Produk bisnis perhotelan mempunyai empat karakteristik khusus, yaitu:
produk nyata(tangible), tidak nyata (intangible), bersifat “perishable” dan “non perishable”.
- Produk yang bersifat nyata antara lain kamar, makanan, minuman, kolam renang dan sebagainya.
- Produk yang bersifat tidak nyata, antara lain” keramah tamahan, kenyamanan, keindahan, keamanan dan sebagainya.
- Produk bersifat perishable artinya bahwa produk tersebut hanya bisa dijual saat ini adalah produk tidak tahan lama yang dapat disimpan di gudang. Contohnya kamar hotel, bahan makanan segar yang tidak dapat disimpan seperti sayur-mayur.
- Produk yang bersifat non perishable misalnya minuman keras, soft drink, perlengkapan tamu (guest supply and amenities).
Page 2
Distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang
dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai (Angipora,
2002:295). Distribusi merupakan masalah lain yang akan dihadapi perusahaan pada
saat produk selesai diproses. Distribusi ini menyangkut cara penyampaian produk
ke tangan konsumen. Manajemen pemasaran mempunyai peranan dalam mengevaluasi
penampilan para penyalur. Bila perusahaan merencanakan suatu pasar tertentu,
yang pertama kali dipikirkan adalah siapa yang akan ditunjuk sebagai penyalur
di sana, atau berapa banyak yang bersedia untuk menjadi penyalur di daerah itu.
Hasil penelitian Satmoko, dkk (2005) menyatakan bahwa distribusi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Produk dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
produk yang berbentuk barang (fisik) dan produk berbentuk jasa (tidak
berwujud). Namun secara jelas hampir tidak ada jenis produk yang tidak
tergantung satu sama lain. Strategi memasarkan produk yang dominan berbentuk
barang (fisik) sangat berbeda dengan produk yang dominan jasa. Didalam
pembahasan akan dibahas strategi memasarkan produk berbentuk dominan jasa. Ada
beberapa macam strategi yang perlu dikemukakan yaitu penentuan segmentasi,
targeting, posisioning, strategi produk dan distribusi jasa, strategi penentuan
harga jasa, strategi promosi dan komunikasi jasa, strategi sumber daya manusia
dalam pemasaran jasa. Dari berbagai macam strategi tersebut maka akan diketahui
strategi yang cocok dan sesuai dengan produk jasa yang ditawarkan kepada
konsumen. Tentunya untuk mencari strategi yang cocok dan sesuai tergantung dari
bentuk jasa yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi. Dengan strategi
yang cocok dan sesuai maka kepuasan konsumen akan tercapai, apabila kepuasan
tercapai maka pelanggan yang puas tersebut akan loyal. Bentuk dari loyalitas
tersebut adalah melakukan pembelian ulang, melakukan positif word of mouth
communication (getok tular positif) atau merekomendasikan kepada pihak lain
agar menggunakan jasa tersebut.
Suatu produk sosial tidak akan bisa menjangkau khalayak apabila
keberadaannya jauh dari posisi khalayak. Oleh karenanya produk sosial harus
didekatkan pada khalayak agar mudah di akses. Caranya bisa dengan menempatkan
dan mendistibusikan produk sosial agar lebih dekat dengan khalayak. Penempatan
dan distribusi produk sosial yang tangible
(nyata) tentunya berbeda dengan produk sosial yang intangible (tidak nyata).
Distribusi produk nyata (tangible) adalah kegiatan
penyaluran barang dan jasa yang dibuat dari produsen ke konsumen agar tersebar luas. Kegiatan distribusi berfungsi mendekatkan
produsen dengan konsumen sehingga barang atau jasa dari seluruh indonesia atau
luar indonesia dapat kita barang dan jasa tersebut. Kegiatan distribusi
merupakan penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Pelaku kegiatan
distribusi dinamakan distributor. Distribusi
merupakan kegiatan yang berada di antara sampai ke tangan konsumen. Barang yang
telah dihasilkan oleh produsen agar sampai ke tangan konsumen memerlukan adanya
lembaga yang disebut dengan distributor.
Dalam kenyataan tidak selamanya barang yang dihasilkan
produsen untuk sampai ke konsumen harus melewati distributor. Akan tetapi,
dalam perekonomian modern kegiatan distribusi memegang peranan yang penting.
Lebih-lebih dengan makin majunya teknologi transportasi yang mengakibatkan
hubungan antarbangsa menjadi lebih dekat. Hal ini mengakibatkan peranan
distribusi makin penting karena barang yang ada didalam negeri tetapi juga
konsumen yang ada diluar negeri.
Contoh produknya, treatment methadone untuk adiksi
narkoba, pemberian vaksin imunisasi, 3M untuk mencegah DBD, pembagian kondom,
3D untuk uang palsu. Distribusi produk nyata dilakukan apabila tujuannya untuk
mencapai target adopter sebanyak-banyaknya maka harga harus dibuat
serendah-rendahnya atau gratis. Kalau tujuannya distribusi seimbang maka
harganya harus fleksibel. Tetapi kalau tujuannya untuk mengembalikan modal maka
sebagian modal harus tertutup.
Proses distribusi produk nyata dapat dilakukan
seperti pada produk komersial. Dari produser ke distrobutor, ke agen, ke
pengecer baru ke pengguna. Misalnya obat generik, dari produser akan
didistribusikan ke instalasi-instalasi obat di Rumah Sakit, didistribusikan ke
apotik atau ke Puskesmas sehingga obat ini mudah diakses oleh khalayak yang
membutuhkan.
Distribusi Produk Tidak Nyata (intangible) adalah kegiatan penyaluran informasi melalui media komunikasi
yang dapat mempengaruhi perilaku penerima pesan. Contoh produknya, pelatihan
media literacy, program penyadaran Hak Asasi Manusia, program anti korupsi,
deradikalisasi eks teroris. Berbeda dengan produk sosial berupa ide atau
praktik, produk tipe intangible dapat
didistribusikan melalui komunikasi. Didalamnya ada unsur komunikator yaitu
pihak yang akan meyampaikan pesan, pesan yang mau disampaikan, media/saluran
yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan, komunikan/khalayak sasaran yang
akan menerima pesan, dan efek yang diharapkan terjadi pada khalayak sasaran.
1.
Saluran Distribusi Produk Nyata (tangible)
i)
Produsen ke konsumen merupakan sosial marketer yang mendistribusikan
produk langsung ke konsumen tanpa ada perantara.
ii)
Produsen ke pengecer kemudian ke konsumen merupakan sosial marketer
yang mendistribusikan produk ke pengecer kemudian dari pengecer di
distribusikan ke konsumen.
iii)
Produsen ke pedagang grosir kemudian ke pengecer lalu ke konsumen
merupakan sosial marketer yang mendistribusikan produk ke pedagang grosir
terlebih dahulu kemudian di distribusikan ke pengecer lalu dari pengecer ke
konsumen.
Baca Juga : Ayo Lawan Virus Corona Bersama
Sangat popular, khususnya untuk barang-barang yang mahal yang membutuhkan pelayanan pasca beli. Hanya ada sedikit konsumen yang biasanya terpisah secara geografis.
Digunakan jika konsumen sangat banyak, contohnya untuk barang habis pakai.
Dilakukan jika perusahaan tidak membutuhkan departemen pemasaran atau tenaga penjualan , maka tugas ini akan dilakukan oleh agen perusahaan.
Sama seperti diatas, tetapi konsumen lebih banyak , misalnya di ekspor.
2. Saluran Distribusi Produk Tidak Nyata (intangible)
Menurut Kotler, 1989 menggambarkan bahwa terdapat tiga alur distribusi produk sosial intangible sebagai berikut :
The one step flow model merupakan sosial marketer mendistribusikan produk sosial langsung kepada khalayak sasaran.
The two step flow model merupakan sosial marketer mendistribusikan produk sosial melalui media yang kemudian membawanya kepada initial adopter yang selanjutnya akan menyampaikan langsung kepada khalayak sasaran terakhir.
The multi step flow model merupakan sosial marketer mendistribusikan produk sosial melalui jakur distribusi yang lebih rumit. Disini sosial marketer akan menyampaikan produk sosialnya kepada agen periklanan dan media terlebih dahulu. Kemudian akan membawanya kepada initial adopter yang selanjurnya akan disampaikan langsung kepada khalayak sasaran terakhir.
Produk intangible dapat didistribusikan melalui komunikasi. Adapun alur dari komunikasi itu sendiri adalah sebagai berikut :
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya di gunakan dalam rangka membina koordinasi kesatuan gerak arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi. Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama itu sangat penting di laksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerja sama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga. Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
Strategi Pendekatan Distribusi Produk Nyata (tangible)
a) Penentuan segmentasi yaitu membagi pasar heterogen menjadi pasar yang homogen, penentuan targeting adalah evaluasi dari segementasi yang diwujudkan dengan pasar sasaran yang tepat atau pasar yang hendak dibidik, penentuan posisioning adalah perusahaan harus dapat menunjukkan ke unggulan-keunggulannya di bandingkan dengan produk pesaing.
b) Strategi produk dan distribusi jasa, untuk distribusi jasa perusahaan mempunyai 3 pilihan yaitu apakah konsumen mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa men datangi konsumen atau transaksi bisnis jasa dilakukan melalui kepanjangan tangan perusahaan.
c) Strategi penentuan harga jasa,. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberi kan pendapatan bagi organisasi. Keputusan mengenai harga (terutama dalam konteks pemasaran jasa) tidak mudah dilakukan. Di satu sisi, harga yang terlalu mahal bisa meningkatkan laba jangka pendek, tetapi di sisi lain akan sulit dijangkau konsumen dan sukar bersaing dengan kompetitor. Dalam kasus tertentu, harga yang terlampau mahal bisa diprotes lembaga konsumen dan bahkan mengundang campur tangan pemerintah untuk menurunkannya. Selain itu, margin laba yang besar cenderung menarik para pesaing untuk masuk ke industri yang sama. Sedangkan bila harga terlalu murah, pangsa pasar bisa melonjak, namun margin kontribusi dan laba bersih yang diperoleh akan berkurang.
d) Strategi promosi dan komunikasi jasa, hal yang penting dari promosi dan komunikasi adalah menginformasikan dan mendidik calon pelanggan tentang perusahaan dan ciri-ciri barang dan jasa yang ditawarkannya, membujuk pelanggan sasaran bahwa produk jasa tertentu menawarkan solusi terbaik bagi kebutuhan–kebutuhan mereka, dibandingkan dengan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan pesaing, mengingatkan kembali pelanggan tentang produk tersebut dan memotivasi mereka untuk melakukan pembelian ulang, memelihara hubungan dengan pelanggan yang sudah ada dan memberikan berita terbaru dan informasi lebih jauh tentang bagai mana mendapatkan hasil terbaik dari produk-produk perusahaan tersebut.
e) Strategi sumber daya manusia dalam pemasaran jasa. Kesuksesan pemasaran jasa sangat tergantung Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Apalagi untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan keterlibatan langsung antara penyedia jasa dengan konsumennya.
Strategi Pendekatan Distribusi Produk Tidak Nyata (intangible)
a) Mengembangkan kebijakan publik berwawasan sehat (build health public policy). Kebijakan promosi kesehatan mengkombinasikan pendekatan yang berbeda tapi saling terkait mencakup perubahan perundang-undangan, pengukuran fiskal, pajak dan perubahan organisasi. Harus ada aksi yang terkordinir yang mengarah pada kebijakan kesehatan, penghasilan dan kebijakan umum yang mempercepat upaya kesetaraan/keadilan yang lebih baik. Kerja sama aksi membantu jaminan pelayanan yang lebih aman, lebih sehat, lebih bersih, dan lingkungan yang lebih nyaman. Kebijakan membutuhkan upaya identifikasi hambatan-hambatan dalam mengadopsi kebijakan umum yang sehat untuk sektor non-kesehatan dan cara mengatasi hambatan tersebut. Dalam menentukan sasaran harus dapat menciptakan berbagai pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah bagi pembuat kebijakan.
b) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment). Kaitan yang tidak dapat terpisahkan antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar pendekatan sosio-ekologis untuk kesehatan. Seluruh prinsip dasar bagi dunia, negara, wilayah dan masyarakat pada umumnya merupakan suatu kebutuhan untuk mendorong saling menjaga, saling menolong sesama anggota masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Perkiraan yang sistematik dari dampak kesehatan yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan yang cepat khususnya dibidang teknologi, pekerjaan, produksi bahan bakar dan urbanisasi merupakan hal penting dan harus diikuti oleh aksi untuk menjamin manfaat yang positif bagi kesehatan masyarakat. Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya alam harus dicanangkan dalam setiap strategi.
c) Memperkuat aksi/gerakan masyarakat (strengthening community action). Pengembangan masyarakat diarahkan untuk mencari potensi diri dan sumber data materi yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian dan dukungan sosial untuk mengembangkan sistem yang fleksibel guna merangsang keterlibatan masyarakat dalam setiap program kesehatan.
d) Pengembangan keterampilan perseorangan (develop personal skills). Menyediakan kemungkinan orang untuk belajar melalui pengalaman hidup sehari-hari, menyiapkan diri menghadapi masalah penyakit dan kecelakaan merupakan hal yang sangat penting. Kesempatan ini dapat difasilitasi pada tatanan sekolah, rumah tangga, tempat kerja serta pada tatanan masyarakat umum. Aksi-aksi ini diperlukan melalui institusi pendidikan, profesi, komersial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
e) Reorientasi sistem pelayanan kesehatan (reorient health services). Peran sektor pelayanan kesehatan harus bergerak dengan cepat mengikuti arah perkembangan program-program promosi kesehatan disamping tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan klinis dan kuratif. Pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan kepekaan sosiobudaya seperti adat, tradisi, dan kebiasaan serta kebutuhan masyarakat setempat. Reorientasi upaya pelayanan kesehatan juga harus menaruh perhatian pada riset-riset kesehatan serta perubahan yang terjadi, arah pendidikan profesi dan pendidikan keterampilan orientasi ini harus dapat menciptakan atau merangsang suatu perubahan sikap, perilaku, dan perubahan organisasi pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebutuhan total individu sebagai manusia seutuhnya.
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet, bukan melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi: Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor; Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut; Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah; Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker;Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan. Pencegahan dan Pengendalian I
Virus Corona semakin meluas di berbagai negara dan daerah dalam negeri. Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan Social Distancing atau pembatasan sosial. Namun, Istilah itu rentan salah persepsi di tengah masyarakat. Ikatan sosial sangat diperlukan, tetapi tidak dengan fisik yang berdekatan. Pemimpin teknis upaya penanggulangan Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove mendorong masyarakat untuk menjaga jarak fisik dengan orang lain. Namun, menjaga jarak fisik bukan berarti memutus tali silaturahmi antar sesama. Istilah tersebut berganti menjadi Physical Distancing, tujuannya agar orang – orang tetap terhubung secara sosial meskipun ada instruksi untuk berdiam diri di rumah demi memutus rantai penyebaran virus Corona. Meski berjauhan kita tetap menjaga komunikasi dengan orang – orang terdekat dengan memanfaatkan telepon, video call, maupun obrolan chat. Apakah Physical Distancing sama dengan Social Distancing ? Sebelumnya, upaya pembatasan jarak dengan orang lain ini diken