Jelaskan maksud dari pemberi kabar gembira dan peringatan

Al-Qur’an memiliki tujuan utama sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan. Didalamnya ada terkandung kisah dan sebab-sebab manusia dirahmati Allah SWT, dan juga kisah dan sebab-sebab manusia di dimurkai Allah SWT. Seharusnya apa yang kita lakukan di dunia ini digunakan sebagai sarana tersebarnya Al-Quran di berbagai penjuru dunia. Ilmu yang kita miliki, harta benda yang kita punya, dapat menjadi jembatan untuk menyebarkan Al-Quran agar seluruh manusia dapat mengetahui kabar gembira dan peringatan dari Allah SWT dan selamat sampai di sisiNya.

Allah SWT berfirman:

“Dan demikianlah Kami menurunkan al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian ancaman, agar mereka bertaqwa atau (agar) al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. 20:113)

“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.” (QS. 42:7)

“Dan sebelum al-Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat.Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memeri kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 46:12)

“Sesungguhnya Kami menjadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).” (QS. 43:3)

Segala puji hanya bagi Allah yang menurunkan Al-Quran untuk seluruh umat manusia. Pada zaman Rasulullah, para sahabat dan para penerusnya, Al-Quran telah tersebar ke daerah yang sangat luas. Tak hanya itu, bahasa Arab dan pengajaran Islam juga pun telah menyebar ke daerah yang sangat luas.

Allah SWT menghendaki Al-Quran agar dapat dimengerti dan dipahami di berbagai belahan dunia, yang kemudian berbagai terjemahan bahasa muncul agar seluruh manusia memahami kehendak Allah dan petunjuk Allah SWT, walaupun tidak dengan bahasa Arab.

Allah SWT menghendaki Al-Quran menjadi kabar gembira dan peringatan. Orang yang taat kepada Allah SWT bahagia di dunia dan di akhirat akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya, celakalah bagi mereka yang tidak taat kepada Allah di akhirat akan dimasukan kedalam siksa neraka. Allah SWT akan memberikan ketenteraman dan kebahagiaan dan perlindungan kepada mereka bagi mereka yang mengikuti petunjukNya.

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 6:48)

Katakanlah:”Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. 16:102)

“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. 36:11)

Allah SWT juga menjadikan Al-Quran sebagai sesuatu yang dimudahkan untuk dipahami manusia dalam menempuh jalan petunjuk Allah, jalan keselamatan, jalan kebahagiaan, jalan ampunan, jalan yang diridhoi Allah.

“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertaqwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.” (QS. 19:97)

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS. 33:45)

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS. 25:56)

“Dan sebelum al-Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memeri kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 46:12)

Di dalam surat Al Qamar terdapat 4 ayat yang sama , di dalam ayat ke 17, 22, 32 dan 40 yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an telah dimudahkan oleh Allah untuk menjadi kabar gembira dan peringatan untuk orang-orang yang ingin menerima peringatan Allah SWT.

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. 54:17)

Sabtu , 04 Nov 2017, 09:38 WIB

saudigazette.com

Dua juta jamaah padati shalat jumaat pertama pascahaji 2017/1438 H.

Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: SupriyadiAgama Islam adalah agama yang meluruskan ajaran-ajaran terdahulu yang telah disimpangkan. Sekaligus juga, Islam melengkapi ajaran-ajaran terdahulu yang belum sempurna.Oleh karena itu, Islam adalah ajaran yang sudah paripurna. Ia sudah lengkap dan matang untuk dijadikan sebagai jalan kehidupan dan jalan kematian serta jalan datang dan jalan pulang.Selain itu, Islam juga menggabungkan ajaran-ajaran dari para nabi terdahulu sebagai sebuah ajaran yang indah. Di antara yang digabungkan (dan tentu saja mengalami revisi) adalah ajaran Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS.Nabi Musa dan Nabi Isa adalah dua di antara sekian nabi dari Bani Israil. Mereka berdua diutus kepada umat Bani Israil untuk menyeru ketauhidan kepada mereka.Nabi Musa membawa sebuah kitab suci bernama Taurat dan Nabi Isa membawa Injil. Taurat secara etimologi berarti memberi pengajaran. Bisa juga diartikan sebagai ajaran. Oleh karena itu, Taurat merupakan kitab yang di dalamnya terkait hukum Tuhan yang merupakan ajaran.Ia merupakan sumber ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Musa. Termasuk di dalamnya adalah 10 perintah Tuhan yang semua isinya berupa hukum yang memuat perintah dan larangan. Jika dilanggar, hukum dengan tegas ditegakkan.Sementara, Injil secara etimologi bermakna kabar gembira. Di dalamnya diajarkan welas asih terhadap sesama. Oleh karena itu, Nabi Isa merupakan misioner welas asih hingga beliau mengajarkan untuk menyerahkan pipi yang kanan ketika pipi yang kiri ditampar. Dengan demikian, ketika hukum ditegakkan dengan sangat ketat, maka welas asih adalah pengimbangnya.Jika Taurat merupakan representasi dari ajaran atau hukum yang tegak, maka Injil adalah representasi dari welas asih. Dengan keduanya, ajaran agama menjadi seimbang dan tidak berat sebelah. Pascamasa Nabi Musa, hukum ditegakkan terlampau ketat sehingga mengeliminasi nilai-nilai welas asih. Sementara, pascamasa Nabi Isa, nilai-nilai welas justru mengebiri penegakan hukum. Oleh karena itu, keduanya tidak seimbang.Islam merupakan ajaran yang memuat hukum dan kasih sayang secara proporsional sehingga penegakan hukum tidak mengeliminasi nilai-nilai welas asih dan nilai-nilai welas asih tersebut tidak mengebiri penegakan hukum. Dengan demikian, Islam merangkum Taurat dan Injil dengan harmonis sehingga Islam merupakan ajaran sempurna, paripurna, dan proporsional.

Hal itu ditegaskan bahwa pengutusan Rasulullah SAW itu sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Pernyataan tersebut termaktub dalam beberapa ayat Alquran yang salah satunya pada surah al-Baqarah ayat 119: "Sesungguhnya kami mengutusmu (wahai Muhammad) dengan haq sebagai pemberi kabar gembira (basyiran) dan peringatan (nadziran)."

Dalam ayat tersebut, ditegaskan bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok seorang nabi dan rasul yang diutus guna memberi kabar gembira (basyiran) dan peringatan (nadziran). Kabar gembira merupakan ajaran yang ditonjolkan oleh Injil sebagaimana definisinya secara etimologi.

Sementara, peringatan merupakan ajaran yang ditonjolkan oleh Taurat karena di dalamnya itu termuat ajaran-ajaran hukum dan bagi orang yang melanggarnya pun mendapatkan peringatan keras alias hukuman. Dengan demikian, Islam memangku dengan indah dua poin penting yang merupakan inti ajaran Taurat dan Injil, yakni hukum yang tegak dan nilai-nilai welas asih.

Dengan konteks tersebut, maka nyatalah bahwa Islam merupakan agama yang sempurna. Ia mengajarkan hukum yang tegak sebagai bentuk keadilan dan nilai-nilai welas asih sebagai bentuk kelembutan dan ampunan. Wallahu a'lam.

  • agama islam
  • agama pelengkap ajaran terdahulu
  • islam agama paripurna

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Alquran memuat kabar gembira dan peringatan dalam berbagai ayatnya

Jumat , 05 Mar 2021, 20:02 WIB

ANTARA

Alquran memuat kabar gembira dan peringatan dalam berbagai ayatnya. Alquran (ilustrasi)

Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran sebagai kitab suci umat Islam merupakan mukjizat yang tiada bandingannya. Di dalamnya, terdapat pesan yang tersirat bahwa Alquran adalah kabar gembira sekaligus peringatan.

Baca Juga

Dilansir di Alukah, Jumat (5/3), secara bahasa, al-basyiru dimaknai dengan beragam arti. Dalam kamus Al-Maaniy misalnya, kata al-basyiru dapat berarti kabar gembira, bersuka hati, meramal, hingga membayangkan.

Namun secara istilah, kabar gembira atau al-basyiru itu dapat dimaknai sebagai kebaikan yang tersirat di wajah.

Artinya, ketika seseorang mendapatkan kabar gembira, maka umumnya wajahnya akan berseri-seri. Itu berarti, sesuatu yang baik akan menghampirinya. Allah berfirman dalam Alquran surat Yusuf ayat 96:

فَلَمَّا أَنْ جَاءَ الْبَشِيرُ أَلْقَاهُ عَلَىٰ وَجْهِهِ فَارْتَدَّ بَصِيرًا ۖ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ “Falamma an jaa-ahul-basyiru al-qaahu ala wajhih fartadda bashiran. Qaala; alam aqul lakum inniy a’lamu minallahi maa laa ta’lamun.” 

Yang artinya: “Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Yakub. Lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Yakub; tidakkah aku katakan padamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya.” 

Adapun an-nadziru secara bahasa dimaknai dengan beragam makna pula. Dalam susunan katanya, kata an-nadziru tersusun dari huruf nun, dzal, dan ra. Dalam kamus Al-Maaniy, kata an-nadziru dapat berarti disamarkan, sembunyi-sembunyi, memberi peringatan.

Adapun secara istilah, kata an-nadziru berarti sesuatu yang dilengkungkan untuk diluruskan sehingga menyasar layaknya busur yang dilempar ke sasaran yang tepat.

Busur yang ditembakkan ke sasaran, dimaknai sebagai sesuatu yang pasti. Artinya, peringatan yang tersirat di dalam Alquran adalah sebuah kepastian kepada orang-orang yang mengingkarinya.

Adapun penjelasan mengenai kabar gembira dan peringatan dalam Alquran itu dapat terlihat jelas sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Fushilat ayat 3-4: 

كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ “Kutiba fushilat aayatihi Qur’anan Arabiyyan laqaumin ya’lamun. Basyirun wa nadzirun fa a’radha aktsaruhum fahum laa yasma’un.” 

Yang artinya: “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.” 

Dijelaskan bahwa gambaran tentang Alquran adalah mengabarkan kepada mereka yang mengimani itu dengan kabar perihal surga. Dan kemudian memberikan peringatan kepada yang mengingkarinya dengan ganjaran neraka.

Alquran adalah sebuah kabar gembira dan bagi mereka yang menaati dan mengharaginya. Sedangkan akan menjadi peringatan dan kabar penghukuman bagi mereka yang mengingkari dan menistakannya.

Sumber: alukah

  • Alquran
  • ayat alquran
  • nama alquran
  • alquran kabar gembira
  • alquran peringatan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA