Fosil apa saja yang ditemukan di situs Trinil?

Situs Sangiran adalah situs manusia purba Kala Plestosen yang terkenal di dunia karena telah menjadi salah satu situs kunci untuk pemahaman evolusi manusia. Sangiran telah tampil sebagai salah satu dari sedikit pusat evolusi di dunia, yang mampu menggambarkan evolusi manusia, budaya, fauna, dan lingkungannya.

Patiayam adalah nama situs yang telah lama disebut dalam literatur. Jika sebagian besar situs manusia purba berada di poros Pulau Jawa yang terkait dengan Cekungan Besar Solo, Pegunungan Kendeng, dan endapan alluvial Bengawan Solo, maka Situs Patiayam ini seakan terpisah dari situs yang lain. Dan memang pada kenyataanya Patiayam baru menyatu dengan Pulau Jawa sekitar 300 tahun yang lalu. Berdasarkan jenis-jenis temuannya baik fosil manusia purba, artefak, maupun fosil fauna, Situs Patiayam mewakili situs pada Kala Plestosen.

Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo menjadi salah satu tempat favorit Homo erectus berkaitan dengan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pokok makhluk hidup. Manusia, hewan, dan tumbuhan mendiami daerah di sekitar Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo dari masa ke masa. Mereka banyak melakukan aktivitas untuk hidup, bahkan sepanjang aliran ini menjadi kubur manusia dan fauna dari ribuan tahun yang lalu. Tidak heran, di sepanjang aliran Bengawan Solo banyak ditemukan situs purba, beberapa di antaranya sudah sangat terkenal di dunia ilmu pengetahuan. Situs Sambungmacan sejauh ini menghasilkan 4 individu Homo erectus beserta peralatannya. Situs Trinil menjadi terkenal ketika ditemukan atap tengkorak dan tulang paha Homo erectus pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois. Inilah temuan missing-link yang mendunia. Lebih ke hilir lagi, Situs Ngandong menyimpan 11 individu manusia dan 2 tibia yang ditemukan pada tahun 1931. Masih banyak lagi situs baru yang bermunculan seiring semakin giatnya penelitian yang dilakukan di sepanjang aliran Bengawan Solo.

Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Bukuran

Bagi Anda pecinta mata pelajaran Sejarah, topik tentang jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia pasti sangat menarik untuk disimak.

Manusia purba adalah manusia yang hidup pada ribuan tahun bahkan sampai jutaan tahun lalu di permukaan bumi. Manusia purba juga memiliki banyak suku dan ras. Selain itu, manusia purba juga hidup nomaden atau berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain.

Di Indonesia, terdapat sejumlah penemuan fosil manusia purba yang tercatat dalam sejarah. Adapun lokasi penemuan fosil tersebut tersebar di berbagai daerah, seperti di Trinil, Solo, hingga Flores.

Penasaran dengan jenis manusia purba apa saja yang ditemukan di Indonesia? Berikut ulasan tentang jenis manusia purba selengkapnya.

1.    Meganthropus Paleojavanicus

Fosil jenis manusia purba Meganthropus ditemukan oleh von Koeningswald di Sangiran pada 1936 dan 1941. Saat itu, Koenigswald menemukan fosil rahang manusia berukuran besar. Berdasarkan rekonstruksi, para peneliti kemudian menamakannya Meganthropus Paleojavanicus yang berarti manusia raksasa dari Jawa. Manusia purba ini diperkirakan hidup di zaman Pleistosen awal dengan mengumpulkan makanan berupa tumbuh-tumbuhan sebagai cara bertahan hidup.

2.    Pithecanthropus Mojokertensis

Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Mojokerto. Manusia purba ini memiliki badan tegap dengan tinggi 165 – 180 cm. Ciri-ciri Pithecanthropus Mojokertensis adalah tulang kening tebal, menonjol, dan melebar sampai ke pelipis. Adapun isi tengkorak Pithecanthropus Mojokertensis diperkirakan antara 750 – 1300 cc.

3.    Pithecanthropus Erectus

Jenis manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo. Fosil yang ditemukan saat itu berupa bagian atas tengkorak, tulang rahang, dan tulang kaki. Pithecanthropus Erectus memiliki tinggi badan sekitar 160 – 180 cm. Pada bagian belakang kepala, Pithecanthropus Erectus mempunyai bentuk yang lebih menonjol. Manusia purba ini mempunyai volume otak sekitar 900 cc dengan bentuk wajah yang hampir menyerupai monyet.

4.    Pithecanthropus Soloensis

Fosil Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh von Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar di Ngandong dan Sangiran. Tepatnya di tepi Bengawan Solo antara 1931 – 1933. Adapun fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan tulang kering. Pithecanthropus Soloensis memiliki hidung lebar, tulang kening menonjol dan tebal, dan tinggi sekitar 165 hingga 180 cm.

5.    Homo Wajakensis

Homo Wajakensis ditemukan oleh B.D. van Rietschoten pada 1889 di dekat Tulungagung, Jawa Timur. Fosil Homo Wajakensis yang ditemukan berupa tengkorak, fragmen rahang bawah, dan beberapa ruas leher. Homo Wajakensis memiliki volume otak 1.630 cc dengan muka datar dan lebar serta tinggi badan sekitar 130 – 210 cm.

6.    Homo Soloensis

Homo Soloensis ditemukan oleh Weidenreich dan Koenigswald pada 1931. Adapun temuan Homo Soloensis berupa tengkorak dan dari volume otaknya, diperkirakan manusia jenis ini lebih maju dari Pithecanthropus. Homo Soloensis memiliki volume otak 1.000 hingga 1.300 cc dengan tinggi badan sekitar 130 – 210 cm dengan tubuh tegap.

7.    Homo Floresiensis

Homo Floresiensis ditemukan di Gua Liang Bua, Flores oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood bersama-sama dengan tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada 2003 lalu. Homo Floresiensis diperkirakan hidup sekitar 30.000 – 18.000 tahun yang lalu dan telah mampu membuat peralatan dari batu dan memasak dengan api. Karena ukurannya tubuhnya yang kecil, yaitu sekitar 1 meter, Homo Floresiensis kerap disebut sebagai hobbit atau manusia kerdil.

Sumber: //www.suara.com/

Anggaran Fantastis Pergantian Gorden dan Pengaspalan di DPR, Wajarkah?

Oleh Liputan6 pada 12 Jan 2002, 03:40 WIB

Diperbarui 12 Jan 2002, 03:40 WIB

Perbesar

Liputan6.com, Ngawi: Berbagai koleksi kehidupan zaman Pleistosen Tengah sekitar satu juta tahun silam, dapat ditemukan di Museum Trinil. Jadi, tak perlu heran bila hingga kini museum yang terletak Pedukuhan Pilang, Desa Kawu Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur, itu kerap dikunjungi para peneliti dan akademisi yang ingin mempelajari kehidupan Purba. Sayangnya, kegiatan itu kurang ditunjang fasilitas, seperti jalan yang baik.

Museum Trinil dikelola pemerintah daerah, Departemen Pendidikan Nasional, dan Dinas Suaka Peninggalan Purbakala Trowulan. Koleksi museum adalah fosil dari kehidupan di masa lampau, di antaranya manusia purba Pithecanthropus Erectus gajah, kerbau, badak, kerang, dan tumbuhan, yang berasal dari situs Trinil.

Penelitian situs Trinil berawal ketika Eugene Dubois, warga negara Belanda, mendapat kabar penemuan tulang yang sangat besar Balung Buto, di sekitar Bengawan Solo. Upaya Dubois itu mendapat dukungan pemerintah Belanda, saat itu masih menjajah Indonesia. Selanjutnya, Dubois memanfaatkan para tahanan Benteng Pendem Ngawi, untuk menggali fosil.

Alhasil, pada Agustus 1891 ditemukan fosil binatang yang menyerupai gajah, badak, kibon, dan kuda nil. Sedangkan, fosil manusia mulai ditemukan September 1891. Pada 1895, penemuan itu dibawa Dubois ke Belanda dan tak pernah dibawa kembali ke Tanah Air. Namun, sebelum pulang, Dubois membuat tugu peringatan yang menunjukkan lokasi penemuan fosil.(DEN/Agus Ainul Yaqin dan Danang Sumirat)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA