Harga beberpaa kebutuhan pokok meningkat mendekati hari Raya Idul Fitri hal ini dikarenakan

Posted at 11:01h in Artikel by Biru Cahya

Sudah jadi semacam ajang tahunan kalau harga kebutuhan pokok alias sembako naik menjelang bulan Ramadan. Akibatnya, umat Muslim yang berpikir bisa banyak berhemat karena sedang puasa, tetap saja mengeluarkan jumlah yang sama untuk sahur dan berbuka. Bagaimana tidak, di negara yang kaya akan petani dan hasil panen, harga bawang bisa melambung hingga Rp100 ribu saat Ramadan. Bukankah ini tergolong mahal? Kira-kira, apa penyebab kenaikan harga sembako ini?

Prinsip supply and demand

Dalam ilmu ekonomi, dikenal namanya prinsip supply and demand. Artinya, di mana ada permintaan, di situ ada produksi. Nah, meski di bulan Ramadan umat Islam puasa sekitar 13-14 jam saat pagi hingga sore, ternyata permintaan sembako makin naik di bulan ini. Mengapa begitu? Ini karena tradisi atau kebiasaan yang selalu ada di bulan puasa.

Sebut saja tradisi makan opor ayam, ketupat, rendang, dan makanan lain saat Lebaran. Tidak ada opor, tidak afdol. Oleh sebab itu, di hari Lebaran permintaan akan ayam, daging, beras, dan makanan pokok lain melonjak. Ini sebuah kesempatan untuk menaikkan harga barang, seiring dengan permintaan yang terus ada.

Rantai distribusi yang panjang

Bisa bayangkan berapa lama dan bagaimana proses memindahkan barang pokok ini dari produsen ke konsumen? Barang dari produsen dibawa ke pemasok, pemasok bawa ke distributor, distributor ke pasar besar, dari pasar besar ke pedagang-pedagang kecil. Iya kalau proses distribusi ini dalam satu daerah, kalau antar daerah, proses dan biayanya akan makin naik.

Sayangnya, distribusi antar daerah inilah yang terjadi ketika Ramadan. Pasar di daerah Solo, mungkin saja menunggu pasokan bawang merah dari pasar di pulau Sumatra. Ini karena permintaan sembako yang tinggi di Solo hingga stok menipis. Mau tak mau, pasar di Solo harus mendatangkan barang dari daerah lain untuk menutup permintaan yang ada. Sedangkan, distribusi dari Sumatra ke Solo tentu tidak murah. Itulah penyebab kenaikan harga sembako di Ramadan kerap terjadi.

Faktor iklim

Isu perubahan iklim global juga terlihat dampaknya pada ekonomi. Salah satunya adalah apa yang menjadi penyebab kenaikan harga sembako di bulan Ramadan. Saat kondisi iklim yang berubah-ubah, kadang kemarau panjang dan kadang penghujan yang tak kunjung usai, petani kebingungan bagaimana menanam tanaman.

Sebab, ada bahan pangan yang lebih cocok ditanam saat kemarau, ada yang saat penghujan. Kalau yang terjadi adalah kemarau panjang, maka petani tidak bisa menanam tanaman musim penghujan. Akibatnya, stok bahan pangan tersebut akan menipis sampai langka. Oleh karena itu, harga sembako di pasar pun naik di bulan Ramadan karena memang stoknya sedikit, padahal permintaan tinggi.

Adanya kartel sembako 

Belum tahu apa yang dimaksud dengan kartel? Kartel adalah gabungan beberapa produsen independen yang menimbun barang dalam rangka menguasai pasar. Pelaku kartel akan memainkan harga dengan cara menimbun banyak hasil panen hingga stok di pasar menipis, kemudian mematok harga setinggi mungkin agar untung. Ini memang cara kotor untuk mendapat untung pribadi.

Namun, kamu tahu sendiri kalau pelaku kartel seperti ini masih kerap terjadi. Akan tetapi, pemerintah tidak tinggal diam, kok, dengan masalah ini. Setiap tahunnya, ada operasi pasar untuk cek harga sembako dan cari tahu apa penyebab kenaikan harga sembako tersebut. Kalau kenaikan memang karena kartel, maka pemerintah dan pihak berwajib tidak akan segan menjatuhkan hukuman.

Semakin banyak tahu apa penyebab kenaikan harga sembako, entah karena faktor musim atau permainan kotor produsen, alangkah baiknya kalau kamu bersiap. Bukan berarti harus mengurangi konsumsi, namun lebih ke memilih bahan makanan apa yang masih masuk budget makan agar tidak membebani. Kamu bisa mulai investasi reksadana untuk menyiapkan tabungan selama Ramadan dan Lebaran. Semakin awal memulai, semakin banyak yang bisa didapat!

KOMPAS.com - Menjelang Ramadhan 1443 Hijriah, sejumlah kebutuhan pokok dilaporkan mengalami kenaikan.

Di Malang, Jawa Timur, kenaikan harga sejumlah bahan pokok sudah terjadi kurang lebih satu pekan terakhir, dikutip dari Antara.

Salah seorang pedagang di Pasar Besar Kota Malang, Rahadi (58) mengatakan, beberapa bahan pokok yang naik adalah gula pasir, telur, dan tepung terigu.

Baca juga: 5 Bahan Pokok yang Naik Jelang Ramadhan, Apa Saja?

Menurutnya, harga gula pasir naik dari Rp 13.000 per kilogram menjadi Rp 13.500 per kilogram, telur naik dari Rp 20.000 menjadi Rp 23.000, dan tepung terigu naik dari Rp 9.000 menjadi Rp 9.500 per kilogram.

Di Denpasar, bawang merah yang semula Rp 40.000-an kini menjadi Rp 55.370 per kilogram.

Kenaikan barang pokok menjelang Ramadhan bukan kali ini saja, tetapi hampir setiap tahunnya.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina, Kenaikan Harga Pangan Global, dan Ancaman Kelaparan Dunia

Alasan harga kebutuhan pokok naik setiap jelang Ramadhan

Lantas, mengapa harga kebutuhan pokok naik setiap jelang Ramadhan?

KOMPAS.COM/JUNAEDI Stok Menipis, Harga Sembako Berlomba Naik Jelang Ramadhan

Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, kenaikan harga bahan pokok ini akibat kebutuhan lebih tinggi daripada penawaran.

"Logika ekonomi sederhana kan permintaan dan penawaran, masa-masa menjelang puasa dan hari raya pasti kebutuhan pokok lebih tinggi, tapi penawaran atau supply barang kan tidak bertambah banyak," kata Eddy kepada Kompas.com, Sabtu (19/3/2022).

"Ketika peningkatan permintaan lebih tinggi dari penawarannya, harganya terdongkrak naik," sambungnya.

Baca juga: Jika Terjadi Resesi Ekonomi, Apa Dampaknya pada Harga Bahan Pokok?

Ia menjelaskan, kenaikan harga bahan pokok atau inflasi ini tidak bisa diantisipasi, karena sifatnya alamiah.

Sebab, inflasi merupakan sebuah konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi. Karena itu, hal yang paling penting adalah level inflasi tetap ideal.

"Jadi kalau level inflasi itu antara 0-3 persen itu masih oke. Jadi klau di bawah 3 persen itu masih ideal," jelas dia.

Baca juga: Perang Rusia Ukraina Bisa Pengaruhi APBN dan Picu Inflasi, Benarkah?

Laju inflasi diperkirakan 2,4 persen

KOMPAS.COM/JUNAEDI Stok Menipis, Harga Sembako Berlomba Naik Jelang Ramadhan

Tahun ini, Eddy menyebut Indonesia diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 2,4 persen dan mengalami kenaikan pada April 2022.

Kendati demikian, angka tersebut diperkirakan akan turun dan stabil pada Juli 2022.

"Kalau Ramadhan dan hari raya, permintaan barang pasti naik, penawaran barangnya naik tapi hanya sedikit. Yang penting kenaikannya masih dalam taraf normal," ujarnya.

Baca juga: Jika Terjadi Resesi Ekonomi, Apa Dampaknya pada Harga Bahan Pokok?

Sebelumnya, Direktur Bahan Pokok dan Penting Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim memastikan, harga pangan kebutuhan pokok nasional per Senin, 14 Maret 2022 relatif stabil.

Menurutnya, beberapa komoditi yang mengalami kenaikan adalah bawang merah naik 6,12 persen menjadi Rp 36.400 per kg selanjutnya cabai Merah Keriting naik 30,13 persen menjadi Rp 51.400 per kg, cabai merah besar naik 32,45 persen menjadi Rp 49.800 per kg, cabai rawit merah naik 32,32 persen menjadi Rp 69.600 per kg.

Disusul oleh kedelai naik 8,82 persen menjadi Rp 11.989 di tingkat pengrajin dan 7,14 persen menjadi Rp13.500 di tingkat eceran.

Isy meneruskan, kenaikan harga cabai berdasarkan info dari Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) disinyalir akibat tertundanya masa pemetikan oleh petani akibat dari faktor cuaca hujan di sentra produksi.

Ia menuturkan, panen cabai diprediksi baru akan terjadi pada April, Juni 2022.

Baca juga: Siapa Saja yang Berhak Dapat Kartu Sembako?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA