Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah memberikan keterangan terkait pembuatan Film Fatmawati, Minggu (29 Juni 2019). Bengkulu,BI - Siapa yang tidak tahu identitas Negara Indonesia bendera Merah Putih. Setiap warna negara Indonesia tentunya tak asing dengan julukan kehormatan Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945 saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Siapa juga yang tak kenal Soekarno, Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia yang begitu gagah dan piawai dalam dunia politik Internasional. Namun di balik itu semua, ada sosok Fatmawati. Penjahit Bendera Pusaka Merah Putih ini merupakan Ibu Negara Indonesia pertama pada tahun 1945 hingga 1967, dan merupakan ibu kandung Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri. Perempuan hebat nan tangguh dengan nama asli Fatimah ini adalah putri Bengkulu. Menurut Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, sosok Fatmawati pantas menjadi figur yang menginspirasi. Fatmawati, dinilai memiliki peran dan jasa yang besar dalam perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia. Karena itulah, Rohidin Mersyah mencoba menginisiasi mengangkat (kembali) sosok Fatmawati dalam sebuah film. "Kita mau memulai cita-cita besar anak-anak Indonesia untuk mengangkat kisah sejarah Ibu Fatmawati Ibu Negara Indonesia Pertama yang merupakan Putri Bengkulu, dalam bentuk film layar lebar," kata Rohidin di Rumah Fatmawati, Minggu (29 Juni 2019). Saat itu, Pemprov Bengkulu bersama tim produksi film menggelar syukuran untuk memulai produksi. Langkah awalnya, kisah Fatmawati akan dituangkan dalam karya film pendek. Gubernur Rohidin pun berharap, karya awal itu bisa menjadi semangat untuk mewujudkan film Fatmawati dalam layar lebar. Dirinya optimis, ketikan film Fatmawati bisa diproduksi, maka akan diminati masyarakat luas. "Saya yakin, tidak hanya rakyat Indonesia saja yang senang namun dunia akan menyambutnya. Untuk itu, kami mohon doa restu untuk film awal ini," tutur Rohidin. Dalam kesempatan yang sama, Evry Joe yang merupakan produser teaser Fatmawati mengatakan, dirinya tergugah untuk memproduksi film ini lantaran ketokohan penjahit Merah Putih yang teryata putri dari Bengkulu itu layak untuk diangkat sekaligus mengingatkan kembali akan sejarah. "Ibu Fatmawati dengan segala kisahnya, tidak kalah dengan tokoh-tokoh lain yang pernah dijadikan film. Dia bukan saja ibu dari anak-anaknya, tetapi Ibu Negeri ini. Dia yang menyatukan Merah Putih. Ini harus dikenal," papar Evry Joe. Teaser Fatmawati yang bakal dimulai produksinya ini, tambah Evry, sebagai cikal bakal film layar lebar. Dirinya tak mau tergesa-gesa dalam produksi, berharap film pendek ini menghasilkan karya terbaik, dan mendapat sambutan serta respon positif dari masyarakat. Dalam film pendek ini, Fatmawati akan diperankan oleh Sylvia Fully Rahaestita. Aktris Indonesia yang memulai karier melalui pemilihan Miss Celebrity Indonesia itu mengaku bangga bisa dipercaya untuk memerankan Fatmawati. Sylvia Fully yang pernah memerankan sebagai Iriana (istri Jokowi) dalam Film Jokowi adalah Kita itu berharap film dan pesan-pesannya bisa diterima oleh masyarakat. "Ini pertama kali saya hadir di Bengkulu. Luar biasa sambutannya hangat sekali. Saya bangga sekali dipercaya untuk memerankan sebagai Ibu Fatmawati, semoga apa yang kita harapkan ini bisa tersampaikan dan bisa diterima dengan baik," demikian ucap aktris cantik kelahiran Bandung itu saat di Bengkulu.(Mc)
RUMAH SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
POLA RITUAL DAN MAKNA SIMBOLIS TRADISI KADIRAN
EKSPRESI ESTETIS DAN MAKNA SIMBOLIS KESENIAN LAESAN
VISUALISASI KUCING DALAM KARYA LUKIS
Pakaian Minangkabau; tinjauan filosofis dan makna simbolis
MAKNA DIFERENSIASI KARYA SENI LUKIS PASREN DI KABUPATEN KLATEN
KAJIAN SEMIOTIKA : MAKNA GERAK DALAM TARIAN KARO
BENTUK DAN MAKNA LEKSIKON PEMBENTUK RUMAH ADAT KUDUS
MAKNA SIMBOLIS TARI CANGGET AGUNG
MAKNA SENI LUKIS HITAM PUTIH KARYA I.G.N NURATA TAHUN
VISUALISASI PERMAINAN BONEKA DALAM KARYA SENI LUKIS
KEUNIKAN KEONG SAWAH DALAM KARYA SENI LUKIS
TRANSFORMASI JEJAHITAN DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS KONTEMPORER
VISUALISASI GAJAH SIRKUS DALAM KARYA SENI LUKIS
LEBAH MADU SEBAGAI TEMA DALAM KARYA LUKIS
EKSPRESI WAJAH WANITA DALAM KARYA BATIK LUKIS
KUPU-KUPU SEBAGAI TEMA DALAM KARYA LUKIS
EGO MANUSIA DIJALANAN DALAM KARYA SENI LUKIS
TRANSFORMASI JEJAHITAN DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS KONTEMPORER
PEREMPUAN DAN SELENDANG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
MAKNA TOTALITAS DALAM KARYA SASTRA
Sebagai masyarakat yang telah menetap, tentu saja, masyarakat Karo juga telah menghasilkan karya-karya sebagai apresiasi jiwa seninya. Hal ini tentu tampak dari hasil karya seninya. Beberapa karya seni yang berkembang dalam masyarakat Karo adalah Seni suara, Seni gerak, Seni tenun, Seni bangunan, dan Seni sastra. Berikut adalah keterangan singkatnya 😉 01. Seni Suara (Erkata Gendang) 02. Seni Gerak/ Tari (Landek/ Perkolong-kolong) Tari tradisional Karo dilihat dari bentuk dan acara penampilannya dapat dibedakan atas tugas jenis yakni: 1. Tari yang berkaitan dengan adat 2. Tari yang berkaitan dengan religi Semua gerakan tarian religi gerakannya disesuaikan dengan pengiring dan guru yang melakonkannya seperti kebiasaan di samping tekanan ilmu dan roh pengikutnya. Jadi jelas bahwa gerakan itu tidak merupakan gerakan yang teratur berdasarkan tata cara secara umum. 3. Tari yang berkaitan dengan hiburan Tari yang bersifatnya hiburan mencakup bermacam jenis tari. Tari Topeng (gundala-gundala) salah satu tari yang dibawakan penari khusus yang berpengalaman. Tari Gundala-gundala tidak hanya menunjukkan gerak tetapi juga mengandung unsur ceria. 03. Seni Tenun (Mbayu) Secara umum pakaian tradisional Karo dapat dibagi tiga bagian, yaitu: pakaian sehari hari, pakaian untuk pesta, dan pakaian kebesaran. Pakaian sehari terdiri dari pakaian untuk pria yaitu batu gunting cina lengan panjang, tutup kepala yang disebut tengkuluk atau bulang serta sarung. Sedangkan untuk wanita terdiri dari baju kebaya leher bulat, sarung (abit), tutup kepala (tudung), dan kain adat bernama Uis Gara yang diselempangkan. Pakaian pesta hampir sama dengan pakaian sehari-hari. Hanya saja, pakaian pesta lebih bersih atau baru dan dikenakan dengan sopan. Dan, pakaian kebesaran terdiri dari pakaian-pakaian yang lengkap serta digunakan pada saat pesta seperti pesta perkawinan, memasuki rumah baru, upacara kematian, dan pesta kesenian. Ragam atau jenis pakaian tradisional Karo ialah sebagai berikut : 1. Uis Arinteneng 3. Uis Teba 4. Uis Batu Jala, dan pakaian-pakaian yang lain seperti Uis Kelam-kelam, Uis Beka Buluh, Uis Gobar Dibata, Uis Pengalkal, Gatib Gewang, Uis Kapal Jongkit, Gatip Cukcak, Uis Gara-Gara, Uis Perembah, Uis Jujung-Jujungen, Uis Nipes Ragi Mbacang, uis Nipes Padang Rusak, Uis Nipes Mangiring, dan Uis Nipes Benang Iring. 04. Seni Sastra Bahasa Karo adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Karo. Ruang lingkup penggunaan bahasa tersebut hanya pada tempat tinggal yang masyarakatnya mayoritas suku-suku Karo. Dalam percakapan sehari-hari, masyarakat Karo tidak memerlukan susunan bahasa yang teratur sekali. Yang perlu adalah pemahaman tentang bahasa yang digunakan. Kendatipun demikian, penggunaan bahasa Karo yang benar dan baik tetap diperlukan karena dengan cara demikian akan memberikan suatu gambaran bagi pendengar bahwa yang berbicara memiliki wibawa serta dapat dipercaya. Pemilihan dan penempatan kata-kata yang tepat pada suatu kalimat akan menciptakan suasana tersendiri, dengan kata lalin di dalamnya telah terdapat unsur yang menarik dan indah didengar. Itu telah berarti terjalinnya suatu bahasa bernilai seni sastra atau kesusastraan. Seni sastra itu sendiri dalam bahasa Karo dapat digolongkan dengan pengertian Cakap-Lumat.Seni sastra (cakap lumat)oleh masyarakat Karo digunakan dalam suasana tertentu. Untuk lebih memperindah dan untuk membuat lebih menarik, seni sastra yang digunakan terkadang harus diselang-selingi dengan pepatah, perumpamaan, pantun, dan gurindam. Hasil karya sastra masyarakat Karo umumnya terlestarikan lewat mulut- ke mulut dan saat ini sudah ada beberapa hasil karya tersebut yang dibukukan. Hasil tersebut, baik dalam rupa pantun, gurindam, perbandingan (anding-anding), bintang-bintang (mirip dengan pantun), bilang-bilang (cetusan rasa sedih), cerita berupa mitos, dan legenda. Beberapa cerita, dongeng, dan legenda yang telah jamak dikenal oleh masyarakat Karo adalah;cerita Putri Hijau, Sibayak Barusjahe, Pawang Ternalem Guru Pertawar Reme, Si Beru Rengga Kuning, dan Si Beru Karo Basukum. 05. Seni Ukir Walaupun kehidupan masyarakat Karo pada waktu dulu dalam keadaan serba sederhana, namun beberapa orang seniman mampu menyumbangkan karyanya. Karya itu umumnya dimulai dengan sederhana dan dengan maksud untuk menolak bala, menangkal roh jahat, dan untuk dipercaya memiliki kemampuan pengobatan. Kemudian dalam perkembangannya dari waktu ke waktu, kebiasaan membuat ukiran tersebut tidak lagi dipandang dari segi kekuatan daya penangkalnya. Lukisan itu telah dipandang sebagai suatu yang memiliki keindahan sehingga dikembangkan sebagai karya seni. Paling tidak ada empat tempat karya seni ini ditempatkan, yaitu: pada bangunan tradisional Karo (rumah adat, jambur, geriken, dan gereta guro-guro aron), pada benda-benda pecah-belah (gantang beru-beru, cimba lau, abal-abal, busan, petak, tagan, kampil, dan alat kesenian), pada pakaian adat Karo (uis kapal, uis nipes, dan baju), dan pada berbagai benda perhiaan (gelang, cincin, kalung, pisau, ikat pinggang, dan lain sebagainya). Bila dilihat dari bentuk nama ukiran Karo, beberapa di antaranya tercipta atas dorongan dan pengaruh lingkungan alam, manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini dapat dibuktikan atas adanya bentuk dan nama ukiran tersebut. Ragam ornamen Karo relatif banyak beberapa di antaranya adalah: tupak salah silima-lima, tupak salah sipitu-pitu, desa siwaluh, panai, bindu metagah, bindu matoguh, tapak raja Sulaiman, pantil manggus, indung-indung simata, tulak paku petundal, lipan nangkih tongkeh, kite-kite perkis, tutup dadu/cimba lau, cenkili kambing, Ipen-ipen, lukisan suki, pucuk merbung bunga bincole, surat buta, pengretret, bendi-bendi (pengalo-ngalo), embun sikawiten, pucuk tenggiang, litab-litab lembu, lukisan tonggal, keret-keret ketadu, taruk-taruk, kidu-kidu, lukisan pendamaiken, bulang binara, tanduk kerbau payung, bunga gundur, raja Sulaiman, bunga lawang, tudung teger, lukisan umang, lukisan para-para (gundur mangalata), embun sikawiten II, tulak paku, lukisan kurung tendi, osar-osar, ukiren sisik kaperas, galumbang sitepuken, ukiren kaba-kaba, likisen tagan, dan masih banyak lagi jenis ornamen yang lain. 06. Seni Musik Di samping hasil karya seni yang telah diterangkan di atas, seni musik juga berkembang dalam masyarakat Karo. Sebagaimana diketahui, bahwa masyarakat Karo sejak dahulu telah mengenal seni musik. Identitas masyarakat Karo juga terbukti dari berbagai jenis alat musik. Seni musik tersebut dibuat dari bahan-bahan yang dapat diperoleh dari alam sekitar. Gendang Karo disebut dengan lima sedalinen artinya seperangkat gendang yang terdiri dari lima bagian. Bagian itu adalah: 1. Gendang Indungnya 2. Gendang anaknya 3. Gung (gong) 4. Penganak (gong kecil) 5. Sarunai 07. Seni Bangunan (Mbangun) Berikut adalah Beberapa jenis karya seni bangunan lain dalam masyarakat Karo. 1. Geriten 2. Jambur 3. Batang 4. Lige-lige 5. Kalimbaban 6. Sapo gunung 7. Lipo 8. Si Waluh Jabu Siwaluh Jabu adalah rumah adat suku Karo yang di tempati oleh delapan keluarga, yaitu : a. Jabu benana kayu.Jabu banana kayu terletak di jabu jahe. Biasanya letaknya sebelah kiri jambur. Jabu ini dihuni oleh para keturunan pendiri kampung. Fungsi jabu ini adalah sebagai pemimpin rumah adat. b. Jabu ujung kayu.Jabu ini letaknya sesuai arah kenjulu air. Jabu ini ditempati oleh anak beru kuta atau anak beru dari jabu benana kayu. Fungsi jabu ini adalah sebagai juru bicara jabu bena kayu. c. Jabu lepar benana kayu.Jabu ini di arah kenjahe (hilir). Letak jabu ini sebelah kanan kenjahe desa. Penghuni jabu ini adalah sembuyak dari jabu benana kayu. Fungsinya adalah untuk mendengarkan berita-berita yang terjadi di luar rumah dan menyampaikan hal itu kepada jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu sungkun berita (sumber informasi). d. Jabu lepar ujung kayu (mangan-minem).Letaknya di bagian kenjulu (hulu) jambur. Jabu ini ditempati oleh kalimbubu jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu si mangan-minem. e. Jabu sedapuren benana kayu (peninggel-ninggel). Jabu ini ditempati oleh anak beru menteri dari rumah si mantek kuta (jabu benana kayu), dan sering pula disebut jabu peninggel-ninggel. Dia ini adalah anak beru dari ujung kayu. f. Jabu sidapuren ujung kayu (rintenteng).Ditempati oleh sembuyak dari ujung kayu, yang sering juga disebut jabu arinteneng. Tugasnya adalah untuk engkapuri belo, menyerahkan belo kinapur (persentabin) kepada tamu jabu benana kayu tersebut. Oleh karena itu, jabu ini disebut juga jabu arinteneng. g. Jabu sedapuren lepar ujung kayu (bicara guru). Dihuni oleh guru (dukun) atau tabib yang mengetahui berbagai pengobatan. Tugasnya mengobati anggota rumah yang sakit. h. Jabu sedapuren lepar benana kayu dihuni oleh puang kalimbubu dari jabu benana kayu. Tujuan dari jabu ini adalah meminta persetujuan terakhir dari puang kalimbubu Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat.. |