Kisah ashabul kahfi yang diabadikan di dalam alquran termasuk tanda-tanda

Ashabul kahfi tertidur selama ratusan tahun. Ini fenomena di luar nalar yang menjadi salah satu bukti kekuasaan Allah. Kisahnya pun diabadikan dalam Al Quran.

Bagi orang beriman, mudah saja meyakini kebenaran Ashabul Kahfi. Segala pesan dan kisah yang tercantum dalam Al Quran adalah kalam Allah yang kebenarannya tidak terbantahkan. Namun bagi orang yang belum sepenuhnya beriman, kisah Ashabul Kahfi bisa jadi hanya dianggap sebagai dongeng atau karangan belaka.

Kisah Ashabul Kahfi 

Umroh.com merangkum, Surat Al Kahfi menceritakan tentang sekelompok pemuda yang lari dari pemerintahan yang dzalim. Mereka memilih lari dan menyelamatkan diri, karena mendapat ancaman hukuman dari kerajaan. Raja menghendaki seluruh rakyatnya menyembah berhala, dan mengancam akan menyiksa hingga membunuh siapa saja yang menolak. Sedangkan mereka termasuk kelompok orang yang menolak menyembah berhala. 

Baca juga: Kisah Utsman bin Affan yang Membeli Sumur Milik Yahudi

Para pemuda ini kemudian memutuskan lari ke gunung. Jumlah mereka adalah tiga, lima, atau tujuh. Sementara yang mengetahui jumlah pasti mereka hanyalah Allah SWT. Dalam surat Al Kahfi ayat 22 Allah berfirman, “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya”. Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka”.

Selanjutnya mereka berdiam di dalam gua. Dan Allah menurunkan pertolongan yang luar biasa. Allah menidurkan mereka selama 309 tahun. Surat Al Kahfi ayat 25 menjelaskan, “Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun”. Ketika bangun, mereka menerka-nerka berapa lama telah tertidur. Di antara mereka, ada yang menjawab satu hari, atau setengah hari.

Mengimani Peristiwa Ashabul Kahfi 

Lama mereka tertidur itulah yang membuat kita tercengang. Bagaimana mungkin manusia biasa tidur selama ratusan tahun, kemudian bangun dalam keadaan normal? 

Sebagai orang beriman, kita wajib mempercayai peristiwa Ashabul Kahfi sebagai bukti kekuasaan Allah. Sebagaimana Allah menciptakan alam semesta dan fenomena-fenomena alam yang kita saksikan selama ini. Ibnu Katsir menuturkan, “apa yang terjadi pada Ashabul Kahfi bukanlah hal yang mengherankan, apabila kita menilik kekuasaan Allah yang lain. Seperti penciptaan langit, bumi, pergantian siang dan malam, penundukan bulan bintang, dan lainnya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang istimewa pada kisah Ashabul Kahfi, sehingga Allah tidak sanggup melakukannya”. 

Baca juga: Sudahkah Anda Sholat Hari Ini? Yuk Lihat Jadwalnya di Sini!

Fenomena Ashabul Kahfi dari Segi Ilmiah 

Ribuan tahun telah berlalu. Kini bermunculan teori-teori yang menjelaskan fenomena Ashabul Kahfi secara ilmiah. Menurut para ilmuwan, fenomena Ashabul Kahfi sangat mungkin terjadi jika dijelaskan dengan teori berikut.

1. Allah Menghentikan Fungsi Indera Pendengaran Mereka 

Surat Al Kahfi ayat 11 menyampaikan, “Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu”. Padahal telinga merupakan indera yang berfungsi tanpa henti. Baik dalam kondisi terjaga maupun tertidur. 

Fungsi indera pendengaran ini adalah untuk menghubungkan manusia dengan dunia luar, meskipun dalam kondisi tidur. Selain itu juga untuk membantu kerja tubuh secara menyeluruh.  Ketika telinga berhenti berfungsi, misalnya saat kita dibius atau tidur, sistem operasi utama dan sistem panas tubuh akan menurun. Ini cara agar manusia terputus dari dunia luar. 

Dengan demikian, sistem di dalam tubuh akan tetap terjaga dari hilangnya fungsi. Sehingga seseorang akan tetap hidup dengan kerja sistem tubuh yang minim. Kondisi berhentinya indera pendengar juga membuat katalisator bagian dalam tidak berfungsi. Akibatnya, mereka tidak akan terbangun karena lapar, haus, sakit, atau terkejut. 

Jadilah tamu Allah dengan temukan paketnya cuma di Umroh.com!

[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]

2. Allah Melindungi Tubuh Mereka 

Saat Ashabul Kahfi tidur di dalam gua, Allah melindungi tubuh mereka dengan cara ‘unik’. Surat Al Kahfi ayat 18 menjelaskan, “Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka”. 

Baca juga: Punya Rencana untuk Pergi Umroh? Yuk Wujudkan Rencana Anda di Sini!

Tak seperti cara tidur manusia kebanyakan, Ashabul Kahfi tidur dengan mata terbuka dan tertutup (berkedip) seperti orang bangun, serta tubuh yang terus bergerak. Orang yang melihatnya akan mengira mereka bangun, padahal mereka tidur. Berkedipnya mata berfungsi untuk menjaga mata dari kebutaan. Mereka juga dibuat membolak-balikkan tubuh agar tetap terjaga dari binatang tanah yang dapat memakan tubuh mereka saat lapisan luar kulit membusuk atau saat pembuluh darah dan paru-paru menggumpal.

Di samping itu, aktivitas menggerakkan tubuh akan membuat Ashabul Kahfi mendapat sinar matahari yang cukup. Di surat Al Kahfi ayat 17 Allah berfirman, “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya”. 

Sinar matahari sangat penting untuk menjaga tubuh tetap bersih, sehat, menguatkan tulang dan kulit, serta membentuk vitamin D.  

Baca juga: Kisah Abdah yang Disebutkan Murtad di Akhir Hayat

Kondisi yang terjadi pada Ashabul Kahfi bisa dijelaskan secara ilmiah, namun sampai saat ini tidak ada seorang pun yang bisa menciptakan kondisi demikian. Diabadikannya Ashabul Kahfi dalam Al Quran menjadi pesan bagi kaum mukmin agar senantiasa beriman kepada Allah SWT.

Ini Bukti Arkeologi Kisah Ashabul Kahfi, Pemuda yang Tidur 309 Tahun di Gua (Foto: Ruptly TV)

Kastolani Rabu, 30 Maret 2022 - 18:02:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Kisah Ashabul Kahfi yakni 7 pemuda beriman yang ditidurkan oleh Allah SWT di dalam gua selama ratusan tahun bersama seekor anjing diabadikan dalam Al Quran, Surat Al Kahfi ayat 9-26.

Nama 7 pemuda ashabul kahfi dan anjingnya yakni, Makslimina, Yamlikha, Martunus, Kastunus, Bairunus, Yathbunus dan Thamlika. Sedangkan nama anjingnya yakni Qithmir. Pendapat lain seperti dari Syab Al-Jubai mengatakan bahwa nama anjing tersebut adalah Hamran. Namun, hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. 

Kisah Ahabul Kahfi yakni tujuh pemuda yang ditidurkan di dalam gua ini disebutkan dalam Al Quran. Allah SWT berfirman:

{وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا (25) قُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا لَهُ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَبْصِرْ بِهِ وَأَسْمِعْ مَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا (26) }

Artinya: Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan di­tambah sembilan tahun (lagi). Katakanlah, "Allah lebih mengeta­hui berapa lamanya mereka tinggal (di gua), kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya. tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dari-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan." (QS. Al Kahfi Ayat 25-26).

Dalam Tafsir Ibnu Kasir diterangkan apa yang disebutkan dalam kedua ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah SWT kepada Rasul-Nya tentang lamanya masa yang dijalani oleh para pemuda penghuni gua dalam gua mereka. Yakni sejak Allah menidur­kan mereka hingga Allah membangunkan mereka dan orang-orang yang ada di masa itu dapat menjumpai mereka. 

Disebutkan bahwa masa itu adalah 309 menurut perhitungan tahun Qamariyah. Sedangkan menurut tahun Syamsiyyah, masa mereka adalah 300 tahun. 

Namun, berapa lamanya tujuh pemuda ditidurkan dalam gua itu hanya Allah yang tahu. Sebagaimana dalam firman-Nya:

{قُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا}

Artinya: Katakanlah, "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua).” (Al-Kahfi: 26)

Lari dari Kejaran Raja Diqyanus

Tujuh pemuda tersebut bersama seekor anjingnya diselamatkan Allah SWT dari kejaran Raja Diqyanus yang dzalim. Gua tempat para pemuda mengungsi itu berada di Kota Aman, Yordania.

اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا

Artinya: Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (QS. Al Kahfi ayat 9)

Ad-Dahhak mengatakan, kahfi adalah sebuah gua yang ada di lem­bah itu, sedangkan ar-raqim adalah nama lembah tersebut.

Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama bukit itu adalah Banglius. Ibnu Juraij mengatakan nama gua tersebut adalah Haizam.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ar-raqim adalah sebuah prasasti. 

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, raqim adalah sebuah prasasti yang tertulis pada sebuah batu; mereka menulis kisah ashabul kahfi padanya, kemudian meletakkannya di pintu gua itu.

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

Artinya: (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa:"Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS. Al Kahfi ayat 10)

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa tujuh pemuda yang melarikan diri dengan membawa agamanya agar agama mereka selamat dari gangguan kaum­nya yang pasti akan memfitnah mereka. 

Mereka lari memisahkan diri dari kaumnya, lalu berlindung di dalam gua yang berada di suatu bukit, sebagai tempat persembunyian mereka agar kaumnya tidak tahu keber­adaan mereka. Ketika hendak memasuki gua itu, mereka memohon kepa­da Allah agar rahmat dan kelembutan-Nya dilimpahkan kepada diri mere­ka. 

Kemudian mereka berdoa sebelum masuk ke dalam gua agar mendapat anugerah dan rahmat Allah, serta petunjuk yang lurus.

Maka pada saat itulah mereka melarikan diri dari kaumnya dan berlindung di dalam sebuah gua. Ketika kaum mereka merasa kehilangan mereka, raja mereka mencari-cari mereka. 

Menurut suatu riwayat, si raja tidak berhasil mene­mukan mereka karena Allah menjadikan mata raja itu tidak dapat melihat mereka.

Awalnya, ketujuh pemuda itu keluar menuju tempat perayaan kaumnya; setiap tahun kaum­nya selalu mengadakan perayaan di suatu tempat yang terletak di luar kota mereka.

Mereka adalah para penyembah berhala dan taghut, dan selalu meng­adakan kurban penyembelihan hewan untuk berhala sesembahan mereka. Raja mereka saat itu adalah seorang yang diktator lagi keras kepala, bernama Dekianus. 

Raja Diqyanus menganjurkan rakyatnya untuk melakukan hai tersebut, menyeru serta memerintah mereka Untuk menyembah berhala dan berkurban untuk berhala.

Ketika orang-orang keluar menuju tempat pertemuan mereka dalam hari raya itu, para pemuda tersebut ikut keluar bersama bapak-bapak mereka dan kaumnya untuk menyaksikan apa yang diperbuat oleh kaum­nya dengan mata kepala sendiri.

Setelah menyaksikan perayaan itu, mereka mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya —yaitu bersujud kepada berhala dan ber­kurban untuknya— tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi. Maka para pemuda itu melolos­kan diri masing-masing dari kaumnya dan memisahkan diri di tempat yang terpisah jauh dari mereka.

Pada mulanya seseorang dari mereka duduk bernaung di bawah pohon, lalu datanglah pemuda lain ikut duduk bergabung dengannya. Kemudian datang lagi pemuda yang lain. Demikianlah seterusnya hingga semuanya berkumpul di tempat tersebut, tanpa saling mengenal di antara sesama mereka.

Masing-masing dari mereka menutup diri dari yang lainnya karena takut pribadinya terbuka, sedangkan dia tidak mengetahui apakah teman­nya itu seakidah dengannya ataukah tidak? Akhirnya salah seorang dari mereka memberanikan diri mengatakan, 

"Hai kaumku, kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya tiada yang menjauhkan kalian dari kaum kalian hingga kalian memisahkan diri dari mereka kecuali karena suatu alasan, maka hendaklah kita mengutarakan tujuannya masing-masing."

Seseorang dari mereka menjawab, "Sesungguhnya saya, demi Allah, setelah melihat apa yang dilakukan oleh kaum saya menyimpulkan bahwa apa yang mereka lakukan itu batil. Karena sesungguhnya yang berhak disembah semata dan tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu hanyalah Allah, Yang telah menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya."

Yang lainnya mengatakan, "Saya pun mempunyai pemikiran yang sama dengan apa yang dia katakan," dan yang lainnya lagi mengatakan hal yang sama, hingga mereka semua sepakat dalam suatu kalimat dan ternyata mereka senasib dan sepenanggungan; mereka menjadi bersauda­ra yang sebenarnya dalam ikatan iman. Lalu mereka membangun sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Allah.

Tetapi kaum mereka mengetahuinya dan melaporkan keadaan mere­ka kepada raja mereka. Raja memanggil mereka, lalu menanyai urusan mereka dan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka menjawab dengan jawaban yang benar dan menyeru raja untuk menyembah Allah SWT. 

Namun, Raja Diqyanus marah mendengar ajakan para pemuda tersebut. Raja memerintahkan para pengawalnya untuk membunuh mereka hingga membuat ketujuh pemuda itu lari menyelamatkan diri dan bertemu di gua.

Selama berada di tempat persembunyiannya di gua, ketujuh pemuda itu atas izin Allah ditidurkan selama 309 tahun. 

Mereka kemudian dibangunkan oleh Allah dari tidurnya. Wajah mereka pun berseri-sering dan saling bertanya berapa lama tidur di gua. Sebagian dari tujuh pemuda itu lalu berkata bahwa hanya Allah yang tahu berapa lama mereka ditidurkan.

Setelah itu, mereka keluar dari gua dan mencari makan ke kota. Ketujuh pemuda itu kaget karena keadaan kota sudah berubah dan banyak orang yang sudah beriman kepada Allah SWT.

Tidak berapa lama kemudian, ketujuh pemuda itu meninggal dunia. Ashabul kahfi ini mengajarkan bagi Muslim untuk tetap berpegang teguh kepada keimanan di mana pun dan dalam kondisi apa pun.

Wallahu A'lam Bishshawab


Editor : Kastolani Marzuki

​ ​

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA