Manusia pada masa lampau membangun rumah dengan bahan

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.
Cari sumber: "Bangunan" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan rumah atau gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.

Berbagai contoh bangunan sepanjang sejarah

Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya sebagai sarana pemberi rasa aman, dan nyaman.

Contoh bangunan yang paling sering kita lihat yaitu jembatan beserta konstruksi, dan rancangannya, jalan, serta sarana telekomunikasi. Secara umum, peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik-teknik bangunan maupun sarana, dan prasarana yang dibuat maupun ditinggalkan oleh warisan manusia dalam perjalanan sejarahnya.

Karena bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan bangunan, dan menunjang dalam membuat suatu bangunan. Adapun ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bangunan adalah arsitektur dan teknik sipil. Bahkan penggunaan trigonometri dalam matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir kuno dalam membangun Piramida.

Pada awalnya, manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana, dan prasarana serta infrastruktur dalam kehidupannya. Sebagai contoh yaitu pemanfaatan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian peradaban manusia berkembang dengan memanfaatkan apa yang ada di alam, seperti batu, tanah, dan kayu, sebagai bahan baku untuk membuat suatu infrastruktur. Pada masa berikutnya, peradaban berkembang lagi dengan ditemukannya bahan-bahan tambang yang bisa digunakan untuk membuat alat maupun benda yang mampu menopang sebuah bangunan, seperti halnya barang logam, serta mengolah bahan-bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir, dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan-bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahan bakunya diambil dari alam.

Sejak ditemukannya lukisan-lukisan di dalam dinding gua, sejak itulah manusia juga menjadikan bangunan sebagai objek kanvas dalam mengekspresikan suatu keindahan. Dalam beberapa tahun terakhir, faktor keindahan juga menjadi poin penting dalam pendirian suatu bangunan.

Bangunan pertama di Bumi diyakini telah ada sejak 500.000 tahun yang lalu berbentuk pemukiman penduduk setempat.

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal disebut dengan rumah, sedangkan tempat tinggal yang berupa gedung pencakar langit yang dibagi menjadi beberapa unit hunian disebut apartemen. Bahan material pembuat bangunan antara lain kayu, batu, semen, dan lain-lain.

Sebuah bangunan biasanya dirancang, dikembangkan, dan didirikan oleh sekelompok profesional, dan pengembang properti. Adapun tim proyek ini antara lain:

  • Pengembang real estate
  • Lembaga keuangan atau investor
  • Pemerintah setempat
  • Surveyor
  • Manajer konstruksi
  • Arsitek dan insinyur
  • Desainer interior
  • Kontraktor
  • Marketing atau agen properti

Terlepas dari peran mereka dalam mendirikan bangunan, pendirian semua bangunan di Indonesia harus memenuhi peraturan, dan standar yang berlaku.

Umumnya bahan bangunan yang digunakan manusia antara lain: batu, pasir, kayu, batu-bata, semen, asbes, besi, baja.

Sistem penghubung antar lantai di suatu bangunan bertingkat meliputi:

  • Tangga
  • Eskalator
  • Lift

Bangunan mungkin akan mengalami kerusakan saat pembangunan atau selama perawatan. Ada beberapa faktor penyebab kerusakan ini antara lain kebakaran, kecelakaan, dan bencana alam. Bangunan juga bisa runtuh karena pemeliharaan yang kurang baik atau teknik pembangunan yang tidak tepat.

  • Arsitektur
  • Candi
  • Konstruksi
  • Teknik sipil

 

Artikel bertopik bangunan dan struktur ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bangunan&oldid=19492401"

Proses mendirikan bangunan di Indonesia menggunakan putih telur. (dok. MI)

Jakarta: Banyak hal yang menarik dan unik jika membicarakan bangunan tua, terlebih dari segi aristektur. Dengan material seadanya, orang zaman dahulu mampu mendirikan bangunan yang tetap kokoh hingga saat ini. Tak hanya di luar negeri, Indonesia juga memiliki banyak bangunan megah berusia tua yang menjadi bagian dari peradaban. Berbekal teknologi seadanya, manusia pada masa lalu mendirikan bangunan dengan proses dan teknik yang mungkin bikin Anda terperangah. Salah satu keunikan proses mendirikan bangunan di Indonesia yaitu menggunakan putih telur. Biasanya, cairan bening dan kental dari telur itu dikombinasikan dengan kapur dan dijadikan sebagai perekat pengganti semen. Mengingat, produksi semen baru dimulai setelah didirikan NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) atau dikenal dengan nama PT Semen Padang. Pabrik semen tertua di Indonesia itu berdiri pada 18 Maret 1910. Sebelum kehadiran industri semen, putih telur menjadi andalan perekat bangunan. Meski tidak diketahui kapan dan siapa pencetusnya, penggunaan putih telur sebagai perekat material mulai berkembang di beberapa daerah.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini bangunan tua ikonik yang mengandalkan putih telur sebagai perekat pengganti semen.

Benteng Somba Opu dibangun pada 1525. Putih telur diandalkan sebagai bahan perekat bangunan yang dibangun oleh Sultan Gowa ke IX Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Kallona. Benteng yang sempat menjadi pusat perdagangan pada abad 16 itu memiliki luas 1.500 hektare. Bangunan tersebut dipagari oleh dinding tebal.

Sayangnya, bangunan setinggi 7-8 meter itu dihancurkan oleh VOC pada 1669. Kondisi reruntuhan bangunan Benteng Somba Opu semakin parah karena sering terendam ombak pasang.


(dok. MI) Masjid Sultan Riau dibangun sekitar tahun 1761 hingga 1812. Saat itu, Sultan Kerajaan Riau Yang Dipertuan Muda Raja Abdurrahman berinisiatif memperluas masjid yang dulunya merupakan bangunan kayu. Perluasan dilakukan karena tidak mampu lagi menampung jemaah. Imbauan itu pun disambut baik oleh masyarakat. Bentuk dukungan berupa membantu menyumbangkan berbagai bentuk bantuan, seperti tenaga, bahan bangunan hingga makanan. Saat itu, makanan yang paling banyak disumbangkan adalah telur. Karena mulai bosan mengonsumsi telur, pekerja pun mengakalinya dengan hanya memakan kuningnya saja. Sedangkan putih telur dibuang.

Tidak ingin terbuang sia-sia, putih telur itu pun dimanfaatkan sebagai bahan perekat. Saat itu, cairan bening itu dikombinasikan dengan pasir dan kapur. Ternyata campuran tersebut mampu membuat Masjid Sultan Riau berdiri kokoh hingga saat ini.


(dok. MI) Taman Sari dibangun saat pemerintahan Raja Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sebanyak 57 bangunan didirikan di atas kompleks seluas 10 hektar tersebut. Pembangunan Taman Sari diarsiteki oleh Tumenggung Mangundipura. Struktur bangunan didominasi oleh batu bata. Batu cetak yang terbuat dari tanah liat itu kemudian direkatkan menggunakan putih telur.  

Kompleks Pemandian Tamansari terdiri dari empat bagian, yaitu danau buatan, Pemandian Umbul Binangun, Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati.


(dok. MI) Jam Gadang tidak hanya unik dari segi penunjuk waktu yang berada di puncak menara tersebut. Teknik arsitektur landmark Kota Bukittinggi, Sumatera Barat itu juga cukup memukau. Jam Gadang dibangun pada 1926 sebagai hadiah Ratu Belanda kepada Sekretaris Fort de Kock Rook Maker. Bangunan setinggi 26 meter itu diarsiteki oleh Jazid Radjo Mangkuto. Meski PT Semen Padang sudah berdiri sejak 1910, pembangunan Jam Gadang tidak menggunakan semen. Arsitektur lebih memilih menggunakan adukan putih telur, kapur dan pasir. Uniknya lagi, Jam Gadang tidak menggunakan besi penyangga. Seiring berjalannya waktu, semen dan batu bata mulai digunakan dalam beberapa kali proses pemugaran. 

Editor : Rizkie Fauzian

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA