Pertanyaan Lain: Sejarah
Sejarah, 20.08.2019 15:44, william9786
3,6-1/3 mohon di bantu ya kakak soalnya besok mau di kumpulkan mohon di bantu ya kakam
Jawaban: 1
Sejarah, 11.05.2015 12:17, icha495980
Tujuan sistem ekonomi gerakan benteng adalah.. (a) meningkatkan kegiatan ekspor dan impor di bidang pertanian (b) menambah dan meningkatkan devisa negara setinggi - tingginya (c) menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat indonesia (d) meningkatkan kemampuan pengusaha indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain (e) memberikan pinjaman kepada para pengusaha besar untuk modal usaha
Jawaban: 2
Sejarah, 24.05.2018 02:40, rahmi9681
Bisa berikan gambar persebaran peralatan manusia purba?
Jawaban: 1
Sejarah, 22.08.2019 02:10, Nezyanose
Mengapa unesco menetapkan purba sangiran sebagai warisan budaya dunia
Jawaban: 1
Pertanyaan:
Agus, Sudirman. 2000. Budaya Daerah: Muatan Lokal Pendidikan Dasar
Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Rokanhulu Provinsi Riau. Pekanbaru: Panca Abdi.
Agus, Sudirman. (ed). 2005. Puteri Si Kombang Bungo: Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Kampar. Kampar: Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni
Budaya Kabupaten Kampar.
Anwar, Syair., Umar Amin, Ahmad Yusuf, dan Suwardi Ms. 1977/1978. Sejarah Daerah Riau. Proyek penelitian & pencatatan kebudayaan daerah departemen pendidikan Kebudayaan.
Ellfeldt, Lois. A Primer For Choreographers. 1977. Pedoman Dasar Penata Tari, terjemahan Sal Murgiyanto. Jakarta: Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta.
Hadi, Y.Sumandiyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi.
Hadi, Y.Sumandiyo. 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Buku
Pustaka.
Hadi, Y.Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Hadi, Y.Sumandiyo. 2017. Koreografi Ruang Proscenium. Yogyakarta: Cipta Media & BP.ISI Yogyakarta.
Hawkins, Alma. NM. Creating Through Dance. 1990. Mencipta Lewat Tari, terjemahan Y. Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.
Heriyawati, Yanti. 2016. Seni Pertunjukan dan Ritual. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Husny, T.H.M. Lah. 1986. Butir-Butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia & Daerah.
Jamil, O.K. Nizami. 2009. Pembakuan Tari Persembahan (Provinsi Riau). Lembaga Adat Melayu Riau.
M.A Effendi. 1989. Pakaian Adat Tradisional Daerah Riau. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan: tanpa penerbit.
Martono, Hendro. 2010. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan.
Yogyakarta: Cipta Media.
Martono, Hendro. 2012. Koreografi Lingkunan, Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta: Cipta Media.
Martono, Hendro. 2015. Ruang Pertunjukan dan Berkesenian. Yogyakarta: Cipta Media.
Meri, La. Dances Composition the Basic Elements. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, terjemahan Soedarsono, Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.
Prasetyo, Yanu Endar. 2010. Mengenal Tradisi Bangsa. Yogyakarta: IMU.
Samin, Suwardi Bin Mohammad. 2013. Diaspora Melayu Perantauan dari Riau ke Tanah Semenanjung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bekerja sama dengan Alaf Riau Pekanbaru.
Sinar, Tengku Mira. 2011. Teknik Pembelajaran Dasar Tari Melayu Tradisional, Koreografi: Alm. Guru Sauti. Yogyakarta: Yayasan Kesultanan Serdang bekerjasama dengan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Yogyakarta.
Smith, Jaqcueline. Dance Compotition: A Practical Guide to Creative Succes in Dance Making. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta.
Soedarso Sp. 2006. Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan
Seni. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Umar, Said Mahmud., Wan Ghalib, Marbakri, Burhan Yunus. 1977/1978. Adat Istiadat Daerah Riau. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan
Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Widaryanto, F.X. 2009. Koreografi. Bandung: Jurusan Tari STSI Bandung.
Sudirman Agus, usia: 69 thn. Pekerjaan: Budayawan.
Kampar Wan Harun Ismail, usia: 32 thn. Pekerjaan: Dosen AKMR (Akademi
Kesenian Melayu Riau).
Video karya tari yang berjudul“Kampuong Taghondam” (2014). Dapat dilihat di youtube.
Video komposisi “Tari Poncak” (2010) yang dipublikasikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kampar.
Video karya tugas akhir penciptaan tari ISI Yogyakarta dengan judul “Tun
Fatimah” (2016) oleh Yola Utari Asmara. Dapat dilihat di youtube.
Video dokumentasi Upacara Adat Balimau Kasai Potang Mogang (2014). Dapat dilihat di youtube.
Video dokumentasi dengan judul “Balimau Kasai 2013 Batubelah” (2013). Dapat dilihat di youtube.
TEMPO.CO, Jakarta - Satu tradisi menjelang Ramadan yang sangat melekat pada masyarakat di Kabupaten Kampar di Riau, yaitu tradisi mandi balimau kasai.
Balimau kasai sendiri merupakan tradisi yang menggunakan jeruk nipis, jeruk purut atau jeruk kapas sebagai bahan utamanya sehingga itulah asal kata balimau diambil dari bahasa ocu suku di Kabupaten Kampar, sedangkan kasai merupakan ramuan atau wewangian, biasanya diambil dari bunga berfungsi sebagai pengharum badan dan pendingin kepala, dipercaya dapat menghindarkan diri dari pemikiran jahat dan buruk
Pelaksanaan yang hanya dilakukan selama sekali setahun ini dianggap masyarakat setempat sebagai tradisi yang sakral dan ditunggu-tunggu. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan sore hari menjalang puasa Ramadan, sebagai ekspresi syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa sekaligus simbol menyucikan diri.
Tradisi yang terus dilestarikan, bahkan didukung pemerintah daerah setempat ini, diketahui awal mulanya sekali dilaksanaakan di Desa Alam Panjang, desa ini dekat dengan Sungai Kampar dan dekat dengan desa lainnya seperti Desa Pulau Baru, Padang Mutung, Pauh, dan Pulau Tinggi yang berada di seberangan.
Baca: Muhammadiyah Umumkan 1 Ramadan Bertepatan dengan 13 April 2021
Menurut sejarah sebelum pelaksanaan mandi balimau kasai ini dilaksanakan, ada serangkai acara yang dilakukan terlebih dahulu seperti santunan kepada anak yatim, diselingi materi keagaamann yang disampaikan seorang ustaz seputar Ramadan atau topik-topik Islam lainnya. Dilanjutkan kemudian dengan acara makan bajambau.
Asal kata bajambau sendiri berasal dari Jambau tempat makanan siap santap atau dikenal juga dulang berkaki atau talam, dan makna bejambau sendiri makan bersama dalam satu hidangan yang diisi oleh lima orang dalam satu sajian.
Acara ini turut dihadiri oleh seluruh tokoh masyarakat, pemangku adat (ninik-mamak)1 serta seluruh masyarakat dan kalangan muda-mudi, yang di dalam perkumpulan tersebut saling berjumpa dan menyapa lantas saling memohon maaf atas kesalahan masing-masing untuk menyambut hari Ramadan.
Sudah satu Ramadan terlewati, tahun lalu kegiatan mandi balimau kasai ini tidak dapat dilakukan karena pandemi Covid-19 untuk mencegah penyebaran virus itu melalui kerumuman warga. Walaupun demikian, tak perlu khawatir, keluarga di rumah tetap bisa merasakan mandi balimau kasai yang dilakukan di rumah masing-masing, melanjutkan tradisi lanjutan yang lain seperti menyantuni anak yatim, makan bajambau dan saling bermaafan dengan sanak saudara.
TIKA AYU
Kearifan Lokal dalam Tradisi Mandi Balimau Kasai: Peran Pemangku Adat untuk Menjaga Nilai-nilai Islam di Desa Alam Panjang Kec. Rumbio Jaya Kab. Kampar Prov. Riau
Razali Pebrianto, Heri Saputra, Nurhasanah Bakhtiar
Penelitian ini dilakukan di Desa Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai Islam dan kearifan lokal masyarakat Melayu dari tradisi Mandi Balimau Kasai menurut adat Kampar. Penelitian ini adalah penelitian survey, yaitu peneliti turun ke lapangan dan melakukan wawancara. Cara pengambilan sampelnya dengan Purposive Sampling. Instrumen data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan keistimewaan Mandi Balimau Kasai merupakan acara adat yang mengandung nilai sakral yang khas. Mandi Balimau Kasai memiliki nilai-nilai Islam diantaranya sebagai wujud rasa syukur menyambut bulan Ramadhan karena telah diberikan nikmat oleh Allah, serta sebagai acara mensucikan diri secara zahiriyah. Mandi Balimau Kasai juga sebagai sarana silaturrahmi memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim dengan saling mengunjungi dan meminta maaf kepada sesama. Tetapi, ajang yang semula dijadikan penyucian diri berubah makna menjadi ajang cari jodoh dan mandi bersama pasangan yang bukan mahram.
Kata Kunci: Mandi Balimau Kasai, tradisi, kearifan lokal, nilai-nilai Islam.
Arman, F., & Jonyanis. (2015). Persepsi Masyarakat terhadap Tradisi Balimau Kasai di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2(2), 1–15. Retrieved from //jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/7409
Iballa, D. K. M. (2016). Tradisi Mandi Balimau di Masyarakat Kuntu: Living Hadis Sebagai Bukti Sejarah. Jurnal Living Hadis, 1(2), 275. //doi.org/10.14421/livinghadis.2016.1122
Sejarah Tradisi Belimau Kasai untuk Menyambut Ramadhan. (n.d.). Retrieved July 11, 2019, from //riauberbagi.blogspot.com/2015/11/belimau-kasai.html
Suganda. (2017). Balimau Kasai: Antara Adat, Ritual dan Agama. Retrieved July 11, 2019, from //sugandaweb.wordpress.com/2017/05/26/balimau-kasai-antara-adat-ritual-dan-agama/
DOI: //dx.doi.org/10.30829/juspi.v3i1.3172
- There are currently no refbacks.