Berpikir merupakan suatu perbuatan yang membawa pelakunya untuk memikirkan hal yang lebih konkret

Hadis yang menerangkan bahwa berpikir merupakan suatu perbuatan yang membawa pelakunya untuk memikirkan hal yang lebih konkret daripada hal yang abstrak :

تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ الله وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِي اللهِ

“Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah” (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas).

Pembahasan

Pengertian hadits adalah semua atau apa" yg disandarkan pada Nabi Muhammad , baik itu berupa perkataan , perbuatan maupun taqrir nabi  hadits bisa juga disebut sunnah.

  • Macam-Macam Hadist //brainly.co.id/tugas/32718643  

Fungsi Hadits

1) Menguatkan dan menegaskan segala sesuatu yang ada dalam Al-Qur'an (bayan taqrir)

Contohnya, dalam al-qur'an surat al-a'raf ayat 158

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

artinya : Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

Dan al-hadits menegaskan surat al-a'raf ayat 158 itu

Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya :

“Iman itu ialah engkau memercayai Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk-Nya”.

Bayan al-taqrir adalah menetapkan dan memperkuat apa yang sudah dijelaskan dalam al-qur'an

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَٰكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Ayat tersebut ditetapkan dan diperkuat hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori, yang artinya :

“Rasulullah s.a.w telah bersabda: Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudhu”.

2) Fungsi kedua adalah sebagai bayan tafsir

Bayan tafsir adalah menjelaskan apa yang dalam al-qur'an belom jelas.

Contohnya :  Dalam al-qur'an surat al-baqoroh ayat 43, Allah memerintahkan sholat, namun tidak ada penjelasan bagaimana cara sholat itu

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

Ayat ini dijelaskan dalam al-hadits bagaimana cara sholat itu dalam hadits riwayat Bukhori, yang artinya : “Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat”.

3) Fungsi ketiga adalah sebagai bayan at-tasyi'

Bayan at-tasyi' adalah apa yang dalam al-qur'an hanya pokok"nya saja, maka al-hadits yang mewujudkannya

Contohnya tentang zakat, dalam al-qur'an hanya disebutkan zakat begitu saja, dalam al-hadits diwujudkan zakat apa saja, seperti zakat fitra, zakat mal, zakat penghasilan, dan bagaimana ukurannya juga disebutkan dalam al-hadits semuanya secara lengkap

Pelajari Lebih lanjut

  • Fungsi Hadis dapat disimak juga di brainly.co.id/tugas/10282200

======================

Detail Jawaban

Kelas : 10

Mapel : PAI

Kategori : Al-qur'an dan al-hadits pedoman hidupku  

Kode : 10.14.4

#AyoBelajar

HADITS TENTANG BERPIKIR Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Psikologi Dosen Pengampu: Kholila Mukaromah, S.Th.I,M.Hum Disusun oleh: Zulfa Nailin Najah (933408017) M. Ainurrokhim (933408617) Suci Lailatul Maghfiroh (933408817) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2018 BERPIKIR SECARA UMUM Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Berpikir mencakup banyak aktivitas mental. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Sedangkan menurut Drever berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Menurut Solso berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Kartono dalam buku Psikologi Belajar mengemukakan bahwa terdapat enam pola berpikir: Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidak terhinggaan, sebab bisa dibesarkan dan disempurnakan keluasannya. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya. Berpikir ilmiyah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiyah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal, dan seringkalitidak logis. Proses belajar dicapai secara maksimal melalui metode berpikir (thinking). Melalui meode berpikir seseorang dapat memecahkan berbagai persoalannya dan seseorang dapat membandingkan sesuatu untuk mengetahui sisi perbedaan dan persamaannya serta mampu menyingkap hubungan kausalitas antara dua hal. Melalui berpikir, seseorang dapat menyusun data dan informasi yang dimilikinya tersebut. Karena itu mayoritas ulama’ menyatakan bahwa berpikir merupakan proses belajar yang tertinggi. تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ الله وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِي اللهِ “Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah” (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas). Secara tersirat, hadits tersebut menjelaskan bahwa, Berpikir itu merupakan suatu perbuatan yang membawa pelakunya untuk memikirkan hal yang lebih konkrit daripada hal yang abstrak dengan redaksi berpikir itu lebih baik tentang ciptaan Allah lantaran akan menebalkan iman kita kepada Allah. Hal ini lebih konkrit ketimbang memikirkan Dzat-nya Allah yang tidak akan mampu manusia untuk memikirkannya apalagi membayangkannya. Morgan dkk, berpendapat dalam proses berpikir terbagi menjadi dua jenis: Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi. Contohnya: mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah. Dalam proses berpikir inilah yang membedakan antara manusia dan hewan. Hewan melakukan coba dan salah pada level indrawi, gerak, dan realitas. Adapun manusia mampu melakukan usahanya dengan intelektual atau ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pemecahan masalah yang besar kuantitatif atau teknik, seseeorang melakukan proses intelektualnya untuk memecahkan persoalan tertentu, sekalipun dikemudian hari ia menyadari bahwa pemecahannya tersebut ternyata salah. Walaupun demikian, seseorang akan berusaha kembali untuk mengoptimalkan proses berpikirnya dalam mencari pemecahannya hingga seseorang menemui solusi pemecahan yang benar dan tepat.Mengajukan pertanyaan, diskusi, dan dialog dapat membantu mengarahkan proses berpikir dan belajar yang cepat. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk meminta petunjuk kepada para ahli dan bertanya kepada mereka sebagai perantara penting untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.Rasulullah SAW menjelaskan juga pentingnya “bertanya” sebagai jalan untuk mencari ilmu pengetahuan.beliau berkata: لولاالسؤال لذهب العلم “Jika bukan karena bertanya, maka pasti ilmu akan lenyap.” Perbedaan dalam cara berpikir dan memecahkan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan itu mungkin sebagian disebabkan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berpikir seseorang di kemudian hari, disamping mempengaruhi pula mutu pemikirannya. BERPIKIR PERSPEKTIF ISLAM Berpikir adalah fungsi akal. Manusia memanfaatkan akalnya dengan berpikir untuk memahami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah Tuhan. Dengan berpikir, manusia mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka berpikir adalah awal perjalanan ibadah, yang tanpanya ibadah menjadi tak bernilai. Berpikir menurut pakar muslim Abu Muhammad Hasan az-Zaki al-Askari: Bukanlah ibadah itu banyaknya puasa dan shalat, akan tetapi ibadah yang sesungguhnya adalah selalu berpikir akan ciptaan Allah Swt. Sayyidina Ali bin Abu Thalib: Berpikir yang engkau lakukan akan memberikan pemahaman kepadamu dan memberikan pelajaran terhadapmu. Musa al-Kazhim : Setiap sesuatu pasti memiliki petunjuk, dan petunjuk bagi orang yang berakal adalah berpikir. Petunjuk bagi orang yang berpikir adalah diam. Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib: Wahai Anakku, berpikir mewariskan cahaya, sementara lalai mewariskan kegelapan. Berpikir menurut Al-Quran Islam menganjurkan kepada umatnya supaya memerhatikan fenomena alam, merenungkan keindahan ciptaan Allah SWT, dan memikirkan kejadian langit dan bumi, serta mengenal jiwa dan semua ciptaan yang ada di alam semesta ini. Segala yang Ia ciptakan adalah bukti kekua886/.saan-Nya, sebagai perantara manusia untuk mengenal-Nya. Hanya dengan berpikir tentang ciptaan-Nya, maka manusia dapat mengenal dan ber-taqarrub kepada-Nya.Allah SWT berfirman: إن في خلق السموات والارض واختلاف اليل والنهار لايت لاولى الالباب* الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم و يتفكرون في خلق السموات والارض؛ ربنا ما خلقت هذا باطلا؛ سبحانك فقنا عذاب النار* “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan Bumi(seraya berkata): Ya Tuhan, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Anjuran Al-Quran supaya manusia memerhatikan, merenung, dan memikirkan fenomena alam memberi kesaksian bahwa islam telah meletakkan dasar berpikir ilmiah. Diawali dengan memerhatikan kemudian mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan meneliti kebenaran dari kesimpulan tersebut. Pesan Al-Quran yang menganjurkan kepada umat islam agar memerhatikan, meneliti, dan berpikir merupakan motivasi yang kuat bagi orang islam untuk mencari ilmu pengetahuan. Keterangan Al-Quran yang menganjurkan kepada manusia untuk melakukan prosedur penelitian ini pun sempat mengantarkan masyarakat islam mencapai kebangkitan ilmiah dan kejayaan dalam berbagai bidang keilmuan. Padahal ketika itu dunia eropa (barat) berada dalam kebodohan dan kegelapan. Dari negeri islam cahaya ilmu pengetahuan terpancar menerangi negri barat sehingga sedikit demi sedikit kebodohan dan kegelapan yang menerima dunia eropa ketika itu sirna. Bahkan yang terjadi kemudian, semangat berpikir ilmiah dan metode penelitian mulai tampak momentumnya sehingga dapat melahirkan kebangkitan ilmiah modern didunia eropa. Al-Quran banyak menyinggung persoalan pembebasan akal dari berbagai belenggu yang melilit dan menghalangi proses berpikir (seseorang) secara benar. Alih-alih islam memerangi sikap taqlid atau mempertahankan pendapat lama tanpa melakukan analisis dan penelitian atas kebenarannya. Disamping itu islam juga memerangi berbagai mitos atau dongeng yang menghalangi proses berpikir, memasung kreativitas dan penelitian dalam mencapai kebenaran. Islam juga memeangi sikap ketergesa-gesaan dalam memutuskan tindakan hukum tanpa melakukan penelitian atas keabsahan premis dan buktinya. Islam juga melarang sikap yang selalu mengikuti praduga (dzan) yang sangat membuka kemungkinan untuk salah. Sebaliknya, islam menganjurkan kepada mnusia untuk mengikuti kebenaran yang dipertegas dengan bukti yang kebenarannya tak terbantahkan. Islammelarang kecenderungan yang lahir dari pengaruh hawa nafsu yang menimbulkan keberpihakan dan mengakibatkan kesalahan berpikir. Al-Quran dalam beberapa ayatnya dengan mengisyaratkan anjuran anjuran meneliti, merenung, dan menghalau berbagai belenggu yang menghalangi proses berpikir. Teks Al-Quran itu merupakan landasan berpikir ilmiah dan penelitian yang telah dipraktekkan oleh ulama islam terdahulu. Berpikir dalam perspektif Hadits Dalam salah satu pernyataan Rasulullah SAW yang disampaikan kepada Asyaj Abdul Qais mengisyaratkan mengenai akal manusia, yang berfungsi untuk berpikir. Beliau berkata : ان فيك خصلتين يحبهما الله ورسوله الحلم والأناة   “Dalam dirimu terdapat dua keistimewaan yang sangat disukai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Dua keistimewaan itu ialah kesabaran dan kemurahan hati atau toleransi.” Imam Nawawi menjelaskan hadis ini bahwa kata Al-hilm berarti akal, sedangkan al-Anatu berarti pembuktian (verifikasi) yang tidak tergesa-gesa. Melalui akal, seseorang dapat mencapai sifat terpuji hingga dirinya menjadi orang yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Akal juga dapat menunjukkan kebenaran dan kebaikan serta menjauhkan seseorang dan kesesatan dan keburukan. Secara umum dalam ilmu psikologi berpikir terbagi menjadi beberapa bentuk antara lain: Berpikir rasional Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk berpikir dan mencari pembuktian rasional serta silogisme. Beliau pernah berkata pada kepada Muadz bin Jabal ketika ia diutus ke Yaman, Bagaimana engkau akan memutuskan (perkara)? Ia menjawab Saya memutuskan perkara dengan kitab Allah SWT. Nabi bertanya, Jika tidak engkau dapatkan dalam kitab Allah SWT? Ia menjawab, Dengan sunah Rasulullah SAW. Nabi SAW bertanya Jika tidak engkau temui dalam sunah Rasulullah SAW? ia menjawab, Saya akan berijtihad dengan pendapatku. Nabi SAW kemudian berkata, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi pertolongan (taufik) kepada utusan Rasullah SAW.” Hadits ini mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan dan mendorong para sahabatnya agar berpikir dan mencari pembuktian rasional pada semua hal, terutama persoalan hidup yang kepastian hukumnya tidak dapat di temui dari pemahaman Al Quran dan sunah. Jika hal demikian itu terjadi, maka Rasulullah SAW menganjurka pada para hakim untuk berijtihad dengan akalnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada mereka yang melakukannya dengan imbalan berupa pahala di hari akhirat kelak.Diriwayatkan dari ‘Amru bin ‘Ash RA, bahwa Rasulullah SAW pernah berkata : إذا الحاكم فاجتهد فأصاب فله أجران وإذا حكم فاجتهد فأخطأ فله أجر  “Jika seorang hakim berijtihad kemudian ijtihadnya ternyata benar, maka baginya dua pahala. Jika ia menghukumi kemudian ijtihadnya ternyata salah, maka baginya satu pahala.” Berpikir kreatif Rasa sulit kita temui pada agama lain yang menganjurkan kepada para pemeluknya untuk berpikir dan mendorong penganutnya supaya berkreasi dalam segala hal, kecuali agama islam. Hal ini jelas dapat dipahami dari pernyataan Rasulullah SAW: من سن سنة في الاسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير ان ينقص من أجورهم شيءومن سن في الاسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعدها من غير أن ينقص من أزوارهم شيء “Barangsiapa yang membuat kebaikan untuk Islam, maka baginya pahala dan pahala orang yang melakukan setelahnya, dan pahala mereka tidak dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa yang membuat keburukan untuk islam, maka baginya dosa dan dosa orang yang melakukan setelahnya, dan dosa mereka tidak mereka dikurangi sedikitpun. ” Dalam hadist ini terdapat anjuran untuk berpikir kreatif-konstuktif yang dapat membuahkan perilaku yang baik atau menciptakan kreasi baru yang bermanfaat dan memberi semangat kepada pelakunya dengan imbalan berupa pahala yang tidak berakhir sampai hari kiamat. Disamping mendapat pahala karena berbuat kebajikan, ia juga mendapat pahala dari orang yang mengikuti dan mengerjakannya. Dengan demikian, anjuran berpikir kreatif-konstruktif yang dapat menciptakan kreasi baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan memberi nilai kebaikan pada semua manusia menjadi sebuah kenyataan berharga bagi seseorang. Berpikir kritis Berpikir secara kritis, yaitu pemikiran yang masuk akal dan replektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.Berpikir Kritis itu (menurut  al-Qur’an dan Hadits) adalah mengingat Allah dalam keadaan apapun sambil memikirkan tentang  apa-apa yang diciptakan-Nya sebagai tanda akan kekuasaan Allah.Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata bahwa pernah ada suatu kaum yang memikirkan tentang esensi Allah SWT, kemudian Nabi SAW bersabda : تفكروا في خلق الله ولا تتفكروا في الله فإنكم لن تقدروا قدره “Berpikirlah tentang ciptaan Allah SWT dan jangan kalian memikirkan “esensi” Allah SWT, sebab kalian semua tidak akan mampu mencapai kesuksesan-Nya” Memikirkan tanda keberadaan Allah SWT dan keindahan ciptaan-Nya, sistem yang mengatur pergerakan alam, dan undang-undang yang menyusun fenomena alam semesta akan memberi jaminan pada tingkat keimanan (seseorang) terhadap Pencipta alam atau penggeraknya. Oleh karenanya tidak mengherankan jika Rasulullah SAW pernah berwasiat kepada umatnya agar memikirkan ciptaan Allah SWT dan melarang memikirkan esensi Allah SWT. Hal ini dilandasi pada keterbatasan akal manusia, bahwa manusia tidak akan mampu menyibak sesuatu yang berada diluar kemampuannya. Allah SWT tidak serupa dengan apapun. Adapun akal akal manusia hanya mampu memikirkan hal yang diketahui oleh pancaindranya, yang ditangkap dari realitas alam, dari pengertian yang telah disusul, atau dari makna Universal yang berlaku. Jika manusia berusaha memikirkan alam metafisika (Al-ghaib), terutama esensi Allah SWT yang tidak serupa dengan alam indrawi, maka akal manusia akan tersesat. Dalam hadits ini juga terdapat isyarat keterbatasan akal manusia dan batasan yang tidak dapat melintasinya. Akal manusia mampu berpikir dengan baik pada kerangka alam indrawi dan pengetahuan indrawi yang diperoleh melalui alat indranya serta dari pengertian dan makna universal yang berlaku untuk semua manusia. Adapun yang menyangkut metafisika, maka amal manusia tidak akan mampu menembus hakikatnya kecuali karena pemberian Allah SWT berupa wahyu atau ilham. Contoh berpikir Kritis: Saat ujian ketika mengerjakan soal kita dituntut untuk berpikir, yang kemudian melahirkan suatu ide dengan memutuskan jawaban apa yang akan dipilih.Termasuk saat menulis ketika menulis setiap orang akan berpikir guna mencari inspirasi yang terserap di otak. ketika semua sudah terkumpul di otak barulah dipilah dan dipilih mana yang akan ditulis. Keutamaan berpikir sesuai dengan sabda Rasulullah SAW Berpikir sesaat lebih baik dari ibadah setahun.Abu Dzar, sahabat setia Rasulullah saw menyampaikan hadits Rasulullah saw yang berbunyi, Ada 3 waktu untuk orang yang berakal; Pertama, untuk bermunajat kepada Tuhannya. Kedua, untuk menghisab dirinya. Ketiga, untuk memikirkan ciptaan Allah Swt.Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Dzar; Wahai Abu Dzar, shalat 2 rakaat yang dilakukan dengan perenungan/ pemikiran (sehingga menghasilkan kehadiran hati) adalah lebih baik dari shalat malam (qiyaamul lail) yang hatinya lalai. Cucu Rasulullah SAW, Musa al Kazhim (salam Allah Swt atasnya) berkata, Setiap sesuatu pasti memiliki petunjuk, dan petunjuk bagi orang yang berakal adalah berpikir. Petunjuk bagi orang yang berpikir adalah diam. Diamnya seseorang yang berakal adalah bukti bahwa ia sedang berpikir, berpikir itu yang akan memberikan petunjuk baginya. Jafar ash Shadiq, guru dari empat Imam Mazhab mengatakan, Dari Kakekku Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, ia berkata, Sesungguhnya berpikir itu menyeru pada kebaikan dan beramal dengannya.Dalam wasiat beliau kepada putranya Al Husain, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, Wahai Anakku, berpikir mewariskan cahaya, sementara lalai mewariskan kegelapan. Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada umatnya supaya merenungkan tanda “kebesaran” Allah SWT dan keindahan ciptaan-Nya yang merupakan salah satu bentuk ibadahnya yang paling utama.Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah berkata: تفكير ساعة خيرمن عبادة سنة “Berpikir sesaat itu lebih baik daripada beribadah satu tahun. Tentang pentingnya berpikir, Sayyidina Ali bin Abu Thalib mengatakan, Berpikir yang engkau lakukan akan memberikan pemahaman kepadamu dan memberikan pelajaran terhadapmu. Dalam kesempatan lain, beliau berkata, Barangsiapa yang berpikir sebelum berbuat, akan selalu benar.” Begitu pentingnya berpikir bagi manusia, karena ibadah meniscayakan didahulukan dengan berpikir, terutama berpikir tentang ciptaan Allah Swt. Sayyidina Ali berkata, Tidak ada ibadah yang lebih utama seperti berpikir akan ciptaan Allah Swt. Beliau pun berkata, Pemikiran adalah cermin yang bersih. Bagaikan sebuah cermin yang bersih, maka segala sesuatu yang ada di hadapannya akan tampak dengan jelas. Begitu pula pemikiran yang bersih, segala sesuatu yang dihasilkannya pasti adalah hal yang bersih yang bersumber pada sesuatu yang bersih pula. Berpikir merupakan hal yang membedakan orang mukmin dengan orang dungu. Tentang hal ini Sayyidina Ali berkata, Orang mukmin berpikir dahulu baru berbicara, sementara orang yang dungu berbicara dahulu baru berpikir. Seorang yang mukmin pasti  menggunakan akalnya sehingga tak mungkin ia berbicara tanpa terlebih dahulu. Berbeda dengan orang yang dungu yang tak menggunakan akalnya. Karena tidak didahulukan dengan berpikir, ia tak memikirkan dampak dari ucapannya. KEKELIRUAN BERPIKIR Rasulullah SAW memperingatkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan berpikir. Beliau mengajarkan kepada para sahabatnya agar berpikir secara benar hingga tidak ada celah yang merintangi proses berpikir secara benar. Di bawah ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan berpikir : Taklid, Ilusi, dan Khurafat. Diantara beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan berpikir ialah sikap taklid terhadap pemikiran atau pendapat orang lain tanpa berusaha meneliti kebenarannya. Al Quran melontarkan kritik tajam terhadap orang musyrik yang selalu mengikuti pendapat orang tua mereka dan bersikap membatu untuk mempertahankan kepercayaan orang tua mereka yang paganis. Al Quran juga menganjurkan kepada manusia untuk membebaskan akal mereka dari belenggu taklid dan menganjurkan supaya tidak memercayai khurafat yang seringkali dilatarbelakangi oleh kepercayaan berdasarkan taklid. Rasulullah SAW juga memperingatkan sikap taklid buta yang selalu menuruti dan mengikuti pendapat orang lain.Diriwayatkan dari Hudzaifah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah berkata: لاتكون إمعة تقولون إن أحسن الناس أحسناو إن ظلموا ظلمنا ولكن وطنوا أنفسكم إن أحسن الناس أن تحسنوا وإن أساءوا فلا تظلموا  “Janganlah kalian menjadi penjilat (oportunis) yang mengatakan bahwa (sekelompok) manusia telah berbuat baik kepada kami karena mereka telat berbuat baik dan mengatakan bahwa mereka telah berbuat dzalim kepada kami karena mereka berbuat dzalim kepada kalian. Akan tetapi, persiapkanlah diri kalian semuanya, jika ada manusia telah berbuat baik, maka kalian harus berbuat baik. Dan jika mereka berbuat buruk, maka janganlah kalian berbuat dzalim.” Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya supaya menggunakan akalnya dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan, atau antara kebaikan dan keburukan. Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada umatnya supaya meyakini hasil berpikir yang benar dan baik serta melarang umatnya untuk mengikuti pendapat orang lain, apalagi meniru amalan mereka tanpa berusaha meneliti kebenarannya. Supaya umatnya dapat berpikir dengan benar, maka Rasulullah SAW bertindak tegas memerangi khurafat. Hal ini terbukti ketika anak Rasulullah SAW, Ibrahim meninggal dunia dan pada hari itu terjadi gerhana matahari. Para sahabat berkeyakinan bahwa gerhana matahari itu terjadi karena kematian Ibrahim. Maka, Rasulullah SAW mengatakan kepada mereka, Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan tanda Allah, keduanya tidak akan tenggelam (gerhana) karena kematian atau kehidupan seseorang. Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya bahwa gerhana matahari dan bulan merupakan hukum alam yang tidak bisa berubah-rubah. Hukum alam tersebut tidak akan berubah oleh sebab apapun yang terjadi didunia seperti kematian dan kehidupan seseorang. Peramalan dan perdukungan merupakan pengetahuan terhadap hal gaib dengan berusaha menggali sebabnya. Dengan sebab itu kira-kira dapat menunjukkan adanya beberapa hal yang telah dan akan terjadi. Adapun maksud dari pengajaran ilmu perbintangan ialah ilmu peramalan atau pengakuan atas pengetahuan beberapa kejadian yang akan terjadi di masa mendatang dengan dalih mengetahui gerakan bintang dan pengaruhnya di alam dunia (Bumi). Dari keterangan ini menunjukkan bahwa ilmu perbintangan yang dimaksud dalam hadis itu bukan ilmu falak, yang merupakan salah satu cabang ilmu yang mempunyai landasan metodologi dan penelitian ilmiah. Rasulullah SAW juga memerangi setiap bentuk ilusi dan khurafat. Dan karena beliau memerangi segala bentuk ilusi dan khurafat ini, maka dengan sendirinya beliau telah membebaskan akal sahabatnya dari pengaruh ilusi dan khurafat tersebut. Beliau juga telah membangkitkan cara berpikir yang benar dan membangun budaya berpikir untuk pertumbuhan dan peradaban islam. Kondisi ini memungkinkan munculnya masa kebangkitan ilmiah dalam islam. Dalil yang tidak memadai Di antara kesalahan berpikir yang sering terjadi pada seseorang ketika memutuskan hukum atau menarik kesimpulan ialah karena kurangnya bukti yang dapat mempertegas kebenaran hukum atau kesimpulannya. Kebanyakan orang, terutama orang yang tidak telatih berpikir logika ilmiah, cenderung menghukumi atau menarik kesimpulan berdasarkan bukti parsial. Akibatnya bukti tersebut tidak memberikan pembenaran atas hukum atau kesimpulan. Oleh karenanya tidak mengherankan jika banyak hukum dan kesimpulan mereka menjadi tidak benar. Al Qur’an telah memperingatkan kita agar tidak terperosok kedalam cara berpikir yang salah.Firman Allah SWT: ولا تقف ما ليس لك به غلم ان السمع والبصر والفؤد كل اولئك كان عنه مسؤولا  “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya.” Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: اياكم والظن فان الظن أكذب الحديث  “Hati-hatilah kalian terhadap prasangka karena prasangka merupakan kebohongan terbesar.” Dalam hadits ini terdapat larangan yang sangat jelas bagi setiap manusia agar menghindari pernyataan yang mereka sendiri tidak mengetahuinya dan prasangka yang tidak berdasarkan pada bukti. Pada saat yang bersamaan, hadits ini mengandung anjuran pentingnya penelitian terhadap sebuah kebenaran dan pernyataan yang berdasar pada bukti yang kuat. Perkataan Rasulullah SAW yang menyebut prasangka sebagai kebohongan terbesar merupakan perkataan yang mengandung makna bahwa manusia harus waspada terhadap prasangka, sekaligus mendorong mereka untuk meneliti kebenaran suatu pernyataan. Rasulullah SAW bersabda: من أفتى بغير علم كان إثمه على من أفتاه “Barangsiapa yang mengeluarkan fatwa tanpa ilmu (yang memadai), maka dosanya akan ditanggung oleh orang yang berfatwa.” Fatwa dalam hadis ini bersifat umum, baik fatwa yang berkaitan dengan perkara agama maupun perkara dunia. Dengan kata lain, hadis ini mengandung makna larangan yang jelas mengenai fatwa atau mengemukakan pendapat atau juga mengeluarkan hukum tertentu yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi manusia. Namun demikian, larangan tentunya ditujukan kepada orang yang mengemukakan pendapatnya tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan yang memadai dan juga tidak mempunyai dalil yang cukup sebagai landasan dalam mengeluarkan fatwa atau hukum tertentu. Rasulullah SAW tidak saja memperingatkan fatwa atau hukum yang tidak dilandasi oleh dalil yang cukup, tetapi beliau juga memperingatkan setiap orang yang menerima pernyataan tanpa meneliti kebenarannya, apalagi kemudian orang itu menyampaikan pernyataan tersebut kepada orang lain. Diriwayatkan dari Ibnu Masud RA bahwa ia pernah ditanya, apakah engkau mendengar Rasulullah SAW mengatakan sesuatu yang mereka sangka? ia menjawab Saya mendengar Rasulullah SAW berkata Seburuk-buruknya orang adalah orang yang mudah dipengaruhi (ditunggangi). Hadits ini mengandung makna peringatan keras terhadap manusia yang menerima pernyataan dari orang lain tanpa mencoba meneliti kebenarannya. Halini dikarenakan bahwa mayoritas manusia cenderung membenarkan apa saja yang mereka dengar, kemudian menyampaikan keoada orang lain karena mereka menganggap apa yang ia sampaikan itu adalah kebenaran. SIGNIFIKANSI DISKUSI DAN DIALOG UNTUK MEMPERJELAS AKTIVITAS BERPIKIR Dialog dan diskusi merupakan faktor yang signifikan yang memperjelas penelitian dan menutup kemungkinan terjadinya kesalahan atau hambatan yang menghalangi prosese pencapaian suatu kebenaran. Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya suapay bermusyawarah dengan para sahabatnya. Firman Allah SWT: وشاورهم فى الأمر “Dan bermusyawarahlah denga mereka dalam urusan itu” Diskusi dan Dialog dapat memperjelas latar belakang persoalan dan dapat membatasi objek persoalan serta dapat memunculakn pendapat baru yang membantu mencari jawaban yang diterima dari pertanyaan yang diajukan, atau dapat juga mencapai solusi sesuai persoalan. Rasulullah SAW mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Beliau pernah meminta pendapat para sahabatnya berkenaan dengan perang badar. Beliau juga pernah menyetujui kesepakatan orang Anshar untuk berperang. Beliau juga pernah meminta pendapat mengenai letak peperangan. Beliau juga pernah bermusyawarah dengan para sahabatnya tentang tawanan perang setelah kelompok islam memperoleh kemenangan atas kaum Quraisy. Beliau juga pernah bermusyawarah mengenai perang khandak dan menerima pendapat yang disampaikan oleh salman al-Farisi untuk membuat parit di sekitar madinah. Intinya, Rasulullah SAW mendorong para sahabatnya untuk bermusyawarah dan memberi kabar gembira kepada mereka yang melakukannya. Beliau bersabda: ما خاب من إستخار ولاندم من استشار “Tidak sia-sia orang yang mencari (jalan) yang terbaik dan tidak menyesal orang” Kesimpulan Secara umum berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Kartono dalam buku “Psikologi Belajar” mengemukakan bahwa terdapat enam pola berpikir yaitu Berpikir konkret, Berpikir abstrak, Berpikir klasifikatoris, Berpikir analogis, Berpikir ilmiyah, Berpikir pendek. Proses belajar dicapai secara maksimal melalui metode berpikir (thinking). Dalam salah satu pernyataan Rasulullah SAW yang disampaikan kepada Asyaj Abdul Qais mengisyaratkan mengenai akal manusia, yang berfungsi untuk berpikir. Beliau berkata : “Dalam dirimu terdapat dua keistimewaan yang sangat disukai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Dua keistimewaan itu ialah kesabaran dan kemurahan hati atau toleransi.” Imam Nawawi menjelaskan hadis ini bahwa kata Al-hilm berarti akal, sedangkan al-Anatu berarti pembuktian (verifikasi) yang tidak tergesa-gesa. Melalui akal, seseorang dapat mencapai sifat terpuji hingga dirinya menjadi orang yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Akal juga dapat menunjukkan kebenaran dan kebaikan serta menjauhkan seseorang dan kesesatan dan keburukan. Dalil yang tidak memadai beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan berpikir yakni Taklid, Ilusi, dan Khurafat, Dalil yang tidak memadai. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA QS. Al Isra’ (17): 36. Ibrahim Elfiky, Berpikir Pasitif, terj. Khalifurrahman Fath & M. Taufik Damas (Jakarta: Zaman, 2013). QS.al ‘Imran (3): 190-191. Muhammad ‘Utsman Najati, Psikologi Dalam Perspektif Hadits, terj. Zaenudin Abu Bakar & Syafruddin Azhar (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2004). QS. Al ‘Imran (3): 159. Lailatul Fitriyah dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014). Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Kalimedia, 2016). Muhammad Izuddin Taufiq, Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam (Jakarta: Gema Insani Press).

Swesty Ismiear ”Thinking”.Psikologi Umum. (November, 2009).

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA