Ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau memanfaatkan sumber daya yang tersedia disebut dengan

Ketimpangan sosial atau Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan di mana terjadi kesenjangan, ketimpangan, ataupun ketidaksamaan akses untuk memanfaatkan sumber daya yang terjadi dalam suatu masyarakat. Ketimpangan sosial berarti tidak seimbang atau terjadi jarak di tengah masyarakat. Hal ini disebabkan adanya perbedaan status sosial, ekonomi, maupun budaya.[1]

Peta dunia yang menunjukkan Indeks Pengembangan Manusia terkait Kesenjangan 2014. Indeks tersebut menangkap Pengembangan Manusia dari rata-rata orang dalam masyarakat, yang kurang saat terdapat kesenjangan dalam persebaran kesehatan, pendidikan dan pendapatan.

Kesenjangan sosial terjadi saat sumber daya yang ada di dalam suatu masyarakat tidak tersebar secara merata, yang menimbulkan pola-pola khusus berdasarkan kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial. Kesenjangan sosial dihasilkan oleh perbedaan kekuasaan, agama, kekerabatan, martabat, ras, etnisitas, gender, usia dan golongan. Kesenjangan sosial berkaitan dengan kesenjangan ekonomi, yang biasanya dideskripsikan atas dasar distribusi pemasukan atau kekayaan yang tidak merata, merupakan jenis kesenjangan sosial yang sering diteliti. Ilmu ekonomi dan sosiologi secara aktif menggunakan pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk meneliti dan menjelaskan kesenjangan ekonomi. Namun, sumber daya alam dan sosial selain sumber daya ekonomi murni juga tak tersebar secara merata dalam sebagian besar masyarakat dan dapat menghasilkan status sosial yang berbeda-beda. Norma-norma alokasi dapat berdampak pada distribusi hak dan kewajiban, kekuasaan sosial, akses pada barang-barang publik seperti pendidikan atau sistem yudisial, perumahan, transportasi, kredit dan jasa keuangan seperti perbankan dan barang dan jasa sosial lainnya.

  • Abel, T (2008). "Cultural capital and social inequality in health". Journal of Epidemiology and Community Health. 62 (7): e13. doi:10.1136/jech.2007.066159. 
  • Acker, Joan (1990). "Hierarchies, jobs, bodies: a theory of gendered organizations". Gender and Society. 4: 139–58. doi:10.1177/089124390004002002. 
  • Bourdieu, Pierre. 1996.The State Nobility: Elite Schools in the Field of Power, translated by Lauretta C. Clough. Stanford: Stanford University Press.
  • Brennan, S (2009). "Feminist Ethics and Everyday Inequalities". Hypatia. 24 (1): 141–159. doi:10.1111/j.1527-2001.2009.00011.x. 
  • Brenner, N (2010). "Variegated neoliberalization: geographies, modalities, pathways". Global networks. 10 (2): 182–222. doi:10.1111/j.1471-0374.2009.00277.x. 
  • Coburn, D (2004). "Beyond the income inequality hypothesis: class, neo-liberalism, and health inequalities". Social Science & Medicine. 58 (1): 41–56. doi:10.1016/s0277-9536(03)00159-x. 
  • Esping-Andersen, Gosta. 1999. "The Three Worlds of Welfare Capitalism." In The Welfare State Reader edited by Christopher Pierson and Francis G. Castles. Polity Press.
  • Wilkinson, Richard; Pickett, Kate (2009). The Spirit Level: Why More Equal Societies Almost Always Do Better. Allen Lane. ISBN 978-1-84614-039-6. 
  • Frankfurt, H (1987). "Equality as a Moral Ideal". Ethics. 98 (1): 21–43. doi:10.1086/292913. 
  • Cruz, Adrienne and Sabine Klinger (2011). Gender-based violence in the world of work International Labour Organization
  • Goldthorpe, J. H. (2010). "Analysing Social Inequality: A Critique of Two Recent Contributions from Economics and Epidemiology". European Sociological Review. 26 (6): 731–744. doi:10.1093/esr/jcp046. 
  • Irving, D (2008). "Normalized transgressions: Legitimizing the transsexual body as productive". Radical History Review. 100: 38–59. doi:10.1215/01636545-2007-021. 
  • Jin, Y.; Li, H.; et al. (2011). "Income inequality, consumption, and social-status seeking". Journal of Comparative Economics. 39 (2): 191–204. doi:10.1016/j.jce.2010.12.004. 
  • Lazzarato, M (2009). "Neoliberalism in Action: Inequality, Insecurity and the Reconstitution of the Social". Theory, Culture & Society. 26 (6): 109–133. doi:10.1177/0263276409350283. 
  • Mandel, Hadas (2012). "Winners and Losers: The Consequences of Welfare State Policies for Gender Wage Inequality". European Sociological Review. 28: 241–262. doi:10.1093/esr/jcq061. 
  • Ortiz, Isabel & Matthew Cummins. 2011. Global Inequality: Beyond the Bottom Billion – A Rapid Review of Income Distribution in 141 Countries. United Nations Children's Fund (UNICEF), New York.
  • Pakulski, J.; Waters, M. (1996). "The Reshaping and Dissolution of Social Class in Advanced Society". Theory and Society. 25 (5): 667–691. doi:10.1007/bf00188101. 
  • Piketty, Thomas (2014). Capital in the 21st century. Belknap Press.
  • Sernau, Scott (2013). Social Inequality in a Global Age (4th edition). Thousand Oaks, CA: Sage.
  • Stanley, E. A. 2011. "Fugitive flesh: Gender self-determination, queer abolition, and trans resistance." In E. A. Stanley & N. Smith (Eds.), Captive genders: Trans embodiment and the prison industrial complex (pp. 1–14). Edinburgh, UK: AK Press.
  • Stiglitz, Joseph. 2012. The Price of Inequality. New York: Norton.
  • United Nations (UN) Inequality-adjusted Human Development Report (IHDR) 2013. United Nations Development Programme (UNDP).
  • Weber, Max. 1946. "Power." In Max Weber: Essays in Sociology. Translated and Edited by H.H. Gerth and C. Wright Mills. New York: Oxford University Press.
  • Weeden, K. A.; Grusky, D. B. (2012). "The Three Worlds of Inequality". American Journal of Sociology. 117 (6): 1723–1785. doi:10.1086/665035. 
  • Wright, E. O. (2000). "Working-Class Power, Capitalist-Class Interests, and Class Compromise". American Journal of Sociology. 105 (4): 957–1002. doi:10.1086/210397. 
  • Inequality watch
  • "Wealth Gap" - A Guide Diarsipkan 2014-07-14 di Wayback Machine. (January 2014), AP News
  • Guardian.com/business/2015/jan/19/global-wealth-oxfam-inequality-davos-economic-summit-switzerland New Oxfam report says half of global wealth held by the 1% Diarsipkan 2015-11-03 di Wayback Machine. (2015-01-19). "Oxfam warns of widening inequality gap." The Guardian
  • How Much More (Or Less) Would You Make If We Rolled Back Inequality? (January 2015). "How much more (or less) would families be earning today if inequality had remained flat since 1979?" National Public Radio
  • OECD - Education GPS: Gender differences in education
  1. ^ Media, Kompas Cyber. "Ketimpangan Sosial: Pengertian, Bentuk, dan Faktornya Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-11-16. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesenjangan_sosial&oldid=19581726"

Lihat Foto

shutterstock.com

Secara umum ketimpangan sosial artinya tidak seimbang atau adanya jarak yang terjadi di tengah masyarakat.

KOMPAS.com - Ketimpangan sosial merupakan keadaan di mana terjadi kesenjangan, ketimpangan, atau ketidaksamaan akses untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.

Secara umum ketimpangan sosial artinya tidak seimbang atau adanya jarak yang terjadi di tengah masyarakat.

Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan status sosial, ekonomi, maupun budaya.

Dari buku Social Inequality: Forms, Causes, and Consequences (2009) karya Carles Hurst terdapat beberapa pengertian ketimpangan sosial dari ahli, yaitu:

  • Adrinof A Chaniago mengatakan ketimpangan adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial.
  • Jonathan Haughton menyebut ketimpangan sosial sebagai bentuk ketidakadilan yang terjadi dalam proses pembangunan.

Faktor penyebab ketimpangan sosial

Salah satu penyebab ketimpangan sosial karena adanya hambatan untuk mengakses kehidupan yang lebih layak dan tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan kelompok lainnya.

Baca juga: Soal Sunda Empire, Dedi Mulyadi: Penyakit Sosial Lama dan Akut

Faktor penyebab ketimpangan sosial terbagi menjadi dua, yaitu:

Faktor ini terdiri dari rendahnya kualitas sumber daya manusia karena tingkat pendidikan yang kurang maksimal dan budaya kemiskinan.

Budaya kemiskinan adalah sikap putus asa, pasrah, apatis, dan tidak yakin dengan masa depannya.

Sikap tersebut karena masyarakat tidak berdaya secara ekonomi dan kekuasaan. Para orang golongan atas seakan-akan tidak mampu memberikan sikap optimis.

Justru membiarkan yang miskin semakin miskin, yang kaya menjadi kaya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA