Jelaskan fungsi atau Peran Baitul Hikmah pada masa Daulah bani Abbasiyah

Sabtu , 21 Oct 2017, 10:13 WIB

ist

Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.

Rep: Mgrol97 Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Di masa lalu, Bagdad adalah pusat rujukan ilmu pengetahuan dunia. Lembaga ilmu pengetahuan banyak berdiri di sana, salah satu yang paling terkenal adalah Baitul Hikmah. Tiga filsuf terkemuka pernah belajar di sana. Mereka adalah Al-Kindi, Al-Farabi, dan Al-Ghazali. Baitul Hikmah tidak hanya menyimpan kekayaan peradaban, tetapi juga menjadi saksi berupa tingginya semangat menimba ilmu di kalangan kaum muslimin pada masa lalu.Dikutip dari buku "Khazanah Peradaban Islam' karya Tata Septayuda Purnama, bahwa atmosfer haus ilmu ini muncul  berkat dorongan kalangan istana ketika kekuasaan Islam berada di tangan kekhalifahan Abbasiyah. Puncaknya adalah pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M). Dialah yang mengawali berdirinya Baitul Hikmah. Dalam kurun waktu dua abad, Baitul Hikmah berhasil melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Selain Al-Kindi, Al-Farabi, dan Al-Ghazali, ilmuwan muslim lain yang dilahirkan oleh Baitul Hikmah adalah Al-Khawarizmi dan Al-Battani.Tidak hanya naskah-naskah berbahasa Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, tetapi juga Persia, Syria (Suriah), dan India. Fungsi Baitul Hikmah kemudian diperluas lagi oleh penerus Harun Ar-Rasyid, yaiu Khalifah Al-Ma’mun (813-830 M). Khalifah yang baru ini menjadikan Mu’tazilah (mengedepankan akal dalam penafsiran) sebagai ideologi dan paham resmi negara. Selama 20 tahun memerintah, dia menjadikan Baitul Hikmah sebagai perguruan tinggi.Ia membangun perpustakaan besar dengan koleksi bacaan yang dilengkapi dengan ruang-ruang tempat para pakar berdiskusi. Bahkan, lembaga itu memiliki tempat khusus untuk mengobservasi bintang. Al-Ma’mun mengirim utusan kepada raja Roma, Leo Armenia, meminta karya-karya ilmiah Yunani kuno untuk diterjemahkan ke dalam bahas Arab. Di antara ilmu-ilmu yang mendapat perhatian besar adalah fisika, meteorologi, mineralogi, botani, astronomi, dan ilmu bumi.Karya pertama yang diterjemahkan adalah karya-karya kedokteran dan filsafat, sesudah itu matematika, astrologi, dan ilmu bumi. Prestasi lain yang menonjol dari Baitull Hikmah adalah keberhasilan lembaga ini menemukan susunan peta bumi. Banyak orang dari berbagai negeri datang ke Bagdad dan menuntut ilmu di Baitul Hikmah. Pakar dari berbagai kota memilih bermukim di sana untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu kedokteran, matematika, kimia, fisika, astronomi, filsafat, sastra, musik, dan ilmu-ilmu agama."Keinginan Al-Ma’mun mengembangkan ilmu pengetahuan tak cukup sampai di situ. Ia menyediakan dana besar untuk ilmu pengetahuan, terutama gerakan menerjemahkan karya-karya kuno berbahasa Yunani dan Suriah ke dalam bahasa Arab," kata Tata dalam buku tersebut.Sebelumnya, terjemahan teks filsafat Yunani atau Syria (Suriah) muncul pertama kali pada abad ke-8. Sejumlah naskah tentang ilmu logika, seperti Dialogues Platonic, diterjemahkan oleh Yahya bin Al-Bitriq dan direvisi oleh Hunain bin Ishaq Al-Ibadi beserta para koleganya. Namun, proses penerjemahan ini masih dilakukan secara sembarangan. Baru setelah bertahtanya Dinasti Abbasiyah, terutama saat pemerintahan Al-Ma’mun sendiri memiliki keinginan belajar yang kuat pada hal-hal asing, terutama filsafat dan sains Yunani.Sejumlah nama ilmuwan yang ditugaskan sebagai penerjemah, diantaranya Yahya bin Abi Mansur, Qusta bin Luqa, Hunain bin Ishaq, dan Yahya bin Abi Mansur, dan Sabian Sabit bin Qurra. Selain penerjemahan ilmu-ilmu filsafat dan sains. Baitul Hikmah juga menerjemahkan buku-buku musik karangan para ilmuwan Yunani, kemudian muncullah sarjana muslim besar yaitu Al-Kindi.Namun, satu abad setelah masa gemilang Khalifah Al-Ma’mun, kekuasaan politik Dinasti Abbasiyah merosot.  Pamor kekhalifahan makin melorot dan fungsinya mulai berubah menjadi hanya simbol kesatuan umat.  Kekuasaan politik terbagi-bagi atas para kepala suku dan bangsawan. Pertentangan penganut aliran-aliran kian memperburuk keadaan. Untunglah di tengah carut marutnya kondisi politik saat itu, semangat berpikir dan mengembangkan ilmu pengetahuan tidak menyurut.Berbagai kegiatan intelektual masih sering dilaksanakan, tetapi tempatnya tidak lagi di Bagdad. Kalau dahulu, para khalifah yang mendorong dan melindungi kegiatan keilmuan, kini para bangsawan dan kepala sukulah yang berperan. Para kepala suku bersaing untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pemikiran-pemikiran kritis yang dahulu hanya berkembang di Bagdad, menyebar hingga ke belahan bumi Islam sebelah barat, seperti Kordoba dan Granada, Spanyol.

  • kota bagdad
  • rujukan ilmu pengetahuan
  • dinasti abbasiyah

Baitul Hikmah berfungsi sebagai Perpustakaan sekaligus observator. Disitulah para Ilmuwan Muslim sering berkumpul untuk melakukan kajian-kajian ilmiah, Khalifah Harun Ar- Rasyid yang kemudian di ikuti Al-Makmum secara aktif selalu ikut dalam pertemuan-pertemuan itu.

Dimana perpustakaan Baitul Hikmah?

Rumah Kebijaksanaan atau Baitul Hikmah adalah perpustakaan, lembaga penerjemahan dan pusat penelitian yang didirikan pada masa kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad, Irak.

Kebijakan apakah yang dilakukan khalifah al Makmun untuk meningkatkan pendidikan?

Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid, sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian.

Apa fungsi Baitul Hikmah pada masa Abbasiyah?

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pada masa dinasti Abbasiyah, Baitul Hikmah memiliki peran sebagai perpustakaan, observatorium, biro penerjemahan, lembaga pendidikan tinggi Islam, dan pusat ilmu pengetahuan.

Sebutkan apa fungsi Baitul Hikmah yang didirikan oleh Makmum?

Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.

Siapakah khalifah Abbasiyah yang mendirikan Baitul Hikmah?

Baitul Hikmah didirikan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, yang memegang tampuk kekuasaan Bani Abbasiyah antara 786-809.

Siapa nama penerjemah terkenal di Baitul Hikmah?

Sejumlah nama ilmuwan yang ditugaskan sebagai penerjemah, diantaranya Yahya bin Abi Mansur, Qusta bin Luqa, Hunain bin Ishaq, dan Yahya bin Abi Mansur, dan Sabian Sabit bin Qurra.

Apa yang dilakukan oleh Al-Makmun?

Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Makmun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Apa tujuan khalifah Al-Makmun membentuk badan intelijen?

Khalifah Al-Ma’un membentuk badan-badan intelejen, baik dari dalam maupun luar negeri untuk melakukan pengkontrolan dan memberikan informasi terhadap kerja dan tugas-tugas para pejabat yang diangkat terutama wilayah jajahannya, yakni Biyzantium.

Apa saja dampak positif berdirinya Baitul Hikmah?

1. Sebagai pusat dokumentasi dan pelayanan informasi keilmuwan bagi masyarakat, yang antara lain ditunjukkan dengan berdirinya perpustakaan di kota Baghdad.2. Sebagai pusat dan forum kegiatan pengembangan keilmuan, sehingga semua perangkat risetnya juga dilengkapi dengan observatorium astronomi.

Apakah fungsi Baitul Hikmah yang dirasakan oleh Khalifah Harun Al Rasyid?

Apa saja peranan Baitul Hikmah pada masa Dinasti Abbasiyah?

Siapakah penerjemah yang terkenal di Baitul Hikmah pada masa Dinasti Abbasiyah?

Sabian bin Tsabit bin Qura.

Lihat Foto

Wikipedia Commons

Baitul Hikmah, perpustakaan era Dinasti Abbasiyah yang menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan di dunia

KOMPAS.com - Baitul Hikmah atau Rumah Kebijaksanaan adalah pusat penelitian dan ilmu pengetahuan yang didirikan oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

Meski kerap disebut sebagai Perpustakaan Baitul Hikmah atau Perpustakaan Besar Bagdad, tetapi fungsinya sangat banyak.

Pasalnya, Baitul Hikmah digunakan sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan teks-teks kuno dari Yunani, dan pusat keilmuan pada masa kejayaan Islam.

Baitul Hikmah didirikan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, yang memegang tampuk kekuasaan Bani Abbasiyah antara 786-809.

Dari sinilah muncul ilmuwan-ilmuwan Islam era Abbasiyah yang terkenal, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-Khawarizmi, dan Al-Battani.

Baca juga: Ahli Tafsir pada Masa Dinasti Abbasiyah

Perkembangan Islam di masa-masa awal, yaitu pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang ditandai dengan dibangunnya perpustakaan terbesar yang bernama Baitul Hikmah.

Pembangunan Baitul Hikmah merupakan misi panjang Dinasti Umayyah di bidang ilmu pengetahuan yang diteruskan oleh Dinasti Abbasiyah.

Sejak era pemerintahan Muawiyah I (661-680), Dinasti Umayyah telah melakukan pengumpulan teks-teks kuno untuk diterjemahkan.

Muawiyah I kemudian mendirikan perpustakaan di Damaskus, Suriah, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pusat penerjemahan era Dinasti Umayyah.

Setelah Dinasti Umayyah runtuh pada 750 dan digantikan oleh Dinasti Abbasiyah, pada 762, Khalifah Al-Mansur membangun Kota Bagdad di Irak.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA