al-Fatihah disebut pula Ash Sholat, karena ia merupakan syarat di dalam salat. 

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ 
 قَالَ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. رَوَاهُ الْجَمَاعَةُ وَاللَّفْظُ لِلبُخَارِيِّ

Dari ‘Ubadah bin Shamit bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, ”Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.” Al-Jamaah meriwayatkannya dan lafal ini milik Al-Bukhari.

5. Asy Syifa

Surat Al-Fatihah dinamakan pula Syifa (الشِّفَاءُ) , seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ad-Darimi melalui Abu Sa'id secara marfu, yaitu:

" فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ سُمٍّ"

Fatihatul kitab (surat Al-Fatihah) merupakan obat penawar bagi segala jenis racun.

6. Ruqyah

Surat Al-Fatihah dikenal pula dengan nama Ruqyah (الرُّقْيَةُ), seperti yang disebutkan di dalam hadis Abu Sa'id yang sahih. yaitu di saat dia membacakannya untuk mengobati seorang lelaki sehat (yang tersengat kalajengking). Sesudah itu Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Sa'id (Al-Khudri):

" وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ "

Siapakah yang memberi tahu kamu bahwa surat Al-Fatihah itu adalah ruqyah?

7. Asasul Qur'an

Asy-Sya-bi meriwayatkan sebuah asar melalui Ibnu Abbas, bahwa dia menamakannya (Al-Fatihah) Asasul Qur'an (fondasi Al-Qur'an). Ibnu Abbas mengatakan bahwa fondasi surat ini terletak pada bismillahir rahmanir rahim.

8. Al Waqiyah

Sufyan ibnu Uyaynah menamakannya Al-Waqiyah, sedangkan Yahya ibnu Kasir menamakannya Al-Kafiyah, karena surat Al-Fatihah sudah mencukupi tanpa selainnya, tetapi surat selainnya tidak dapat mencukupi bila tanpa surat Al-Fatihah, seperti yang disebutkan di dalam salah satu hadis berpredikat mursal di bawah ini:

" أُمُّ الْقُرْآنِ عِوَضٌ مِنْ غَيْرِهَا، وَلَيْسَ غَيْرُهَا عِوَضًا عَنْهَا "

Ummul Qur'an merupakan pengganti dari yang lainnya, sedangkan selainnya tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya.

9. As Sab'ul masani

Penamaan surat Al-Fatihah dengan sebutan "As-Sab'ul masani" dinilai sah. Mereka mengatakan, dinamakan demikian karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam salat, pada tiap-tiap rakaat, sekalipun masani ini mempunyai makna yang lain, seperti yang akan diterangkan nanti pada tempatnya insya Allah.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ وَهَاشِمُ بْنُ هَاشِمٍ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِأُمِّ الْقُرْآنِ: " هِيَ أُمُّ الْقُرْآنِ، وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي، وَهِيَ الْقُرْآنُ الْعَظِيمُ"

Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada mereka Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada mereka Ibnu Abu Zi'b dan Hasyim ibnu Hasyim, dari Ibnu Abu Zi'b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda tentang Ummul Qur'an: Surat Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an, As-Sab'ul Masani, dan Al-Qur'anul Azim.


Editor : Kastolani Marzuki

TAG : Surat Al Fatihah Nama-Nama Surat Al Fatiha

​ ​

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik
 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") merupakan surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang berada dalam Al-Qur'an. Surah ini dikata Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena ia merupakan induk dari seluruh pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana disebutkan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah merupakan Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam dunia ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berarti bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup disebutkan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap afal yang adun dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna kontrak bagi memberi pahala terhadap afal yang adun dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya melintasi jalan itu bagi memperoleh kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia, adun yang mengenai kepercayaan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian luhur dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang sudah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits disebutkan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah merupakan salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlangsung bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak berada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak berada daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan yang belakang sekali membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, wajib diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad merupakan dengan memberi jeda pada setiap ayat hingga habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah pada umumnya diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr pada umumnya didahului oleh imam dan yang belakang sekali disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits disebutkan bahwa makmum wajib mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" dibicarakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat berada yang membacanya keras dan berada yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal hingga kesudahan salat, dikata Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya merupakan Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya merupakan salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada ketika itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya bagi mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, aku sudah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Ia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri sudah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar ia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, yang belakang sekali dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat yang belakang sekali.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah disebutkan permohonan orang bawahan supaya diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga dikata Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, jumlah ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1]

Lihat pula

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Jumlah nama bagi sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI (1987). hal 3
  3. ^ Hamzah (2003). hal 47
  4. ^ "Tidak sah salat seseorang bila tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya (1978). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • (Inggris) Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1

edunitas.com

Page 2

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik
 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") merupakan surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang berada dalam Al-Qur'an. Surah ini dikata Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena ia merupakan induk dari seluruh pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana disebutkan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah merupakan Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam dunia ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup disebutkan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap afal yang adun dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna kontrak untuk memberi pahala terhadap afal yang adun dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya melintasi jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia, adun yang mengenai kepercayaan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian luhur dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang sudah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits disebutkan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah merupakan salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlangsung bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak berada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak berada daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan yang belakang sekali membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, wajib diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad merupakan dengan memberi jeda pada setiap ayat hingga habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah pada umumnya diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr pada umumnya didahului oleh imam dan yang belakang sekali disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits disebutkan bahwa makmum wajib mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" dibicarakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat berada yang membacanya keras dan berada yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal hingga kesudahan salat, dikata Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya merupakan Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya merupakan salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada ketika itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, aku sudah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Ia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri sudah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar ia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, yang belakang sekali dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat selanjutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah disebutkan permohonan orang bawahan supaya diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga dikata Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, jumlah ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1]

Lihat pula

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Jumlah nama untuk sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI (1987). hal 3
  3. ^ Hamzah (2003). hal 47
  4. ^ "Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya (1978). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • (Inggris) Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1

edunitas.com

Page 3

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik
 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") merupakan surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang berada dalam Al-Qur'an. Surah ini dikata Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena ia merupakan induk dari seluruh pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana disebutkan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah merupakan Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam dunia ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup disebutkan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap afal yang adun dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna kontrak untuk memberi pahala terhadap afal yang adun dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya melintasi jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia, adun yang mengenai kepercayaan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian luhur dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang sudah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits disebutkan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah merupakan salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlangsung bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak berada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak berada daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan yang belakang sekali membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, wajib diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad merupakan dengan memberi jeda pada setiap ayat hingga habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah pada umumnya diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr pada umumnya didahului oleh imam dan yang belakang sekali disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits disebutkan bahwa makmum wajib mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" dibicarakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat berada yang membacanya keras dan berada yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal hingga kesudahan salat, dikata Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya merupakan Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya merupakan salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada ketika itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, aku sudah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Ia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri sudah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar ia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, yang belakang sekali dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat selanjutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah disebutkan permohonan orang bawahan supaya diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga dikata Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, jumlah ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1]

Lihat pula

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Jumlah nama untuk sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI (1987). hal 3
  3. ^ Hamzah (2003). hal 47
  4. ^ "Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya (1978). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • (Inggris) Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1

edunitas.com

Page 4

Tags (tagged): surat al hijr, surat al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, center of, studies fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surat

Page 5

Al-Ikhlas
الإخلاص
InformasiStatistik
 
 

GunaMemurnikan Keesaan Allah
Nama pautanQul Huwallah, Nisbatur Rabbi[1], at-Tafrid[2], at-Tajrid[2], al-Wilayah[2], al-Ma'arifah[2], al-Jamal[2], Qasyqasy[2], al-Mudzakkirah[2], as-Shamad[2], al-Amin[2]
KlasifikasiMakkiyah
Surah ke112
JuzJuz 30
Banyak ruku'1 ruku'
Banyak ayat4 ayat

Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan 100 tahun ke-18

Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok pokoknya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala struktur penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini diasumsikan sbg slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.

Asbabun Nuzul

Hadir beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak hadir yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas [112]:4).

Dilihat dan diteliti dari peristiwa sangat pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berharap Nabi Muhammad sebagai menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat pautan berasal dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berucap untuk Nabi Muhammad, "Jelaskan untuk kami sifat-sifat Tuhanmu." Kemudian turun surah ini sebagai menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang berasal dari Jarir bin Abdullah diproduksi menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang ditengahnya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan berharap keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan cerminan Allah dan ditemani dengan turunnya surah ini.

Karena hal hadir bermacam sumber yang beda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah sedang dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama pautan. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dan diteliti dari peristiwa yang sangat awal terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab pautan menanyakan cerminan Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang beda tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan bersambung. Jika di suatu tempat hadir Nabi Muhammad dan hadir yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, karenanya ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali sebagai menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Masa disiksa beliau menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5]

Pendapat pautan yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang berasal dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah berlandaskan dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak hadir pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang berasal dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berucap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan untuk kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini sebagai menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6]

Keutamaan

Dalam kisah-kisah Islam

Dalam beberapa hadits diceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi berharap keterangan untuk sahabatnya sebagai mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar menganggap absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena sedang muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.

Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus untuk seorang sahabat di Madinah yang meninggal sampai meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena beliau sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang masa itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan peristiwa yang sedang terjadi di Madinah.

Keutamaan pautan

Dalam riwayat Ibnu Abbas dituturkan Nabi Muhammad ketika memperagakan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan lapang tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan untuk orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.

Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Debu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7]

Sedangkan hadits pautan menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit sampai beliau meninggal, beliau tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya menempuh Siratul Mustaqim menuju surga.[8]

Pustaka

  1. ^ Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. Mengungkap Rahasia Al-Qur'an. Bandung: Mizan
  2. ^ a b c d e f g h i "Nama-nama pautan dari Surah Al-Ikhlas", Hidayah, Februari 2009
  3. ^ Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi
  4. ^ Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat
  5. ^ The Noble Qur'an. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.
  6. ^ Al-Qur'an Digital. Ver.2.1. Surah Al-Ikhlas:1
  7. ^ Kitab Hayatun Quluubi
  8. ^ Kitab Tadzikaratul Qurthuby

Tautan luar


edunitas.com

Page 6

Al-Ikhlas
الإخلاص
InformasiStatistik
 
 

GunaMemurnikan Keesaan Allah
Nama pautanQul Huwallah, Nisbatur Rabbi[1], at-Tafrid[2], at-Tajrid[2], al-Wilayah[2], al-Ma'arifah[2], al-Jamal[2], Qasyqasy[2], al-Mudzakkirah[2], as-Shamad[2], al-Amin[2]
KlasifikasiMakkiyah
Surah ke112
JuzJuz 30
Banyak ruku'1 ruku'
Banyak ayat4 ayat

Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan 100 tahun ke-18

Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok pokoknya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala struktur penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini diasumsikan sbg slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.

Asbabun Nuzul

Hadir beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak hadir yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas [112]:4).

Dilihat dan diperhatikan dari peristiwa sangat pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berharap Nabi Muhammad sebagai menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat pautan berasal dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berucap untuk Nabi Muhammad, "Jelaskan untuk kami sifat-sifat Tuhanmu." Kemudian turun surah ini sebagai menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang berasal dari Jarir bin Abdullah dibuat menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang ditengahnya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan berharap keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan cerminan Allah dan disertai dengan turunnya surah ini.

Karena hal hadir bermacam sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah sedang dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama pautan. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dan diperhatikan dari peristiwa yang sangat awal terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab pautan menanyakan cerminan Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang beda tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan bersambung. Jika di suatu tempat hadir Nabi Muhammad dan hadir yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, karenanya ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali sebagai menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Masa disiksa beliau menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5]

Pendapat pautan yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang berasal dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah berlandaskan dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak hadir pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang berasal dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berucap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan untuk kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini sebagai menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6]

Keutamaan

Dalam kisah-kisah Islam

Dalam beberapa hadits dituturkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi berharap keterangan untuk sahabatnya sebagai mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar menganggap absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena sedang muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.

Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus untuk seorang sahabat di Madinah yang meninggal sampai meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena beliau sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang masa itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan peristiwa yang sedang terjadi di Madinah.

Keutamaan pautan

Dalam riwayat Ibnu Abbas diceritakan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan untuk orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.

Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Debu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7]

Sedangkan hadits pautan menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit sampai beliau meninggal, beliau tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.[8]

Pustaka

  1. ^ Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. Mengungkap Rahasia Al-Qur'an. Bandung: Mizan
  2. ^ a b c d e f g h i "Nama-nama pautan dari Surah Al-Ikhlas", Hidayah, Februari 2009
  3. ^ Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi
  4. ^ Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat
  5. ^ The Noble Qur'an. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.
  6. ^ Al-Qur'an Digital. Ver.2.1. Surah Al-Ikhlas:1
  7. ^ Kitab Hayatun Quluubi
  8. ^ Kitab Tadzikaratul Qurthuby

Tautan luar


edunitas.com

Page 7

Al-Ikhlas
الإخلاص
InformasiStatistik
 
 

GunaMemurnikan Keesaan Allah
Nama pautanQul Huwallah, Nisbatur Rabbi[1], at-Tafrid[2], at-Tajrid[2], al-Wilayah[2], al-Ma'arifah[2], al-Jamal[2], Qasyqasy[2], al-Mudzakkirah[2], as-Shamad[2], al-Amin[2]
KlasifikasiMakkiyah
Surah ke112
JuzJuz 30
Banyak ruku'1 ruku'
Banyak ayat4 ayat

Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan 100 tahun ke-18

Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok pokoknya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala struktur penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini diasumsikan sbg slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.

Asbabun Nuzul

Hadir beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak hadir yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas [112]:4).

Dilihat dan diperhatikan dari peristiwa sangat pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berharap Nabi Muhammad sebagai menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat pautan berasal dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berucap untuk Nabi Muhammad, "Jelaskan untuk kami sifat-sifat Tuhanmu." Kemudian turun surah ini sebagai menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang berasal dari Jarir bin Abdullah dibuat menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang ditengahnya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan berharap keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan cerminan Allah dan disertai dengan turunnya surah ini.

Karena hal hadir bermacam sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah sedang dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama pautan. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dan diperhatikan dari peristiwa yang sangat awal terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab pautan menanyakan cerminan Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang beda tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan bersambung. Jika di suatu tempat hadir Nabi Muhammad dan hadir yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, karenanya ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali sebagai menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Masa disiksa beliau menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5]

Pendapat pautan yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang berasal dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah berlandaskan dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak hadir pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang berasal dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berucap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan untuk kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini sebagai menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6]

Keutamaan

Dalam kisah-kisah Islam

Dalam beberapa hadits dituturkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi berharap keterangan untuk sahabatnya sebagai mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar menganggap absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena sedang muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.

Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus untuk seorang sahabat di Madinah yang meninggal sampai meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena beliau sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang masa itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan peristiwa yang sedang terjadi di Madinah.

Keutamaan pautan

Dalam riwayat Ibnu Abbas diceritakan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan untuk orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.

Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Debu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7]

Sedangkan hadits pautan menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit sampai beliau meninggal, beliau tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.[8]

Pustaka

  1. ^ Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. Mengungkap Rahasia Al-Qur'an. Bandung: Mizan
  2. ^ a b c d e f g h i "Nama-nama pautan dari Surah Al-Ikhlas", Hidayah, Februari 2009
  3. ^ Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi
  4. ^ Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat
  5. ^ The Noble Qur'an. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.
  6. ^ Al-Qur'an Digital. Ver.2.1. Surah Al-Ikhlas:1
  7. ^ Kitab Hayatun Quluubi
  8. ^ Kitab Tadzikaratul Qurthuby

Tautan luar


edunitas.com

Page 8

Al-Ikhlas
الإخلاص
InformasiStatistik
 
 

GunaMemurnikan Keesaan Allah
Nama pautanQul Huwallah, Nisbatur Rabbi[1], at-Tafrid[2], at-Tajrid[2], al-Wilayah[2], al-Ma'arifah[2], al-Jamal[2], Qasyqasy[2], al-Mudzakkirah[2], as-Shamad[2], al-Amin[2]
KlasifikasiMakkiyah
Surah ke112
JuzJuz 30
Banyak ruku'1 ruku'
Banyak ayat4 ayat

Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan 100 tahun ke-18

Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok pokoknya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala struktur penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini diasumsikan sbg slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.

Asbabun Nuzul

Hadir beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak hadir yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas [112]:4).

Dilihat dan diteliti dari peristiwa sangat pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berharap Nabi Muhammad sebagai menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat pautan berasal dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berucap untuk Nabi Muhammad, "Jelaskan untuk kami sifat-sifat Tuhanmu." Kemudian turun surah ini sebagai menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang berasal dari Jarir bin Abdullah diproduksi menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang ditengahnya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan berharap keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan cerminan Allah dan ditemani dengan turunnya surah ini.

Karena hal hadir bermacam sumber yang beda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah sedang dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama pautan. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dan diteliti dari peristiwa yang sangat awal terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab pautan menanyakan cerminan Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang beda tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan bersambung. Jika di suatu tempat hadir Nabi Muhammad dan hadir yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, karenanya ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali sebagai menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Masa disiksa beliau menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5]

Pendapat pautan yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang berasal dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah berlandaskan dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak hadir pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang berasal dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berucap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan untuk kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini sebagai menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6]

Keutamaan

Dalam kisah-kisah Islam

Dalam beberapa hadits diceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi berharap keterangan untuk sahabatnya sebagai mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar menganggap absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena sedang muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.

Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus untuk seorang sahabat di Madinah yang meninggal sampai meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena beliau sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang masa itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan peristiwa yang sedang terjadi di Madinah.

Keutamaan pautan

Dalam riwayat Ibnu Abbas dituturkan Nabi Muhammad ketika memperagakan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan lapang tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan untuk orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.

Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berucap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Debu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7]

Sedangkan hadits pautan menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit sampai beliau meninggal, beliau tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya menempuh Siratul Mustaqim menuju surga.[8]

Pustaka

  1. ^ Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. Mengungkap Rahasia Al-Qur'an. Bandung: Mizan
  2. ^ a b c d e f g h i "Nama-nama pautan dari Surah Al-Ikhlas", Hidayah, Februari 2009
  3. ^ Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi
  4. ^ Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat
  5. ^ The Noble Qur'an. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.
  6. ^ Al-Qur'an Digital. Ver.2.1. Surah Al-Ikhlas:1
  7. ^ Kitab Hayatun Quluubi
  8. ^ Kitab Tadzikaratul Qurthuby

Tautan luar


edunitas.com

Page 9

Tags (tagged): surah al hijr, surah al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, pusat ilmu, pengetahuan fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surah

Page 10

Tags (tagged): surah al hijr, surah al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, pusat ilmu, pengetahuan fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surah

Page 11

Tags (tagged): surat al hijr, surat al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, center of, studies fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surat

Page 12

Tags (tagged): surat al hijr, surat al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, center of, studies fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surat

Page 13

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik
 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

FaedahPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini dikurangi di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama dikurangi dengan komplit di selang surah-surah yang mempunyai dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua konten Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Isi

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa mempunyai dalam ayat 2, dimana dijelaskan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang mempunyai dalam dunia ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung faedah tarbiyah (التربية) adalah mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga dihasilkan bentuk sebagai sumber pelbagai macam pengetahuan pengetahuan yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk warga. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang isi, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dijelaskan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Merebut Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung faedah kontrak untuk memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk. Ibadat yang mempunyai pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang dihasilkan bentuk sebagai sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia, tidak berat sebelah yang mengenai keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian akbar dari ayat-ayat Al -Quran berisi kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah dinyatakan diatas mempunyai dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dijelaskan bahwa salat yang tidak ditemani al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlangsung untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak mempunyai tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak mempunyai daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan kemudian membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Dinyatakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat sampai mandek membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits dinyatakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan gagasan lain mengatakan bahwa "amin" dinyatakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat mempunyai yang membacanya keras dan mempunyai yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang masih dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari permulaan sampai kesudahan salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, mempunyai pula salat Jahr, adalah salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada waktu itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Abu Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Abu Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Abu Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur isi syari'at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat selanjutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah dinyatakan permohonan abdi supaya diberi ajaran oleh Tuhan kejalan yang lurus, masih surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sbg pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga disebut Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang mengatakannya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam berbagai bahasa

Footnote

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama untuk sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI (1987). hal 3
  3. ^ Hamzah (2003). hal 47
  4. ^ "Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Abu Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Abu 'Awanah
  6. ^ HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Abu Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Abu Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Abu Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya (1978). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • (Inggris) Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1

edunitas.com

Page 14

Tags (tagged): surat al hijr, surat al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, center of, studies fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surat

Page 15

Tags (tagged): surat al hijr, surat al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, center of, studies fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surat

Page 16

Tags (tagged): surah al hijr, surah al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, pusat ilmu, pengetahuan fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surah

Page 17

Tags (tagged): surah al hijr, surah al, hijr, unkris, kaum tsamud, diceritakan pada, ayat, 80 sampai, setan, allah samping, bersifat, pengampun penyayang, departemen, agama republik, indonesia, pranala luar surah, 49 al, hujurat, 50 qaf 51, az zariyat, 52, at tur 53, an najm, 54, al, pusat ilmu, pengetahuan fil, 106, quraisy 107 al, ma un, 108, al kausar 1, al kafirun, surah

Page 18

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik
 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

FaedahPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini dikurangi di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama dikurangi dengan komplit di selang surah-surah yang mempunyai dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua konten Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Isi

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa mempunyai dalam ayat 2, dimana dijelaskan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang mempunyai dalam dunia ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung faedah tarbiyah (التربية) adalah mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga dihasilkan bentuk sebagai sumber pelbagai macam pengetahuan pengetahuan yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk warga. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang isi, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dijelaskan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Merebut Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung faedah kontrak untuk memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk. Ibadat yang mempunyai pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang dihasilkan bentuk sebagai sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia, tidak berat sebelah yang mengenai keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian akbar dari ayat-ayat Al -Quran berisi kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah dinyatakan diatas mempunyai dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dijelaskan bahwa salat yang tidak ditemani al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlangsung untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak mempunyai tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak mempunyai daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan kemudian membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Dinyatakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat sampai mandek membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits dinyatakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan gagasan lain mengatakan bahwa "amin" dinyatakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat mempunyai yang membacanya keras dan mempunyai yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang masih dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari permulaan sampai kesudahan salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, mempunyai pula salat Jahr, adalah salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada waktu itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Abu Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Abu Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Abu Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur isi syari'at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat selanjutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah dinyatakan permohonan abdi supaya diberi ajaran oleh Tuhan kejalan yang lurus, masih surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sbg pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga disebut Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang mengatakannya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam berbagai bahasa

Footnote

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama untuk sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI (1987). hal 3
  3. ^ Hamzah (2003). hal 47
  4. ^ "Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Abu Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Abu 'Awanah
  6. ^ HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Abu Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Abu Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Abu Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya (1978). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • (Inggris) Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1

edunitas.com

Page 19

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik
 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

FaedahPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini dikurangi di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama dikurangi dengan komplit di selang surah-surah yang mempunyai dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua konten Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Inti

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa mempunyai dalam ayat 2, dimana dijelaskan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang mempunyai dalam dunia ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung faedah tarbiyah (التربية) adalah mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamati oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga dihasilkan bentuk sebagai sumber pelbagai macam pengetahuan pengetahuan yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk warga. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang inti, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dijelaskan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Merebut Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung faedah kontrak kepada memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk. Ibadat yang mempunyai pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu kepada mendapatkan kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang dihasilkan bentuk sebagai sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia, tidak berat sebelah yang mengenai keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian akbar dari ayat-ayat Al -Quran mengandung kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah dinyatakan diatas mempunyai dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dijelaskan bahwa salat yang tidak ditemani al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlangsung untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak mempunyai tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak mempunyai daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan yang belakang sekali membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Dinyatakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat sampai mandek membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan yang belakang sekali disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits dinyatakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan gagasan lain mengatakan bahwa "amin" dinyatakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat mempunyai yang membacanya keras dan mempunyai yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang masih dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari permulaan sampai kesudahan salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, mempunyai pula salat Jahr, adalah salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada waktu itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya kepada mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, aku telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur inti syari'at Islam, yang belakang sekali dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat selanjutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah dinyatakan permohonan abdi supaya diberi segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan kejalan yang lurus, masih surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sbg pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga disebut Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, jumlah ulama tafsir yang mengatakannya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam berbagai bahasa

Footnote

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Jumlah nama kepada sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI (1987). hal 3
  3. ^ Hamzah (2003). hal 47
  4. ^ "Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya (1978). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • (Inggris) Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1

edunitas.com

Page 20

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik
 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

FaedahPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini dikurangi di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama dikurangi dengan komplit di selang surah-surah yang mempunyai dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua konten Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Inti

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa mempunyai dalam ayat 2, dimana dijelaskan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang mempunyai dalam dunia ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung faedah tarbiyah (التربية) adalah mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamati oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga dihasilkan bentuk sebagai sumber pelbagai macam pengetahuan pengetahuan yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk warga. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang inti, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dijelaskan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Merebut Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung faedah kontrak kepada memberi pahala terhadap tingkah laku yang tidak berat sebelah dan ancaman terhadap tingkah laku yang buruk. Ibadat yang mempunyai pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu kepada mendapatkan kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang dihasilkan bentuk sebagai sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan dunia dan kehidupan setealh didunia, tidak berat sebelah yang mengenai keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian akbar dari ayat-ayat Al -Quran mengandung kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah dinyatakan diatas mempunyai dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dijelaskan bahwa salat yang tidak ditemani al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlangsung untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak mempunyai tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak mempunyai daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan yang belakang sekali membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Dinyatakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat sampai mandek membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan yang belakang sekali disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits dinyatakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan gagasan lain mengatakan bahwa "amin" dinyatakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat mempunyai yang membacanya keras dan mempunyai yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang masih dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari permulaan sampai kesudahan salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, mempunyai pula salat Jahr, adalah salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada waktu itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya kepada mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, aku telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur inti syari'at Islam, yang belakang sekali dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat selanjutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah dinyatakan permohonan abdi supaya diberi segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan kejalan yang lurus, masih surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sbg pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga disebut Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, jumlah ulama tafsir yang mengatakannya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam berbagai bahasa

Footnote

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Jumlah nama kepada sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI (1987). hal 3
  3. ^ Hamzah (2003). hal 47
  4. ^ "Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya (1978). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • (Inggris) Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1

edunitas.com

Page 21

Tags (tagged): regency of nduga, unkris, regency, of, nduga, of nduga, kabupaten nduga koordinat, provinsi papua, kode, area, undang undang, nomor 6, tahun, 28 bersama sama, makki selatan, sawaerma, asmat barat jila, timur pelebaga, kenyam, mapenduma mbuwa mugi, wosak yigi, papua, pusat, center of, studies nabire, paniai pegunungan bintang, puncak puncak, jaya, regency of

Page 22

Tags (tagged): regency of nduga, unkris, regency, of, nduga, of nduga, kabupaten nduga koordinat, provinsi papua, kode, area, undang undang, nomor 6, tahun, 28 bersama sama, makki selatan, sawaerma, asmat barat jila, timur pelebaga, kenyam, mapenduma mbuwa mugi, wosak yigi, papua, pusat, center of, studies nabire, paniai pegunungan bintang, puncak puncak, jaya, regency of

Page 23

Tags (tagged): kabupaten nduga, unkris, koordinat, provinsi papua kode, area, undang, nomor 6 tahun, 28 bersama, sama, makki selatan sawaerma, asmat barat, jila, timur pelebaga, kenyam, mapenduma mbuwa, mugi, wosak yigi papua, pusat, ilmu, pengetahuan nabire nduga, paniai pegunungan, bintang, puncak puncak jaya, kabupaten, nduga

Page 24

Tags (tagged): kabupaten nduga, unkris, koordinat, provinsi papua kode, area, undang, nomor 6 tahun, 28 bersama, sama, makki selatan sawaerma, asmat barat, jila, timur pelebaga, kenyam, mapenduma mbuwa, mugi, wosak yigi papua, pusat, ilmu, pengetahuan nabire nduga, paniai pegunungan, bintang, puncak puncak jaya, kabupaten, nduga

Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 2, 2 Lacertae, 2 Letters of John, 2 Maret, 2 Mei, 2005 UEFA Champions League Final, 2005 UEFA Super Cup, 2006, 2006 African Cup, 2013 Qatar motorcycle Grand Prix, 2013-14 UEFA Women 's Champions League, 2014, 2014 (film), 2181, 2182, 2183, 2184, 2340, 2341, 2342, 2343

Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 2, 2 Lacertae, 2 Letters of John, 2 Maret, 2 Mei, 2005 UEFA Champions League Final, 2005 UEFA Super Cup, 2006, 2006 African Cup, 2013 Qatar motorcycle Grand Prix, 2013-14 UEFA Women 's Champions League, 2014, 2014 (film), 2181, 2182, 2183, 2184, 2340, 2341, 2342, 2343

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA