Jelaskan secara singkat proses penyebaran Hindu Budha di Indonesia

Indonesia masih tergolong sebagai negara berkembang alsan yang tepatnya until mengaitlan demand pertanyaan tersebut adalahh​

nama wilayah di Amerika dan keadaan alam nyaserta komoditas yang dihasilkan ​

sebutkan anggota asean beserta pendirinya ​

Menurutmu, mungkinkah negara terbersih di dunia seperti Singapura?​

jelaskan antara perbedaan keadaan ekonomi dan status sosial perbedaannya apa persamaannya apa tolong cepat di jawab besok di kumpulan ​

simbol objek kota pada peta​

observasi bisa menjadi sebuah karya tulis jika di kemas dalam bentuk​

bencana alam badai tropisme papuk terjadi di negara mana? dan faktor iklim yang betpegaruh​

Jepang menyerahkan kepulauanshakalin akibat perjanjian... ​

berikan 2 contoh perubahan sosial dari pengaruh kebudayaan masyarakat lain​

Sejarah Nusantara pada Era Kerajaan Hindu Buddha berkembang karena hubungan dagang wilayah Nusantara dengan negara-negara dari luar, seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia pada periode tarikh Masehi. Agama ini dibawa oleh para musafir dari India yang bernama Maha Resi Agastya. Maha Resi agastya ini di Jawa terkenal dengan nama Batara Guru atau Dwipayana.[1] Ajaran Hindu yang berkembang di beberapa tempat di Nusantara disebut dengan aliran Waiṣṇawa, yaitu suatu ajaran yang memuja Dewa Wiṣṇu sebagai dewa utama. Ajaran ini dianut oleh kelompok-kelompok masyarakat di Situs Kota Kapur, Bangka, Situs Cibuaya, Situs Karawang dan Situs Muarakaman, Kutai (pada sekitar abad ke- 5-7 M). Bukti adanya Agama Hindu tampak pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah, di lereng Gunung Merbabu yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-7 M.

Dalam ajaran Buddha, diketahui dianut oleh kelompok masyarakat Nusantara tepatnya di Situs Batujaya, Situs Bukit Siguntang di Sumatera Selatan, dan Situs Batu Pait di Kalimantan Barat pada sekitar abad ke-6-7 M.[2] Proses penyebaran agama Buddha dilakukan oleh para Dharmaduta yang bertugas untuk menyebarkan Dharma atau ajaran Buddha ke seluruh dunia. Penyebaran agama Buddha di Indonesia dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri yang belajar di India dan menjadi Bhiksu kemudian menyebarkan ajarannya di Nusantara. Untuk di daerah pulau Jawa, agama Buddha datang pada Abad ke-5 yang disebarkan oleh pangeran Khasmir (bernama Gunadharma). Pada abad ke-9, penyebaran Agama Buddha dilakukan oleh pendeta-pendeta dari wilayah India yaitu Gaudidwipa (benggala) dan Gujaradesa (Gujarat). Bukti tertua adanya pengaruh Buddha India di Indonesia adalah dengan ditemukannya Arca Buddha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu dan Buddha.[3]

Sejak masuknya agama Hindu dan Buddha, masyarakat prasejarah Nusantara yang sebelumnya memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme beralih memeluk agama Hindu dan Buddha.

Agama Buddha pertama kali masuk ke Nusantara sekitar pada abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan patung Buddha dari perunggu di daerah Jember dan Sulawesi Selatan. Pengenalan agama Buddha di Nusantara berasal dari laporan seorang pengelana Cina bernama Fa Hsien pada awal abad ke 5 Masehi. [4] Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara.[5] Kemudian dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Selain Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda, masih banyak pula kerajaan lain bercorak Hindu-Buddha, seperti Kerajaan Mataram Kuno.[6]


Selanjutnya, muncul dua kerajaan besar, yakni Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.[7] Pada sekitar tahun 670 M, Penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing mengunjungi ibu kota daerah Palembang. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Sriwijaya mencapai daerah Jawa Tengah dan Kamboja. Pada abad ke-14 terdapat satu kerajaan Hindu di Jawa Timur yang bernama Kerajaan Majapahit. Antara tahun 1331-1364, Patih Majapahit yang bernama Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.

Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat prasejarah Nusantara telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Selanjutnya, warisan dari Kerajaan Hindu dan Buddha yang pernah ada di Nusantara membentuk berbagai inspirasi hasil karya budaya di Nusantara. Salah satu contohnya ialah karya sastra India yang dibawa ke Indonesia, yakni wiracarita Ramayana, Mahabarata, dan karya sastra lainnya. Adanya kedua kitab itu juga memacu beberapa pujangga Nusantara untuk menghasilkan karyanya sendiri, seperti Empu Dharmaja dari kerajaan Kediri yang menyusun Kitab Smaradhahana, Empu Sedah dan Empu Panuluh dari kerajaan Kediri yang menelurkan karya Kitab Bharatayuda, Empu Tanakung yang membuat Kirab Lubdaka, Empu Kanwa yang memiliki karya Kitab Arjunawiwaha, Empu Triguna dengan Kitab Kresnayana-nya, Empu Panuluh yang menulis Kitab Gatotkacasraya, Empu Tantular yang membuat Kitab Kitab Sotasoma, dan Empu Prapanca yang masyhur dengan magnum opusnya yang berjudul Kitab Negarakertagama.[8]Dengan demikian, cerita dari karya sastra yang muncul pada masa Hindu Buddha ini menjadi sumber inspirasi bagi pewayangan Indonesia.

Selain karya sastra, sistem politik dan pemerintahan pun diperkenalkan oleh orang-orang India dan membuat masyarakat yang pada awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil menjadi bersatu dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih besar dengan pemimpin tunggal berupa seorang raja. Karena pengaruh hal ini, beberapa kerajaan Hindu-Buddha seperti Kedatuan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Tarumanegara, dan Kutai akhirnya dapat muncul di Nusantara.[9]

Tidak hanya karya sastra dan sistem politik saja yang berkembang pada masa Hindu Buddha di Nusantara, banyak pula hasil karya manusia masa lalu yang menandakan sejarah berkembangnya Hindu-Buddha di Nusantara. Beberapa di antaranya ialah adanya alat-alat dan benda sarana ritual yang salah satunya berbentuk arca yang memiliki beberapa bentuk yang dapat dikenali dari beberapa tanda khusus (laksana), posisi atau sikap tertentu, dan wahana atau binatang yang dianggap menjadi kendaraan seorang dewa.[10]

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-13 Masehi melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatra dan Demak di Jawa.[11] Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era Hindu-Buddha ini.

  • 101 - Penempatan Lembah Bujang/Candi Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit Pallava membuktikan hubungan Nusantara dengan India di Sungai Batu.[12]
  • 300 - Kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara telah melakukan hubungan dagang dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkih. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.
  • 300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
  • 400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain prasasti, candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan kerajaan Tarumanagara diberitakan oleh orang Cina.
  • 603 : Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini merupakan konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman Minangkabau. Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan Sriwijaya.
  • 671 : Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta, kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
  • 685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa.
  • 692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab, Parsi, dan Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya juga menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara Tiongkok dan India, sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
  • 760: Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan pertama di Jawa Timur berdiri di dekat daerah Kota Malang sekarang. Sumber sejarahnya didapatkan dari prasasti Dinoyo yang ditemukan di Malang. Raja pertamanya bernama Dewashimha yang kemudian digantikan oleh puteranya, setelah meninggal bernama Limwa, atau yang lebih dikenal dengan nama Gajayana.[13]
  • 922 : Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
  • 932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasasti Kebon Kopi II yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi.[14]
  • 1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatra dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
  • 1292 : Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang berbuah pahit di tempat ini.[15]
  • 1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta sebagai raja Majapahit pertama pada 12 November.[15]
  • 1293 - 1478: Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya membentang dari Sumatra ke Papua, kecuali Sunda dan Madura. Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.[15]
  • 1345-1346 : Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.
  • 1350-1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan di asia tenggara bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa Gajah Mada menginginkan Nusantara bersatu.
  • 1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.[15]
  • 1570 - Pajajaran, ibu kota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa dihancurkan oleh Kesultanan Banten.
  • Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia.[16] Kerajaan ini terletak di Kalimanan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.
  • Kerajaan Sribangun (Buddha)
  • Kerajaan Wijayapura
  • Kerajaan Bakulapura
  • Kerajaan Brunei Buddha
  • Kerajaan Kuripan
  • Kerajaan Negara Dipa
  • Kerajaan Negara Daha
  • Kerajaan Tarumanegara (358-669)
  • Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)
  • Kerajaan Kalingga
  • Kerajaan Kanjuruhan
  • Kerajaan Mataram Hindu (732-1016)
  • Kerajaan Kahuripan
  • Kerajaan Janggala
  • Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)
  • Kerajaan Singasari (1222-1292)
  • Kerajaan Majapahit (1292-1527)
  • Kerajaan Malayu Dharmasraya (1183-1347)
  • Kedatuan Sriwijaya (600-1300)

  1. ^ "Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa, Kalimantan, dan Sumatra | Negeri Pesona". www.negeripesona.com. Diakses tanggal 2020-08-25. 
  2. ^ Indradjaja 2014, hlm. 30.
  3. ^ Fauzi 2017, hlm. 1731.
  4. ^ Sulistiawan et al 2019, hlm. 27.
  5. ^ Hannigan 2015, hlm. 38-39.
  6. ^ Sari dan Wibowo 2017, hlm. 83.
  7. ^ Widiyani, Rosmha. "Fakta Kerajaan Terbesar di Nusantara dari Sriwijaya hingga Majapahit". detikTravel. Diakses tanggal 2020-08-25. 
  8. ^ Mardiani et al 2019, hlm. 336.
  9. ^ Mardiani et al 2019, hlm. 335.
  10. ^ Mansur 2014, hlm. 113.
  11. ^ Media, Kompas Cyber. "Perkembangan Islam di Indonesia Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-08-25. 
  12. ^ Tamadun 1900 tahun di Merbuk, Oleh OPAT RATTANACHOT, Utusan Malaysia 9 April 2010.[pranala nonaktif permanen]
  13. ^ Media, Kompas Cyber (2021-05-05). "Kerajaan Kanjuruhan: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-08-05. 
  14. ^ Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2007
  15. ^ a b c d "Kronologi Kota Majapahit", Kompas, 5 Januari 2009
  16. ^ Ciel (2020-06-11). "√ 16 Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (Penjelasan Lengkap) ..." Saintif (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-25. 

  • Cunino, M. A. (2018). "Nasionalisme, Toleransi, dan Kepemimpinan pada Buku Teks Pembelajaran Sejarah SMA". Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah. 2 (1): 51–60. ISSN 2615-7993. 
  • Fauzi, R. (2017). "Hubungan Pemahaman Siswa Tentang Lahir dan Berkembangnya Agama Hindu-Budha di Indonesia dengan Muncul dan Berkembangnya Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia di Kelas XI SMK Negeri 3 Sibolga". JURNAL PENDIDIKAN IPS. 1 (2): 1727–1903. ISSN 2337-5922. 
  • Hannigan, Tim (2015). A brief history of Indonesia : sultans, spices, and tsunamis : the incredible story of Southeast Asia's largest nation. Tokyo; Vermont: Singapore: TUTTLE Publishing. ISBN 9781462917167.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Indradjaja, A. (2014). "Awal Pengaruh Hindu Buddha di Nusantara". Majalah Arkeologi. 23 (1): 17–33. ISSN 2550-0449. 
  • Mansur, M. (2014). "Pengaruh Hindu pada Beberapa Wilayah di Jawa Barat Melalui Arca-Arca Koleksi Museum Sribaduga". Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan. 1 (2): 112–120. ISSN 2656-4084. 
  • Mardiani, N., Umasih, U., &, Winarsih, M (2019). "Materi Sejarah Masa Hindu-Buddha dan Penggunaan Sumber Belajar Sejarah dalam Pembelajarannya di SMK". Jurnal Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam. 7 (2): 328–347. ISSN 2528-5882. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  • Nastiti, T. S. (2014). "Jejak-jejak Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara". Majalah Arkeologi. 23 (1): 35–49. ISSN 2550-0449. 
  • Sari W. I. D., &, Wibowo A. M. (2017). "Prasasti Anjuk Ladang di Nganjuk Jawa Timur (Sejarah dan Potensinya sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah)". JURNAL AGASTYA. 7 (1): 82–103. ISSN 2502-2857. 
  • Sulistiawan E., Jayusman &, Suharso R. (2019). "Modul Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha Sebagai Bahan Ajar Alternatif Bagi Siswa SMA Kabupaten Semarang". Indonesian Journal of History Education. 7 (1): 22–32. ISSN 2549-0354. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-Buddha&oldid=21591648"


Page 2

Anda tidak memiliki hak akses untuk menyunting halaman ini, karena alasan berikut:

Alamat IP Anda berada dalam rentang yang telah diblokir di semua wiki Wikimedia Foundation.

Pemblokiran dilakukan oleh Jon Kolbert (meta.wikimedia.org). Alasan yang diberikan adalah Open proxy/Webhost: Visit the FAQ if you are affected .

  • Mulai di blokir: 7 November 2021 17.35
  • Kedaluwarsa blokir: 7 Desember 2023 17.35

Alamat IP Anda saat ini adalah 168.138.160.234 dan rentang yang diblokir adalah 168.138.0.0/16. Harap sertakan semua rincian di atas dalam setiap pertanyaan Anda.

Jika Anda yakin Anda diblokir merupakan sebuah kesalahan, Anda dapat menemukan informasi tambahan dan petunjuk di kebijakan global Tanpa proksi terbuka. Jika tidak, untuk membicarakan hal ini, silakan mengirim permintaan untuk diperiksa di Meta-Wiki atau mengirim surel ke antrean VRT steward di dengan menyertakan semua rincian di atas.

Anda dapat melihat atau menyalin sumber halaman ini.

== Eksistensi Kerajaan Hindu-Buddha == Agama Buddha pertama kali masuk ke [[Nusantara]] sekitar pada abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan patung Buddha dari perunggu di daerah Jember dan [[Sulawesi Selatan]]. Pengenalan agama Buddha di Nusantara berasal dari laporan seorang pengelana [[Tiongkok|Cina]] bernama Fa Hsien pada awal abad ke 5 Masehi. {{Sfn|Sulistiawan et al|2019|p=27}} Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan [[Tarumanagara]].{{Sfn|Hannigan|2015|p=38-39|Ps=: "In 412 CE, Faxian the wandering monk whose story would inspire Yijing almost three centuries later stopped by on his return from India in a West Java state that seems to have been called Holotan. As a good Buddhist, Faxian was none too approving of the state of religious. Later another state this one called Tarumanagara grew up in the same place."}} Kemudian dilanjutkan dengan [[Kerajaan Sunda]] sampai abad ke-16. Selain Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda, masih banyak pula kerajaan lain bercorak Hindu-Buddha, seperti Kerajaan [[Medang|Mataram Kuno]].{{Sfn|Sari dan Wibowo|2017|p=83}} Selanjutnya, muncul dua kerajaan besar, yakni Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan [[Majapahit]]. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha [[Sriwijaya]] berkembang pesat di Sumatra.<ref>{{Cite web|last=Widiyani|first=Rosmha|title=Fakta Kerajaan Terbesar di Nusantara dari Sriwijaya hingga Majapahit|url=https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5071532/fakta-kerajaan-terbesar-di-nusantara-dari-sriwijaya-hingga-majapahit|website=detikTravel|language=id|access-date=2020-08-25}}</ref> Pada sekitar tahun 670 M, Penjelajah Tiongkok yang bernama [[I-Tsing]] mengunjungi ibu kota daerah [[Palembang]]. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Sriwijaya mencapai daerah [[Jawa Tengah]] dan [[Kamboja]]. Pada abad ke-14 terdapat satu kerajaan [[Hindu]] di [[Jawa Timur]] yang bernama Kerajaan [[Majapahit]]. Antara tahun 1331-1364, Patih Majapahit yang bernama [[Gajah Mada]] berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.

Kembali ke Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-Buddha"