Berikut ini merupakan hal yang harus dilakukan dalam menyusun proposal proyek klien kecuali

X

Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Pelajari selengkapnya, termasuk cara mengontrol cookie.

Jadi, bagi yang belum tau, apa sih design brief itu?

Sumber: Oxforddictionaries.com

Design brief, atau panduan pekerjaan desain, ibarat resep makanan semakin lengkap dan akurat makan semakin efektif dan enak makanan yang disajikan.

Setiap pekerjaan desain akan membutuhkan panduan/brief yang unik dan khusus dibuat agar dapat menghasilkan desain yang sesuai/tepat.

Meski kerap disepelekan, brief sangat penting untuk membantu klien dan designer untuk berkomunikasi dalam bahasa/kerangka/konteks yang sama.

Brief yang baik memberikan semua informasi dasar yang diperlukan oleh desainer untuk menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan ekspektasi klien.

Design brief/panduan desain yang baik seperti apa dong? Jawabannya, brief yang baik adalah brief yang bisa membuat kamu siap menjalankan proyek, istilahnya resepnya lengkap.

Secara garis besar design mencakup 2 informasi dasar:

  1. Deskripsi pekerjaan: cakupan proyek, informasi tentang klien dan produk/event, hasil desain yang dibutuhkan.
  2. Project management: deliverable (desain final yang diinginkan klien), timeline (waktu pengerjaan) dan budget

UNDUH CONTOH BRIEF TEMPLATE di Google drive DesainerHaus, klik disini untuk mengunduh.

BACA JUGA: Hybrid Designer: Menjawab Tantangan Era Digital

Jadi buat apa ada artikel ini?? Hahah

Artikel ini dimaksudkan untuk mempersiapkan dan sarana self-taught kamu sebelum maju bertemu dan negosiasi dengan klien, supaya jadi pro dong …

Siap-siap ya artikelnya membahas lebih mendalam tentang proses memperoleh informasi atau brief yang lengkap dari klien… ini serius!

1. Perkenalan dan pahami ekspektasi pekerjaan

Di tahap awal ini merupakan saat yang tepat untuk mengenal lebih jauh tentang ekspektasi pekerjaan, yang akan membantu kamu untuk memutuskan apakah kamu orang tepat untuk pekerjaan dan dapat memenuhi ekspektasi tersebut.

Pada tahap awal komunikasi, PERKENALAN, kamu bisa mulai dengan beberapa pertanyaan yang membantu mengenal klien dan apa yang mereka butuhkan (jika kamu sudah kenal dengan kliennya, bagian ini bisa diabaikan):

  • Informasi umum tentang proyek, seperti nama proyek, siapa kliennya, berapa besar timnya, apa saja yang klien sudah lakukan terkait proyek ini.
  • How do they find you?
    • Dari siapakah mereka mengenal kamu, dari teman kerja atau situs pencari kerja atau lainnya?
    • Sudahkah mereka melihat portofolio kamu?
    • Kenapa mereka tertarik untuk bekerja sama?

BACA JUGA: 4 Kesalahan Pekerja Freelance, Perbaiki Sekarang!

Tahap selanjutnya: EKSPEKTASI PEKERJAAN, untuk memahami tentang cakupan pekerjaan lebih lanjut:

  • What do they want from you?
    • Produk apa yang mereka inginkan
    • Hasil akhir (final artwork) apa yang mereka inginkan
    • Kapasitas tim klien (untuk mengukur seberapa besar keterlibatan kamu dalam proyek, contoh: apakah sampai hadir dalam presentasi atau sebatas produksi saja), atau apakah mereka memiliki tim kreatif/internal internal.

  • Informasi dasar tentang kesiapan materi dan perencanaan.
    • Di bagian manakah kamu akan dibutuhkan
    • Siapa sajakah yang akan terlibat dalam proyek, apakah ada tim lain?
    • Materi apa saja yang sudah dimiliki dan disiapkan, apakah semua di-desain dari awal, dsb.

Pertanyaan-pertanyaan ini penting agar kamu:

  • cepat memahami cakupan pekerjaan apa yang ditawarkan klien
  • mengukur kemampuan sendiri serta cakupan pekerjaan secara riil.
  • dapat memutuskan apakah kamu cocok/mau mengambil pekerjaan ini atau tidak?

2. Melengkapi brief

Jika kamu memutuskan untuk bekerja dalam proyek ini, kita maju ke tahap selanjutnya dimana kamu mulai menerima brief.

Saatnya melengkapi brief! Informasi yang wajib ada dalam setiap brief adalah informasi detail terkait teknis pekerjaan, referensi, sumber daya yang ada/dibutuhkan, dan anggaran.

Berikut ini daftar informasi yang wajib ada dalam brief pekerjaan desain:
  1. Teknis pekerjaan. Apakah hasil akhir yang diharapkan?
    • Ukuran, bentuk, mock up, dst
    • Dalam media apa saja artwork akan digunakan, kebanyakan di media cetak atau digital, atau online,dst.
    • Apakah bentuk/format dari final artwork yang diinginkan? Bentuk flattened/template atau format yang bisa diedit, eg. psd, work template, powerpoint templates, dst.
  2. Tenggat waktu atau deadline pengerjaan. Jika desain lebih dari 1, pastikan apakah deadline-nya sama untuk semua.
  3. Anggaran/budget. Umumnya klien akan meminta kamu mengirimkan penawaran harga/quotation setelah memberikan detail pekerjaan.

Setelah kamu memperoleh informasi wajib di atas, saatnya kamu bawa diskusi lebih jauh tentang produk, target user, referensi desain, dan informasi lainnya yang kamu butuhkan dalam mendesain.

BACA JUGA: Bedanya Tipografi, Kaligrafi, dan Hand Lettering

Informasi ini bisa kamu gali selagi pertemuan awal atau perkenalan, kamu bisa melakukan desktop research dan/atau diskusi dengan klien. Go with the flow aja!

Jika proyeknya seputar branding, ada beberapa detail informasi lain yang diperlukan, seperti:

  1. Spesifik untuk proyek branding/rebranding:
    • Untuk proyek rebranding, apakah yang klien ingin ubah/tidak puas dari brand yang ada?
    • Apakah mereka memiliki branding guideline?
    • Apakah mereka membutuhkan kamu untuk memproduksi branding guideline? — jika ya, maka kamu perlu melibatkan penulis kopi (copy writer) dalam proyek ini.
  2. Untuk proyek desain logo, apakah logonya berupa tipografi, gambar atau keduanya?

Tenang aja, panduan lebih lanjutnya ada di poin 3-6 berikut ya!

PRO TIPS: STOP BERASUMSI!
  • Meski kita menggunakan jargon atau terminologi yang sudah sangat umum, tetap hindari berasumsi. Contoh istilah yang sering digunakan tapi tidak akurat: branding dan rebranding
  • Selalu kirimkan brief yang sudah kamu lengkapi sesuai hasil diskusi/meeting, kirim serta minta konfirmasi dari klien.

3. Paham tentang brand/produk

Pertanyaan yang diajukan disini adalah: who are they & what they do? —terjemahan: apakah obyeknya (disini berarti brand/produknya) dan apa kegunaannya?

Semakin detail informasi yang kamu ketahui tentang brand/perusahaan dan tujuan bisnisnya, semakin kenal dan semakin mudah memahami klien.

Tentunya informasi disini adalah yang berhubungan dengan pekerjaan desain ya, kamu tidak perlu mengetahui laporan keuangannya hehe.

BACA JUGA: 3 Keahlian yang Dibutuhkan Anak Desain untuk Meraih Karir Impian

Peroleh informasi yang selengkap-lengkapnya tentang jati diri brand/produk:
  1. cerita/sejarah/filosofi produk
  2. branding guidelines
  3. tagline, kreatif element-nya
  4. hal yang menarik/menjual (key selling point) dari brand/produknya, jika dirasa perlu
  5. kompetitor, apa yang mereka kagumi/sukai atau tidak suka
  6. referensi desain yang mereka sukai, dan kenapa

BACA JUGA: Grafik Desainer V.S. Digital Marketer: Make Love Not War

Informasi detail khusus untuk proyek branding/rebranding:

  1. rencana atau tujuan brand/produk kedepannya– terutama dalam proyek rebranding
  2. sejarah/latar belakang kenapa brand ini ada, jika dirasa perlu (terutama kalau foundernya orang terkenal atau sejarahnya cukup fenomenal, eg. Virgin Air)

4. Kenali Target Audience

Siapakah yang menjadi target dari desain yang akan kamu hasilkan? Siapa target audience-nya?

PRO TIPS: TEPAT SASARAN
  • Target audience untuk pekerjaan desain bisa jadi lebih spesifik — karena desain dibuat untuk keperluan dan konteks yang lebih spesifik, seperti social media campaign/brosur/billboard/banner ads digital, dst.
  • Jadi pastikan deskripsi target audience disini adalah target audience yang sesuai untuk pekerjaan desainnya.

BACA JUGA: Take A Break: Curhat Kreatif Lewat Infografik

Beberapa kategori yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan audience adalah:

  1. usia dan gender/jenis kelamin
  2. status ekonomi, acuan yang sering digunakan adalah Socio economic status/SES
  3. interest/ketertarikan/hobi/passion/habit

Minta client memilih profil instagram/influencer yang sesuai dengan aspirasi audiencenya. Agar lebih akurat kadang dibutuhkan referensi/contoh target audience-nya di dunia nyata, manfaatkan instagram untuk memilih contoh atau aspirasi persona. .

5. Tone of voice dan key message

Tone of voice berkaitan erat dengan pencitraan yang ingin dicapai brand di mata konsumen/target audience-nya.

Kesan apa yang ingin ditinggalkan kepada audience?

BACA JUGA: Hybrid Designer: Menjawab Tantangan Era Digital

Bagi yang kurang familiar dengan istilah tone of voice, bahasa yang sederhananya adalah tentang kepribadian/karakteristik brand ketika diperkenalkan dan ingin disampaikan ke target audience.

Cara yang paling mudah mendapat informasi ini adalah minta klien memberikan 3-5 kata untuk mendeskripsikan produknya.

PRO TIPS: HELP YOUR CLIENT TO DESCRIBE/ FIND THEIR TONE OF VOICE:

Jika masih sulit untuk mendeskripsikannya, minta klien memberikan referensi desain/gambar/website yang mereka sukai atau merepresentasikan brand-nya.

6. Metode atau Alur kerja

Bekerja sama akan lebih mudah dan efektif jika kedua pihak saling memahami bagaimana alur kerja masing-masing.

Bagian yang ini mungkin tidak dicantumkan dalam brief, tetapi di kontrak kerja atau apapun dokumen yang meresmikan kerjasama proyek ini.

Oleh karena itu di sini komunikasi diharapkan berjalan 2 arah.

DESAINER harus menjelaskan:
  1. menjelaskan alur kerja desain
  2. materi yang dibutuhkan dari klien, seperti logo, kode warna.
  3. jika ada materi atau komponen yang harus diproduksi secara terpisah/outsourcing, informasikan hal ini kepada klien terutama jika membutuhkan waktu dan budget extra.
  4. tahapan kerja dan keterlibatan klien di tahapan tertentu, termasuk revisi
  5. hasil akhir yang mereka peroleh

BACA JUGA: Tips Praktis Mengomunikasikan dan ‘Menjual’ Desainmu Kepada Klien

Untuk kelancaran komunikasi dalam proyek, mintakan informasi ini dari KLIEN:
  • siapa person-in-charge (PIC), yang menjadi sumber informasi selama proyek berlangsung.
  • bentuk presentasi desain yang disampaikan: prototipe, mock up, powerpoint, print out, atau bentuk file digital sudah cukup
  • siapa yang menjadi pengambil keputusan atau bagaimana keputusan diambil terutama terkait approval .

  • Mulai bekerja setelah klien mengirimkan persetujuan resmi untuk bekerja sama, dalam bentuk kontrak kerja, surat perintah kerja, Purchase order/PO, atau lainnya.
  • Selalu kirimkan rekap dari hasil diskusi/pertemuan dari setiap tahapan dan revisi dan minta tanggapan dari klien.
  • Pastikan budget, deadline dan termin pembayaran (term of payment) disetujui kedua pihak.

Semoga bermanfaat!

BACA JUGA: Panduan Menjadi Desainer Grafis (Seutuhnya)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA