Identifikasikan kendala kendala atau hambatan yang mungkin timbul dari penggunaan uang elektronik

tirto.id - Pemakaian e-money mulai populer di Indonesia. Sebagaimana dilansir Investopedia, e-money merupakan uang elektronik yang ada dalam sistem komputer perbankan dan tersedia untuk transaksi melalui sistem elektronik.

Transportasi umum telah menjadi sektor yang paling banyak mengadopsi e-money. Namun tidak hanya itu, e-money juga bisa digunakan untuk membayar tagihan parkir dan makanan.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), hingga September 2017, jumlah uang elektronik yang beredar di masyarakat sebanyak 71.783.618. Hingga bulan yang sama, volume transaksi uang elektronik telah mencapai Rp817.366 miliar, dengan 67,55 juta transaksi. BI juga mencatat ada 486.039 reader (mesin pembaca) uang elektronik.

Jumlah uang elektronik yang sudah beredar hingga November 2017 mencapai 113 juta instrumen berjenis e-money ataupun e-wallet.

Jumlah ini meningkat signifikan dari posisi awal 2017 yang hanya 52 juta instrumen uang elektronik. Jumlah itu mencakup 26 jenis uang elektronik yang dikeluarkan oleh 26 perusahaan penerbit berbeda.

Akan tetapi ada beberapa kekurangan pemakaian e-money di Indonesia.

1. Sinyal harus stabil jika ingin melakukan transaksi.

Karena e-money berbasis internet, maka ketika melakukan sebuah transaksi sinyal ponsel anda harus stabil. Kegagalan transaksi terkadang menimbulkan masalah baru.

2. Belanja mengunakan e-money lebih boros.

Kemudahan melakukan transaksi mengunakan handphone ini memanjakan para pengguna untuk bisa melakukan transaksi di mana pun dan kapan pun. Jadi, para penguna e-money bisa dengan mudah mengeluarkan uang tanpa harus bertransaksi melalui ATM.

3. E-money kurang aman.

Dari segi keamanan e-money hadir tanpa dilengkapi dengan fitur keamanan. Jadi apabila Anda kehilangan handphone, maka isi saldo tidak akan bisa dibekukan dan bisa dengan mudah digunakan orang lain.

4. Tidak semua minimarket bisa bertransaksi mengunakan e-money.

Penggunaan uang elektronik kadang-kadang bisa menyebalkan. Saat membeli barang di minimarket misalnya, proses transaksi dengan uang elektronik justru lebih lama dibandingkan membayar tunai sebab belum semua minimarket siap dengan pembayaran elektronik.

Baca juga:

  • Candu Uang Elektronik para Milenial
  • Plus Minus Uang Elektronik: Pilih E-Wallet atau Kartu E-Money?

Baca juga artikel terkait E-MONEY atau tulisan menarik lainnya Fahlemi Faradela
(tirto.id - del/dip)


Penulis: Fahlemi Faradela
Editor: Dipna Videlia Putsanra

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Kusuma, Ihsan Irbah (2017) Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Penggunaan Uang Elektronik (E-Money) Di Sumatera Utara. Diploma thesis, Universitas Negeri Islam Sumatera Uatra.

Abstract

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 Perubahan Atas Peratuan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/ 2009 Tentang Uang Elektronik (e-money), Yang dimaksud dengan Uang Elektronik (e-money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur: diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit, nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip, digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut dan nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan. Uang elektronik (e-money) sebagai solusi yang memiliki kelebihan dan memberikan manfaat yaitu lebih praktis dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, khususnya untuk transaksi yang ternilai kecil (micro payment), electronic value dapat diisi ulang kedalam kartu e-money melalui berbagai sarana yang disediakan oleh issuer, tidak lagi menerima uang kembalian dalam bentuk barang (seperti permen) akibat padagang tidak mempunyai uang kembalian bernilai kecil (receh), sangat applicable (berlaku) untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi. Bank Indonesia memiliki banyak peran dalam mendorong penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia khusunya di Provinsi Sumatera Utara. Namun penggunaan uang elektronik masih sangat minim digunakan oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan uang elektronik serta penyelenggaraan sosialisasi yang ditujukan kepada masyarakat yang masih sangat kurang. Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan penggunaan uang elektronik dikalangan masyarakat awam yang berada di Provinsi Sumatera Utara yaitu: Jaringan atau penyebaran informasi, Kepercayaan Masyarakat.

Actions (login required)

View Item

Widyastuti, K., Handayani, P. W., & Wilarso, I. (2017). Tantangan dan Hambatan Implementasi Uang Elektronik di Indonesia: Studi Kasus PT XYZ. Jurnal Sistem Informasi, 13(1), 38-48. //doi.org/10.21609/jsi.v13i1.465

Page 2

Jakarta - Perbankan saat ini menyediakan uang elektronik atau e-Money untuk transaksi di minimarket, tol dan lainnya. Namun banyak yang mengeluhkan penggunaanya justru menambah ribet karena ketidaktahuan petugas kasir cara penggunaanya.Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Suwignyo Budiman mengakui banyak masih masalah dalam praktek penggunaan e-Money, terutama pada kasir yang bingung dalam penggunaan e-Money."Memang kita akui masalah banyak masalah yang dihadapi dalam e-Money ini, untuk itu kami tidak hentinya melakukan sosialisasi. Asal tahu saja sosialisasi itu merupakan biaya paling mahal dari pada penyiapan infrastruktur e-Money," ujar Suwigyo diseminar Less Cash Society di Universitas Indonesia, Rabu (2/10/2013). Suwigyo mengatakan BCA dalam menerapkan e-money ini sebelumnya mengumpulkan para kasir diberbagai merchant seperti tol, minimarket, parkir dan lainnya."Kita kasih edukasi bagaimana cara penggunaanya, pemasangannya dan lainnya, yang jadi masalah yang kita edukasi ini kadang tidak masuk kerja, petugas lain yang ditunjuk yang belum dapat edukasi, hal-hal seperti inilah yang membuat e-Money harusnya lebih cepat dan mudah menjadi lebih lama," ucapnya.

(rrd/dru)

Perkembangan e-commerce di Indonesia semakin pesat dilihat dari banyaknya toko-toko online yang bermunculan. Hal ini membuka peluang bagi penggunaan jenis-jenis e-payment sebagai media pembayaran pada toko online. PT XYZ mengembangkan produk uang elektronik bernama uang elektronik M sebagai salah satu solusi untuk sistem pembayaran dengan e-payment. Pada pelaksanaannya, perkembangan produk uang elektronik ini masih jauh dari target jumlah nasabah yang diharapkan yaitu baru mencapai 1776 dari target 142616 nasabah. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tantangan dan hambatan dalam implementasi produk uang elektronik PT XYZ. Objek penelitian ini adalah pengguna dan pengelola produk uang elektronik M. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada nasabah uang elektronik M sebanyak 125 orang yang terdiri dari 93 nasabah yang pernah bertransaksi dan 32 nasabah yang belum pernah bertransaksi. Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui wawancara kepada ketua tim dan manajer pemasaran uang elektronik M serta kepada 9 orang nasabah uang elektronik M. Penelitian yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa hambatan yang dihadapi nasabah uang elektronik M meliputi keterbatasan merchant, keterbatasan metode akses, keterbatasan channel transaksi, biaya transaksi, kompetitor produk sejenis, serta faktor sosial budaya yaitu kebiasaan menggunakan metode pembayaran selain uang elektronik. Hambatan yang dihadapi pengelola uang elektronik M meliputi kurangnya pengalaman menjalankan model bisnis B2C, serta sulitnya mengakuisisi pelanggan baru. Tantangan yang dihadapi PT XYZ dalam pengembangan uang elektronik M adalah tingkat kompetisi produk sejenis yang tinggi, adanya pengaruh barang substitusi serta tingginya ekspektasi nasabah untuk memperoleh layanan uang elektronik yang aman, nyaman, dan terpercaya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA