Jelaskan sektor kehutanan di Indonesia menghasilkan komoditas bernilai ekonomis

Nomor: SP. 244/HUMAS/PP/HMS.3/08/2021

Kinerja sub sektor kehutanan pada kuartal pertama dan kedua Tahun 2021 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama pada Tahun 2020. Peningkatan tersebut meliputi produksi kayu bulat, produksi kayu olahan, produksi HHBK dan nilai ekspor produk kehutanan.

Produksi kayu bulat baik dari Hutan Alam (HA) maupun Hutan Tanaman (HT) pada kuartal kedua Tahun 2020 yaitu 11,56 juta meter kubik, menjadi 12,8 juta meter kubik pada kuartal kedua Tahun 2021, artinya meningkat 10,74 persen. Sementara, produksi kayu olahan kuartal pertama Tahun 2021, mengalami  peningkatan 5,94% dibanding 2020, dan pada kuartal kedua relatif sama dengan tahun lalu.

Kemudian, nilai ekspor produk kehutanan secara akumulatif meningkat  70,33 persen, dimana pada kuartal kedua Tahun 2020 yaitu USD 2,59 juta, menjadi USD 4,41 juta pada kuartal kedua Tahun 2021. Sementara, produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pada kuartal kedua Tahun 2020 yaitu 130 ribu ton, dan kuartal kedua tahun 2021 yaitu 192 ribu ton, secara akumulatif meningkat 47,60 persen.

Untuk percepatan peningkatan pertumbuhan sub sektor kehutanan, pemerintah menerbitkan beberapa kebijakan antara lain relaksasi kebijakan fiskal, percepatan implementasi UUCK dan turunannya, serta fasilitasi pembiayaan sertifikasi legalitas kayu untuk UMKM industri hasil hutan dan hutan rakyat. Selain itu, pemerintah juga melakukan promosi perdagangan dan kerja sama dengan mitra dagang, serta menerapkan pelayanan berbasis digital kepada pelaku usaha.

“Kebijakan-kebijakan tersebut, kami yakini dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sub sektor kehutanan pada kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama pada Tahun 2021 dan berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkap Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) KLHK Agus Justianto, saat Media Briefing secara virtual, Jumat (6/8).

Selanjutnya, Agus menyampaikan agar kinerja sub sektor kehutanan dapat terus meningkat, KLHK akan memperkuat strategi melalui sejumlah langkah. Pertama, melanjutkan kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional, dengan menjaga produktifitas dan keberlangsungan usaha, antara lain melalui penguatan insentif kebijakan fiskal. Kedua, percepatan Implementasi UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan turunannya. Ketiga, meningkatkan peran dan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan berbasis agroforestry dalam rangka peningkatan produktifitas hutan. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan Perhutanan Sosial antara lain Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan kemitraan, untuk mendukung industri pengolahan hasil hutan dan industri lainnya. Keempat, meningkatkan pelayanan pemanfaatan hutan berbasis digital yang terintegrasi mulai dari Perencanaan, Produksi, Pembayaran PNBP, Peredaran, Pemasaran hingga Ekspor melalui penguatan Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SI-PHPL).

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo, mengatakan Indonesia mendapat apresiasi dari dunia luar atas dua prestasi yang dicapai pada semester pertama, yaitu pengendalian kebakaran hutan dan lahan, serta peningkatan nilai ekspor kehutanan. 

“Kami sampaikan terimakasih kepada Pemerintah atas kebijakan-kebijakan yang mendorong tercapainya peningkatan nilai ekspor ini. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka pandemi ini,  membuat sektor industri kehutanan ini bertahan,” ujarnya.

Turut hadir mendampingi Dirjen PHL yaitu Sekretaris Ditjen PHL Misran, Direktur Usaha Hutan Produksi (UHP) Istanto, Direktur Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Drasospolino, dan dari APHI juga hadir Direktur Eksekutif APHI Purwadi Soeprihanto.

_________
Jakarta, KLHK, 7 Agustus 2021

Penanggung jawab berita:Kepala Biro Hubungan Masyarakat, KLHK

Nunu Anugrah

Lihat Foto

KLHK

Keindahan alam nusantara. Potensi sumber daya alam Indonesia hutan dan pemanfaatannya agar Indonesia menjadi negara maju.

KOMPAS.com - Kekayaan sumber daya alam Indonesia adalah hutan, laut, minyak bumi, gas alam, dan batu bara. 

Kekayaan hutan di Indonesia tentu memberikan manfaat bagi Indonesia untuk menjadi negara maju. Indonesia masuk ke dalam negara yang memiliki potensi kekayaan hitan selain Brazil dan Zaire. 

Berdasarkan situs resmi Kementerian Kehutanan RI, pada 2011 hutan Indonesia sekitar 99,6 juta hektar. Sayangnya, semakin tahun luas hutan di Indonesia semakin menurun. Banyak hutan yang rusak karena bencana alam maupun ulah manusia. 

Di sisi lain, Indonesia menjadi pengekspor hasil hutan untuk beberapa negara, seperti Malaysia dan Jepang.  

Hasil hutan meliputi kayu dan kekayaan sumber daya hayati yang hidup di dalamnya. Hutan menjadi sumber pangan dan obat-obatan. Keanekaragaman hayati hutan di Indonesia sangat tinggi dibanding negara-negara lain.

Baca juga: 10 Negara dengan Hutan Terluas di Dunia

Jenis hutan di Indonesia

Hutan di Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu hutan produksi, hutan konservasi, dan hutan lindung. Berikut ini penjelasan tiga jenis hutan di Indonesia:

Hutan produksi

Hutan produksi adalah hutan yang sengaja ditanam untuk diambil kayunya. Hutan produksi mencapai 69,4 juta hektar (milik BUMN dan swasta melalui Hak Pengusahaan Hutan/HPH).

Hasil hutan yang dimanfaatkan berupa kayu dan nonkayu. Hasil hutan non kayu adalah buah-buahan, getah dan resin, madu, rotan, terpentin, minyak kayu putih, damar, sagu, sutera, dan lain-lain.

Hasil hutan berupa kayu ada dua, yaitu: 

  1. Kayu bulat adalah hasil hutan dalam bentuk batangan pohon yang belum diolah, seperti kayu jati, mahoni, akasia, cendana, pinus.
  2. Kayu olahan adalah kayu yang telah mengalami pengolahan lebih lanjut seperti kayu gergajian, plywood dan veneer.
Hutan konservasi

Hutan konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemanya.

Indonesia telah menetapkan sejumlah kawasan konservasi dalam bentuk taman nasional, suaka margasatwa, cagar alam dan taman hutan rakyat (tahura), dan lain-lain.

Baca juga: Keragaman Hayati Hutan Tropis Kalimantan

Hutan lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk:

  • Mengatur tata air
  • Mencegah banjir
  • Mengendalikan erosi
  • Mencegah intrusi laut
  • Memelihara kesuburan tanah

Pemanfaatan sumber daya alam hutan

Manfaat sumber daya alam hutan di Indonesia adalah untuk:

Penghasil oksigen

Hutan disebut paru-paru dunia sebab banyaknya tumbuhan di hutan artinya menghasilkan oksigen dan udara sehat bagi manusia.

Memenuhi berbagai keperluan manusia

Hasil hutan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Contoh, hasil hutan berupa kayu dan bambu dipakai untuk bahan pembuatan perabotan atau perkakas rumah tangga.

Sumber bahan obat-obatan

Hutan juga menghasilkan berbagai jenis bahan untuk obat-obatan. Beberapa jenis tumbuhan diketahui ampuh untuk mengobati sejumlah penyakit.

Sumber bahan pangan

Hutan di Indonesia juga dimanfaatkan penduduk untuk sumber pangan, misalnya buah-buahan dan binatang buruan.

Baca juga: Sikap untuk Menghindari Kerusakan Hutan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

New research reveals paths to sustainable sourcing of commodities from tropical forest landscapes.

BOGOR, Indonesia—Dengan iklim yang berubah dan pertumbuhan populasi, permintaan berbagai komoditas berbasis hutan belumlah maksimal.

Memastikan keberlanjutan produk-produk diantaranya kelapa sawit sampai kayu masih menjadi salah satu kendala terbesar manusia.

Apa yang harus dilakukan para pembuat kebijakan adalah mengarahkan pasar global dan konstelasi berbagai instrumen kebijakan sambil menekan deforestasi serta melindungi hak dan penghidupan para produsen skala kecil-semua di hadapan perubahan iklim.

Sesuatu yang mudah.

Riset terbaru Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) menunjukkan upaya solusi bagi pembelian lestari berbagai komoditi dari bentang alam hutan tropis. Kabar Hutan baru-baru ini bertanya kepada tiga pakar mengenai pendapat mereka tentang keadaan masa sekarang, dan masa depan, dari tiga komoditas berbasis hutan tropis: kelapa sawitminyak kacang shea dan kayu. Transkrip wawancara yang telah disunting disertakan di sini.

  • Di Forum Bentang Alam Global:Berbagai komoditas lestari akan menjadi topik diskusi utama di Forum Bentang Alam Global mendatang, yang akan diselenggarakan 6-7 Desember di Lima dalam COP 20 UNFCCC. Ikuti semua beritanya dari Forum ini di cifor.org/lima

Buah kelapa sawit, Kalimantan Timur, Indonesia. Kelapa sawit bersertifikat dapat membantu memastikan bahwa komoditas berharga ini tidak hadir dengan mengorbankan hutan. Moses Ceaser/CIFOR photo

Patrice Levang, ilmuwan, CIFOR dan CIRAD

Mengenai hubungan antara kelapa sawit dan deforestasi

Masalahnya bukan tanamannya, atau keberlanjutan dari tanaman tersebut. Masalahnya lebih ke arah bahwa untuk menanam kelapa sawit, berbagai perusahaan besar internasional memilih untuk membuka jalur-jalur besar lahan. Untuk menemukan kemungkinan terbaiknya, dari sudut pandang mereka, adalah untuk membabat area-area luas di hutan tropis.

Begitu mereka telah membabat hutan tersebut, tanamannya sendiri cenderung lestari. Bila Anda membabat hutan dan Anda menanam kelapa sawit, lahan tersebut tidak memiliki tutupan hanya untuk beberapa minggu atau bulan. Dengan cepat kelapa sawit mengambil alih dan dalam tiga tahun ‘kanopi’-nya menutup. Anda tidak memerlukan pupuk dalam jumlah sangat banyak. Anda tidak menggunakan terlalu banyak pestisida. Tanah juga tetap terlindung.

Tetapi bila Anda mengubah hutan, Anda memusnahkan keanekaragaman hayati yang sangat besar dari hutan tersebut. Ada ratusan, bahkan jutaan spesies yang musnah.

Tentang menangani kekhawatiran tentang keberlanjutan kelapa sawit

Satu gagasannya ialah peningkatan hasil di area di mana Anda telah memiliki perkebunan kelapa sawit, dengan kelapa sawit pada lahan yang telah dibersihkan di masa lalu–lahan terdegradasi. Masalahnya yaitu area-area yang telah dibabat telah dimiliki oleh para petani kecil, sehingga Anda harus bernegosiasi dengan para petani kecil untuk membantu mereka mengembangkan kelapa sawit.

Hal ini membawa kita untuk mempersiapkan pengembangan kelapa sawit oleh petani kecil, yang akan mengalihkan mereka dari hutan primer dan pada waktu bersamaan akan membantu mengangkat para petani kecil keluar dari kemiskinan. Situasinya akan menjadi sama-sama menang. Namun, ada sedikit biaya untuk perusahaan. Bukannya membawa cek bernilai kepada kementerian kehutanan, Anda malah harus terlibat dengan banyak petani kecil.

Tentang efek perubahan iklim

Sejauh ini kita tidak memiliki gagasan yang jelas akan kemungkinan dampak perubahan iklim terhadap kelapa sawit di daerah-daerah tropis yang lembab. Hanya sedikit kemungkinan bahwa daerah-daerah ini akan menjadi bertambah lembab. Dampaknya lebih mungkin akan mengenai tanaman di daerah pinggirannya.  Di Afrika hal ini dapat mencegah ekspansi kelapa sawit ke bagian Utara. Namun saat ini tengah diteliti varietas baru yang dapat beradaptasi lebih baik dengan cuaca yang lebih kering.

Bila kita tidak dapat menanam kelapa sawit di daerah-daerah yang relatif pinggiran tersebut, ini akan berarti bahwa Anda menimbulkan dampak lebih pada bagian-bagian lembap dan daerah hutan primer. Akan baik bila perluasan perkebunan kelapa sawit terjadi di daerah sabana. Anda akan mengangkat penduduk keluar dari kemiskinan.

Perlunya riset mendalam untuk kelapa sawit lestari

Para peneliti sedang meninjau peningkatan genetik menaikkan hasil potensial tanaman kelapa sawit. Ada beberapa percobaan. Secara potensial Anda dapat menanam sampai 12 ton per hektar, tiga kali lebih banyak dari rata-rata terbaik saat ini, tetapi Anda harus menggunakan pupuk dalam jumlah sangat banyak.

Kita juga perlu mencari cara-cara untuk menjadikan kelapa sawit sebagai tanaman yang ‘ramah dengan petani kecil.’ Ini akan memerlukan perantara yang tepat antara berbagai perusahaan besar dan para petani kecil dalam kerangka kerja skema petani kontrak, atau kontraktor pertanian di antara perusahaan dan petani kecil. Perusahaan menghasilkan lebih banyak profit dari konversi buah menjadi minyak kelapa sawit dari apa yang mereka peroleh hanya dari perkebunannya.

Semua produksi secara teoretis dapat diberikan kepada para petani kecil dan konversi buah menjadi minyak dapat disisakan untuk perusahaan. Hal tersebut dipraktikkan di masa lalu, tetapi sedikit banyak telah ditinggalkan sejalan dengan waktu.

Tentang ‘citra’ kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit tidak bertanggung jawab atas pelakuan salah manusia terhadap tanaman ini, yang sejauh ini adalah salah satu tanaman yang paling menarik yang telah dikembangkan oleh manusia. Kelapa sawit menghasilkan minyak delapan kali lebih banyak dari yang diproduksi penghasil minyak nabati terbesar kedua. Anda dapat menggunakannya sebagai makanan. Anda dapat menggunakannya sebagai bahan bakar hayati dan kosmetik. Jadi Anda bisa memiliki bervariasi kegunaan.

Kelapa sawit adalah tanaman yang sangat baik. Tetapi konversi dari jalur-jalur hutan primer yang sangat besar telah mendesak banyak LSM konservasi berjuang melawan kelapa sawit. Para produsen sesawi, produsen kacang kedelai, juga keluar dan menyebarkan informasi palsu yang menentang kelapa sawit. Ini tepatnya karena minyak kelapa sawit merupakan pesaing berbahaya bagi mereka. Hasilnya jauh lebih tinggi dari apa yang mereka produksi dan dengan biaya yang jauh lebih rendah.

Juga sangat praktis bagi industri untuk menggunakan minyak kelapa sawit. Jadi selama 20 tahun terakhir kelapa sawit telah mengambil alih sebagian besar pasar. Inilah salah satu alasan utama mengapa Anda melihat semua kampanye ini. Anda dapat menemukan produsen biji sesawi dan produsen minyak saingan lainnya mendanai sejumlah LSM konservasi secara sangat agresif.

Tanamannya itu sendiri tidak bertanggung jawab atas perilaku salah manusianya. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang paling menarik yang telah dikembangkan manusia sejauh ini. 

Untuk menjadikan nama industri ini lebih baik, saya telah mengembangkan sebuah kesepakatan bersama bagi kelapa sawit lestari. Kesepakatan ini mengeluarkan sertifikasi untuk kelapa sawit lestari. Sekarang, kelapa sawit bersertifikat berarti perusahaannya tidak lagi menebangi hutan, tidak lagi mengeksploitasi karyawannya secara tidak wajar dan tidak lagi membahayakan penghidupan penduduk asli.

Perusahaan-perusahaan yang sangat besar telah menandatanganinya, khususnya yang terdaftar di bursa saham. Tetapi saat ini ada lebih banyak kelapa sawit bersertifikat di pasaran daripada yang ingin dibeli orang, karena publik utama yang ingin membelinya menginginkan minyak murah. Mereka tidak menginginkan minyak bersih. Para pembeli utamanya sekarang adalah India, Pakistan, Tiongkok. Mereka mencari minyak murah. Bila para pembeli utamanya tidak bersedia membeli minyak bersertifikat, situasi ini tidak akan berubah. Tetapi hal ini serupa dengan kayu bersertifikat. Kita harus terus berjuang dan keadaannya menjadi lebih baik. Kita harus meyakinkan negara-negara seperti India dan Tiongkok untuk memilih komoditas bersertifikat. Namun, perjalanannya masih jauh.

Bacaan lebih lanjut

Kaum perempuan memproses kacang shea di Guinea. Berbagai perubahan di pasaran global menjungkirbalikkan rantai nilai tradisional kacang shea. Terry Sunderland/foto CIFOR

Andrew Wardell, Manajer Senior, Kapasitas Penelitian & Pengembangan Kemitraan, CIFOR

Tentang berbagai perubahan di industri untuk minyak kacang shea (bahan utama mentega shea)

Selama 200 tahun silam, minyak kacang shea telah menjadi komoditas yang dijual lokal maupun regional di Afrika, tetapi tidak pada skala global. Pabrikan coklat sekarang dapat mensubstitusi sejumlah kecil mentega coklat mereka dengan pengganti mentega coklat. Mentega kacang shea adalah yang paling dekat dengan mentega coklat.

Sampai 5 persen dari bahan keseluruhan dapat berupa substitusi mentega coklat, tetapi 5 persen tersebut masih mewakili industri multijutaan secara global. Suhu pada saat coklat mencair di tangan Anda lebih tinggi dengan mentega shea. Hal tersebut memungkinkan pelanggan memegangnya lebih lama bila Anda melapisinya dengan mentega shea.

Ini sekarang mewakili 90 persen dari perdagangan kacang shea dunia. 10 persen sisanya masuk ke industri kosmetik. Namun, masih ada perdagangan lokal dan regional yang sangat penting baik sebagai minyak untuk masak dan juga sebagai produk kosmetik untuk kulit kering.

Menjadikan komoditas minyak kacang shea

Shea telah menjadi komoditas lestari selama lebih dari 700 tahun berdasarkan perdagangan lokal. Apa yang telah berubah dalam 10 tahun terakhir adalah munculnya pasar global baru ini untuk industri coklat global. Hal tersebut adalah restrukturisasi. Hal ini hanyalah pertanyaan mengenai menanggapi permintaan ini.

Apa yang belum jelas adalah apakah permintaan baru ini akan dipenuhi oleh regenerasi alamiah. Shea adalah pohon yang sangat sukar tumbuhnya. Bijinya bersifat bandel. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengembangkannya sebagai tanaman pangan perkebunan selama 80 tahun tanpa ada keberhasilan.

Tentang efek perubahan iklim

Saya pikir bukti ilmiah menyarankan bahwa daerah Afrika Barat, di mana komoditas ini umumnya tumbuh, mungkin berisiko mengalami variasi iklim yang lebih lanjut.

Tanaman ini selama ini secara eksklusif dikendalikan oleh kaum perempuan. Sejarah menunjukkan bahwa mereka mengendalikan pemanenannya, pemrosesannya dan pemasarannya. Itulah yang telah mulai berubah.

Ini merupakan daerah yang selama berabad-abad telah mengalami variasi regional dalam curah hujan. Ada bukti yang menyarankan bahwa Sahel sedang menjadi hijau, dan bukannya coklat. Satu-satunya kecenderungan yang dapat diperhitungkan ialah peningkatan pola curah hujan, dan kita perlu mencari tahu bagaimana hal tersebut akan memengaruhi komoditas ini.

Tentang berbagai bidang untuk penelitian lebih jauh

Saya pikir masih ada banyak sekali informasi yang belum kita peroleh. Kita perlu mengetahui lebih banyak tentang apa yang berdampak pada perdagangan global di lahan-lahan wanatani regional di Afrika Barat di mana sebagian besar tanaman kacang shea tumbuh.

Pertanyaan lain yang belum terjawab adalah dampak apa yang ditimbulkan oleh munculnya minyak lain yang lebih murah seperti kelapa sawit terhadap permintaan lokal di Afrika sendiri. Yang lainnya ialah bagaimana mengembangkan teknologi untuk meningkatkan regenerasi tanaman tersebut.

Peran kaum perempuan dalam industri minyak kacang shea

Selama ini tanaman kacang shea secara eksklusif dikelola oleh kaum perempuan. Sejarah menunjukkan kaum perempuan mengendalikan waktu panen, proses dan pemasarannya. Itulah yang telah mulai berubah. Anda memiliki sejumlah perantara yang melakukan penumpukan untuk menyediakan suatu rantai pasokan global. Ini sesuatu yang harus kita teliti lebih jauh.

Satu kecenderungan di masa depan mungkin adalah munculnya sesuatu yang disebut Perserikatan Shea Global, yang terus berusaha semakin keras untuk mengadakan jalur-jalur alternatif pemasaran ke tiga perusahaan global yang mengendalikan rantai nilai kacang shea. Ini sebuah perserikatan baru yang sedang berusaha untuk berdiri.

Bacaan lebih lanjut

Seorang pekerja memilih kayu di Indonesia. Memverifikasi legalitas kayu akan tetap menjadi tantangan, menurut salah seorang pakar. Agung Prasetyo/foto CIFOR

Krystof Obidzinski, Ilmuwan Senior, CIFOR

Tentang status industri kayu tropis

Sampai dengan beberapa tahun yang lalu kita masih memiliki kecenderungan kuat ini untuk bergantung pada mekanisme berbasis pasar untuk mendukung perdagangan kayu yang legal dan diharapkan lestari. Selama lima tahun terakhir apa yang kita lihat adalah perlahan-lahan menjauhnya dari kecenderungan ini dan kita melihat pemerintah masuk dan lebih memegang kendali. Mekanisme berbasis pasar ini belum benar-benar mencapai apa yang mereka tuju. Ada beberapa kemajuan, tetapi dalam skema menyeluruh hal-hal tersebut, kemajuan tidak tercapai secepat yang diharapkan.

Misalnya, Indonesia telah menandatangani kesepakatan kemitraan dengan Uni Eropa tentang skema yang disebut SVLK-Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. Ini merupakan skema sertifikasi berbasis pemerintah yang wajib untuk semua perusahaan kayu di Indonesia, secara teorinya. Indonesia telah bertekad terhadap hal ini dan berkata bahwa semua kayu yang dijual dari negara ini harus patuh pada standar SVLK ini.

Dalam banyak cara, proses semacam ini merupakan satu langkah maju, tetapi juga masih jauh dari menyelesaikan semua isu yang seharusnya diselesaikan. Hal ini membantu di bidang-bidang kehutanan tertentu tetapi sebenarnya tidak banyak manfaatnya di bidang lain.

Tentang menjadikan industri kayu lebih lestari

Saya masih berpikir hal-hal semacam sistem SVLK Indonesia berguna, tetapi akan memerlukan kerja lebih banyak: Mereka perlu dukungan lebih jauh dan juga penyederhanaan. Kita harus mendukung perusahaan dengan pendanaan untuk menutup biayanya. Sertifikasi ini mahal bagi petani kecil. Kita harus meringankan biayanya tetapi juga menyederhanakan prosedurnya. Hal tersebut harus mudah. Bila tidak demikian, hal itu tak akan pernah terwujud.

Sektor perusahaan kecil dan menengah di Indonesia sedemikian besar sehingga bahkan dengan dukungan kuat dari pemerintah masih diperlukan bertahun-tahun lagi untuk memverifikasinya.

Dalam pengertian perusahaan berskala besar ada banyak kemajuan dalam hal verifikasi. Tetapi masalah terbesarnya adalah perusahaan kecil dan menengah. Mereka akan tertinggal di belakang selama bertahun-tahun. Saya tidak percaya bahwa mereka akan benar-benar patuh.

Dan sektor perusahaan kecil dan menengah di Indonesia sedemikian besar sehingga bahkan dengan dukungan kuat dari pemerintah masih diperlukan bertahun-tahun lagi untuk memverifikasinya. Dan bahkan kemudian Anda tidak akan pernah pasti bahwa Anda telah mencakup mereka semua, karena ada perputaran seperti ini di sektor ini. Perusahaan beroperasi hari ini. Mereka tutup. Banyak perusahaan baru didirikan. Tetap dapat mengikuti proses ini merupakan tantangan yang hampir-hampir tidak dapat didaki.

Bahkan tidak seorang pun tahu seberapa besarnya sektor ini. Pemerintah tidak benar-benar mengelola statistik reguler terhadap perusahaan dengan kapasitas kurang dari 6.000 meter kubik per tahun. Tidak ada catatan yang diperbaharui secara teratur tentang perusahaan semacam ini. Beberapa perkiraan mengemukakan bahwa bahkan sampai 10 juta meter kubik kayu dikonsumsi oleh perusahaan-perusahaan ini setiap tahun. Ini signifikan. Hal tersebut melibatkan ratusan ribu orang, orang miskin–banyak sekali keluarga di pedesaan Indonesia.

Tentang efek perubahan iklim

Satu hal yang disadari orang-orang di Jawa, misalnya, ialah bahwa tempat-tempat ini telah menjadi gersang dan ada masalah air sebagai akibatnya. Dalam banyak kasus orang telah mulai menyadari bahwa menanam pohon merupakan bagian solusinya. Bila Anda memandang pada produksi kayu di Jawa sebagian besar kayu di Jawa sekarang berasal dari para petani kecil penanam pohon. Hutan yang ditanam para petani kecil ini menangani sebagian dari masalah perubahan iklim ini.

Sebagian besar petani kecil ini pada dasarnya menanam kayu. Mereka tidak mengambil kayu mereka dari hutan alami. Hutan masyarakat memasok kayu-kayu tersebut.

Tentang berbagai pertanyaan tidak terjawal untuk industri kayu tropis

Saya pikir salah satu masalah yang lebih besar ialah energi hayati dan bahan bakar hayati. Ada minat yang meningkat ini terhadap energi berbasis serat. Sekarang ada minat terhadap bahan bakar hayati yang berbasis serat yang berasal dari kayu. Jepang dan Korea semakin meningkat dalam pengalihan ke bahan bakar berbasis serat. Ini berarti mereka akan membeli dari negara-negara seperti Indonesia. Tetapi akankah itu menjadi model konservasi di mana kita sebenarnya memiliki semacam sekuestrasi karbon yang sedang berjalan?

Ada juga banyak masalah yang meliputi apakah kehutanan skala kecil akan menjadi sumber kayu Indonesia. Di masa depan semuanya akan berkisar pada kehutanan skala kecil, hutan kemasyarakatan.

Bacaan lebih lanjut

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA