Ceritakan kembali dalam bentuk paragraf tentang peristiwa perjanjian aqabah 2

Pada awal tugas kenabiannya, gangguan dan penyiksaan dari para kaum Quraisy di Mekkah semakin merajalela. Nabi Muhammad dan umat muslim selalu dijadikan bahan ejekan, dihina dan ditindas, serta dicari – cari kelemahannya. Karena itu Nabi Muhammad beranggapan Mekkah tidak lagi dapat dijadikan sebagai pusat dakwah. Kemudian Nabi mengunjungi berbagai negeri seperti Thaif, namun beliau juga dimusuhi disana sehingga tidak dapat berdakwah. Nabi Muhammad kemudian berusaha mendekati para pendatang di Mekkah ketika musim Haji tiba, sehingga ada dua suku yang mau menerima ajakannya.

Keduanya adalah suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yastrib (Madinah). Mereka menerima ajakan Nabi karena telah memahami ajaran tauhid dan juga seringkali mendengar cerita tentang Nabi dari orang – orang Yahudi. Jumlah kaum ini yang masuk Islam sebanyak lebih dari enam orang dan menjadi awal dari banyak penduduk Yastrib yang bersedia masuk Islam. Sejarah perjanjian Aqabah mendapatkan namanya dari bukit Aqabah yang dijadikan tempat baiat kepada Nabi. Perjanjian Aqabah kemudian dibagi menjadi dua berdasarkan dua peristiwa yang berbeda.

Perjanjian Aqabah I

Pada tahun – tahun berikut setelahnya, tepatnya pada tahun 621 M sejumlah 12 orang jamaah haji dari Yastrib bertemu dengan Rasulullah SAW dan menyimak dakwahnya. Mereka menyambut dengan baik sehingga mereka menyatakan keIslaman dan melakukan bai’at kepada beliau. Perjanjian ini kemudian dinamakan sebagai Perjanjian Aqabah I. Beberapa poin kesepakatan dalam perjanjian Aqabah ini yaitu:

  • Menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW
  • Menyatakan rela mengorbankan harta dan jiwa
  • Menyatakan kesediaan untuk menyebarkan agama Islam yang dianut
  • Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT
  • Menyatakan tidak akan membunuh
  • Menyatakan tidak akan melakukan perbuatan curang dan dusta.

Baiat pertama disebut sebagai baiat wanita karena tidak melibatkan peperangan kecuali yang terjadi pada pikiran setiap orang setelah dilakukan pembinaan akidah dan pikiran. Sebagai strategi pengembangan Islam di Yastrib, Nabi mengirim Mus’ab bin Umair untuk bergabung dengan rombongan yang pulang ke Yastrib. Tugasnya untuk membantu penduduk Yastrib yang telah menyatakan keislamannya untuk menyebarkan ajaran Islam disana. Mush’ab kemudian menjadi guru mengaji di Madinah, sebagai imam dalam shalat karena kaum Aus dan Khazraj tidak mau salah satu dari mereka menjadi imam. Ketahui juga mengenai sejarah berdirinya agama Islam, sejarah Ka’bah di Saudi Arabia dan sejarah kerajaan Champa di Vietnam.

Perjanjian Aqabah II

Sejarah perjanjian aqabah II pada 622 SM dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yastrib diwaktu tengah malam. Kedua wanita tersebut bernama Nusaibah binti Ka’ab dan Asma’ binti ‘Amr bin ‘Adiy. Perjanjian ini dibuat pada tahun kenabian ketiga belas. Mush’ab juga kembali ikut dengan semua penduduk Yastrib yang sudah masuk Islam lebih dulu, kemudian mereka menemui Rasulullah di Aqabah pada suatu malam hari. Nabi datang bersama pamannya Al Abbas bin Abdil Muthalib. Al Abbas ketika itu belum memeluk Islam, namun ia inin meminta jaminan bahwa keponakannya yaitu Nabi akan selamat dan aman kepada orang- orang Yastrib tersebut. Isi pada sejarah perjanjian aqabah kedua adalah:

  • Kesiapan penduduk Yastrib untuk melindungi Nabi Muhammad SAW
  • Keikutsertaan penduduk Yastrib untuk berjuang dengan harta dan jiwanya.
  • Penduduk Yastrib akan ikut memajukan agama Islam dan menyiarkan agama kepada sanak saudara mereka.
  • Kesiapan para penduduk Yastrib menerima segala resiko dan tantangan.

Setelah melakukan baiat sebagai bagian dari sejarah perjanjian Aqabah, Nabi Muhammad kembali ke Mekkah untuk terus berdakwah namun diganggu oleh kaum musyrik. Nabi kemudian memerintahkan hijrah ke Yastrib, baik sendiri maupun berkelompok. Mereka kemudian berhijrah dengan diam – diam agar kaum musyrik tidak mengetahui kepindahan tersebut. Orang pertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin Abdil Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab menyusul dalam rombongan berjumlah 20 orang. Ketahui penyebab perang badar kubra, sejarah perang ain jalut, sejarah runtuhnya bani ummayah dan sejarah istana al hamra.

Pengertian Baiat

Baiat mempunyai arti yaitu perjanjian atau ikrar bagi penerima yang sanggup menanggung atau melakukan sesuatu yang disebutkan dalam perjanjian tersebut. Istilah ini biasa digunakan ketika seorang Syekh akan menerima seorang murid dan akan menerima petunjuk – petunjuk tertentu yang didasarkan pada baiat sebagai amanah dari sang Syekh tersebut. Istilah baiat juga digunakan dalam bidang yang lebih luas dan lebih jauh dalam ajaran Islam, terutama untuk menegakkan pelaksanaan syariat Islam itu sendiri. Beberapa pengertian mengenai istilah baiat dalam Risalatul Ta’alim karangan Hassan Al Banna dalam kaitannya dengan dakwah Islam yaitu:

  • Baiat untuk memahami agama Islam dengan sebenar – benarnya, karena tanpa pemahaman tersebut maka tidak sesuai dengan tata cara Islam atau dapat dihitung sebagai amal dalam ajaran Islam.
  • Baiat memerlukan keikhlasan, karena tanpa keikhlasan maka amal seseorang tidak akan diterima oleh Allah dan prosesnya juga tidak akan benar.
  • Baiat untuk beramal yang ditentukan awal dan akhirnya yang jelas.
  • Baiat untuk berjihad.
  • Perjanjian pengorbanan untuk mendapatkan surga.
  • Ikrar untuk taat dan patuh mengikuti kepercayaannya dan sesuai dengan tingkat masing – masing.
  • Baiat untuk setia dan berpegangpadanya di setiap situasi.
  • Baiat untuk didasarkan pada dakwah dan mencurahkan keikhlasan.
  • Sebagai pengikat persaudaraan.
  • Sebagai dasar kepercayaan kepemimpinan dan gerakan atau sesama jamaah.

Alasan Pemilihan Yastrib

Dalam sejarah perjanjian Aqabah, ada beberapa faktor yang membuat Rasulullah SAW memilih Yastrib sebagai tempat untuk hijrah para umat Islam. Faktor – faktor tersebut antara lain:

  • Kota Yastrib adalah tempat yang paling dekat dengan Mekkah.
  • Rasulullah telah memiliki hubungan baik dengan penduduk Yastrib sebelum diangkat menjadi Nabi, yang berasal dari ikatan persaudaraan melalui kakeknya yang memiliki istri orang Yastrib. Selain itu ayah Nabi juga dimakamkan disana.
  • Nabi sudah mengenal penduduk Yastrib sebagai orang – orang yang memiliki budi pekerti yang lembut dan sifat – sifat yang baik.
  • Hijrah merupakan keharusan bagi Nabi sendiri karena mendapat perintah dari Allah SWT.

Alasan pemilihan Yastrib dalam perjanjian Aqabah ini menunjukkan bahwa Nabi telah merencanakan dengan matang berbagai langkah strategis untuk dakwah Islam. Proses hijrah ini telah disiapkan dengan sangat matang, mendapat dukungan dari penduduk Yastrib, juga karena secara fisik dan mental Rasulullah telah siap meninggalkan kota tempatnya lahir untuk meneruskan perjuangan dalam menegakkan ajaran tauhid.

Pemilihan Para Naqib

Setelah pelaksanaan sejarah perjanjian Aqabah, Nabi kemudian meminta 12 orang pemimpin untuk dijadikan Naqib dalam rangka melaksanakan isi baiat tersebut. Susunan kepemimpinan tersebut terdiri dari 9 orang daro Kabilah Khazraj dan Kabilah Aus.

Naqib Khazraj

  • As’ad bin Zurarah bin Ads
  • Sa’d bin al-Rabi bin Amru
  • Abdullah bin Rawahah bin Tha’labah
  • Rafi bin Malik bin al-Ajlan
  • Al-Bara bin Marur bin Sakhr
  • Abdullah bin Amru bin Hiram
  • Ubadah bin al-Samit bin Qais
  • SA’d bin Ubaddah bin Dulaim
  • Al-Munzir bin Amru bin Dulam

Naqib Aus

  • Usaid bin Hudhair bin Simak
  • Sa’d bin Khaithamah bin al-Harith
  • Rifa;ah bin Abd al- Munzir bin Zubair

Sabda Rasulullah kepada para Naqib tersebut menyatakan bahwa mereka semua adalah penjamin sebagaimana golongan al-Hawariyun yang menjamin Isa bin Mariam dan Nabi Muhammad adalah penjamin para umatnya dan dijawab oleh mereka semua dengan suara bulat persetujuan. Maka dalam perjanjian Aqabah mendatangkan jalan baru untuk memperoleh kemenangan telah terbuka dengan bantuan rakyat Yastrib dan perlindungan mereka. Maka setelah itu Nabi memerintahkan sahabat – sahabatnya untuk hijrah ke Yastrib agar bebas dari gangguan dari kaum kafir Quraisy.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?

Perjalanan menegangkan Muhammad saat hijrah ke Madinah

REPUBLIKA.CO.ID, Inilah kisah abadi mengenai perjalanan nabi saat meloloskan diri dari kepungan kaum Quraisy dan pergi berhijrah ke Madinah. Selama ini kisah perjalanan nabi belum banyak diksahkan dengan detail. Umat Islam kebanyakan hanya tahu setelah lolos dari Makah dia kemudian ke Madinah. Dan di sana, sebelum tiba di Madinah Nabi Muhammad mendirikan masjid Quba, serta sesampainya di Madinah mendirikan masjid Nabawi. Itu saja.

Namun dalam tulisan'Sejarah Muhammad' yang ditulis Muhammad Husain Haekal, perjalanan hijrah Rasullah ditulis lebih detil. Ini sangat membantu menjelaskan apa saja yang terjadi pada saat Rasullah Saw yang ditemani Abu Bakar melakukan perjalanan itu yang berbeda dengan biasnya karena memakai rute memutar untuk menghindari kejaran kum Qurayis. Maka perjalanan menjadi lebih panjang dan lama dari biasanya yang kalau ditempuh dengan berjalan kaki dan naik unta hanya memakan waktu dua pekan lamanya.

Begini tulisan tersebut:

-------------

Tentang pengejaran Quraisy terhadap Muhammad untuk dibunuh itu serta tentang cerita gua tsur (saat peristiwa hijrah ke Madinah)  ada firman Tuhan demikian:

“Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy) itu berkomplot membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana dan Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik.” (Alquran, 8: 30)

“Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada temannya itu: ‘Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!’ Maka Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.” (Alquran, 9: 40)

Pada hari ketiga, bila mereka berdua sudah mengetahui, bahwa orang sudah tenang kembali mengenai diri mereka, orang yang disewa tadi datang membawakan unta kedua orang itu serta untanya sendiri. Juga Asma, puteri Abu Bakr datang membawakan makanan.

Oleh karena ketika mereka akan berangkat tak ada sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan dan minuman pada pelana barang, Asma, merobek ikat pinggangnya lalu sebelahnya dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah lagi diikatkan. Karena itu ia lalu diberi nama “dhat’n-nitaqain” (yang bersabuk dua).

Mereka berangkat. Setiap orang mengendarai untanya sendiri-sendiri dengan membawa bekal makanan. Abu Bakr membawa lima ribu dirham dan itu adalah seluruh hartanya yang ada. Mereka bersembunyi dalam gua itu begitu ketat. Karena mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan hati-hati sekali membuntuti, maka dalam perjalanan ke Yathrib itu mereka mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang.

Abdullah bin ‘Uraiqit - dari Banu Du’il - sebagai penunjuk jalan, membawa mereka hati-hati sekali ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Oleh karena mereka melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, di bawanya mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak menjauhinya, mengambil jalan yang paling sedikit dilalui orang.

Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang malam dan di waktu siang berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan, tidak lagi mereka mengenal lelah. Ya, kesulitan mana yang lebih mereka takuti daripada tindakan Quraisy yang akan merintangi mereka mencapai tujuan yang hendak mereka capai demi jalan Allah dan kebenaran itu!

Memang, Muhammad sendiri tidak pernah mengalami kesangsian, bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi “jangan kamu mencampakkan diri ke dalam bencana.” Allah menolong hambaNya selama hamba menolong dirinya dan menolong sesamanya. Mereka telah melangkah dengan selamat selama dalam gua.

Akan tetapi apa yang dilakukan Quraisy bagi barangsiapa yang dapat mengembalikan mereka berdua atau dapat menunjukkan tempat mereka, wajar sekali akan menarik hati orang yang hanya tertarik pada hasil materi meskipun akan diperoleh dengan jalan kejahatan. Apalagi jika kita ingat orang-orang Arab Quraisy itu memang sudah menganggap Muhammad musuh mereka. Dalam jiwa mereka terdapat suatu watak tipu-muslihat, bahwa membunuh orang yang tidak bersenjata dan menyerang pihak yang tak dapat mempertahankan diri, bukan suatu hal yang hina.

Jadi, dua orang itu harus benar-benar waspada, harus membuka mata, memasang telinga dan penuh kesadaran selalu.

Dugaan kedua orang itu tidak meleset. Sudah ada orang yang datang kepada Quraisy membawa kabar, bahwa ia melihat serombongan kendaraan unta terdiri dari tiga orang lewat. Mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Waktu itu Suraqa bin Malik bin Ju’syum hadir.

“Ah, mereka itu Keluarga sianu,” katanya dengan maksud mengelabui orang itu, sebab dia sendiri ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Sebentar ia masih tinggal bersama orang-orang itu. Tetapi kemudian ia segera pulang ke rumahnya. Disiapkannya senjatanya dan disuruhnya orang membawakan kudanya ke tengah-tengah wadi supaya waktu ia keluar nanti tidak dilihat orang. Selanjutnya dikendarainya kudanya dan dipacunya ke arah yang disebutkan orang itu tadi.

Sementara itu Muhammad dan kedua temannya sudah mengaso di bawah naungan sebuah batu besar, sekadar beristirahat dan menghilangkan rasa lelah sambil makan-makan dan minum, dan sekadar mengembalikan tenaga dan kekuatan baru.

Matahari sudah mulai bergelincir, Muhammad dan Abu Bakr pun sudah pula mulai memikirkan akan menaiki untanya mengingat bahwa jaraknya dengan Suraqa sudah makin dekat. Dan sebelum itu kuda Suraqa sudah dua kali tersungkur karena terlampau dikerahkan.

Tetapi setelah penunggang kuda itu melihat bahwa ia sudah hampir berhasil dan menyusul kedua orang itu - lalu akan membawa mereka kembali ke Makkah atau membunuh mereka bila mencoba membela diri - ia lupa kudanya yang sudah dua kali tersungkur itu, karena saat kemenangan rasanya sudah di tangan.

Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi dengan keras sekali, sehingga penunggangnya terpelanting dari punggung binatang itu dan jatuh terhuyung-huyung dengan senjatanya. Lalu diramalkan oleh Suraqa bahwa itu suatu alamat buruk dan dia percaya bahwa sang dewa telah melarangnya mengejar sasarannya itu dan bahwa dia akan berada dalam bahaya besar apabila sampai keempat kalinya ia terus berusaha juga. Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:

“Saya Suraqa bin Ju’syum! Tunggulah, saya mau bicara. Demi Allah, tuan-tuan jangan menyangsikan saya. Saya tidak akan melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan.”

Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu dilemparkannya kepada Suraqa.

Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu ia kembali pulang. Sekarang, bila ada orang mau mengejar Muhajir Besar itu olehnya dikaburkan, sesudah tadinya ia sendiri yang mengejarnya.

Muhammad dan kawannya itu kini berangkat lagi melalui pedalaman Tihama dalam panas terik yang dibakar oleh pasir sahara. Mereka melintasi batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Dan sering pula mereka tidak mendapatkan sesuatu yang akan menaungi diri mereka dari letupan panas tengah hari tak ada tempat berlindung dari kekerasan alam yang ada di sekitarnya, tak ada keamanan dari apa yang mereka takuti atau dari yang akan menyerbu mereka tiba-tiba, selain dari ketabahan hati dan iman yang begitu mendalam kepada Tuhan. Keyakinan mereka besar sekali akan kebenaran yang telah diberikan Tuhan kepada RasulNya itu.

Selama tujuh hari terus-menerus mereka dalam keadaan serupa itu. Mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya karena adanya ketenangan hati kepada Tuhan dan adanya kedip bintang-bintang yang berkilauan dalam gelap malam itu, membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman.

  • Keterangan foto: Salah satu jalan setapak yang menjadi rute nabi Muhammad Saw berhijrah yang berada di tengah padang pasir.
Bilamana kedua orang itu sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang. Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada. Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekat sekali.

Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang hijrah Nabi dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di Yathrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti.

Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya.

Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin melihatnya. Orang pun sudah akan dapat mengira-ngirakan, betapa dalamnya hati mereka itu terangsang tatkala mengetahui, bahwa orang-orang terkemuka Yathrib yang sebelum itu belum pernah melihat Muhammad sudah menjadi pengikutnya hanya karena mendengar dari sahabat-sahabatnya saja, kaum Muslimin yang gigih melakukan dakwah Islam dan sangat mencintai Rasulullah itu.

Sa’id bin Zurara dan Mush’ab bin 'Umair sedang duduk-duduk dalam salah sebuah kebun Banu Zafar. Beberapa orang yang sudah menganut Islam juga berkumpul di sana. Berita ini kemudian sampai kepada Sa’d bin Mu’adh dan ‘Usaid bin Hudzair, yang pada waktu itu merupakan pemimpin-pemimpin golongannya masing-masing.

“Temui dua orang itu,” kata Said kepada ‘Usaid, “yang datang ke daerah kita ini dengan maksud supaya orang-orang yang hina-dina di kalangan kita dapat merendahkan keluarga kita. Tegur mereka itu dan cegah. Sebenarnya Said bin Zurara itu masih sepupuku dari pihak ibu, jadi saya tidak dapat mendatanginya.”

‘Usaidpun pergi menegur kedua orang itu. Tapi Mush’ab menjawab: “Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan?” katanya. “Kalau hal ini kau setujui dapatlah kau terima, tapi kalau tidak kau sukai maukah kau lepas tangan?”

“Adil kau,” kata ‘Usaid, seraya menancapkan tombaknya di tanah. Ia duduk dengan mereka sambil mendengarkan keterangan Mush’ab, yang ternyata sekarang ia sudah menjadi seorang Muslim. Bila ia kembali kepada Sa’d wajahnya sudah tidak lagi seperti ketika berangkat. Hal ini membuat Sa’d jadi marah. Dia sendiri lalu pergi menemui dua orang itu. Tetapi kenyataannya ia seperti temannya juga.

Karena pengaruh kejadian itu Sa’d lalu pergi menemui golongannya dan berkata kepada mereka: “Hai Banu ‘Abd’l-Asyhal. Apa yang kamu ketahui tentang diriku di tengah-tengah kamu sekalian?”

“Pemimpin kami, yang paling dekat kepada kami, dengan pandangan dan pengalaman yang terpuji,” jawab mereka.

“Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria bagiku adalah suci selama kamu beriman kepada Allah dan RasulNya.” Sejak itu seluruh suku ‘Abd’l-Asyhal, pria dan wanita masuk Islam.

 

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA