Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Teologi Pengharapan
Abstrak
Ezra Tari, Teologi Pengharapan. Tujuan penulisan adalah untuk memaparkan pandangan
teologi pengharapan. Jürgen Moltman dilahirkan di Hamburg pada tahun 1926.Moltmann menempuh
ujian masuknya untuk melanjutkan pendidikannya, namun sebaliknya ia pergi berperang sebagai
seorang tenaga pembantu di Angkatan Udara Jerman. Mempertemukan antara pandangan postmodern
dengan ajaran trinitas ditengah pluralisme dan postmodern. Dengan keragaman pandangan pandangan
trinitas apakah masih bisa dipertahankan atau tidak.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis meneliti tentang Trinitas dan Agama
Plural di tengah Postmodernisme. Jenis penelitian yang digunakan yaitu berdasarkan metode penelitian
kualitatif berdasarkan kepustakaan (library research). Penulis mengumpulkan data-data dari pustaka
yang berbicara mengenai Trinitas dan Agama Plural di tengah Postmodernisme. Pengumpulan data,
juga diperoleh dari observasi atau pengamatan terhadap gejala yang terjadi dalam kehidupan orang
percaya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa trinitas masih relevan bagi orang Kristen namun tidak
berlaku bagi agama lain. Trinitas merupakan ciri khas ajaran Kristen dan tidak berlaku absolut sesuai
pandangan postmodern.
Kata Kunci: Trinitas, Agama Plural, Postmodernisme, Kristen
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu hari terakhir adalah isu yang kembali muncul di abad ke-20 saat ini. Orang selalu
bergerak kedepan dan terus mengalami perubahan serta pernyataan yang mengungkapkan bahwa
ada hidup setelah kematian. Keadaan ini terjadi karena kehidupan saat ini mengalami krisis yang
meliputi lingkungan, kehidupan politis yang tidak berjalan semestinya seperti harapan akan adanya
kehidupan yang baik. Harapan surga merupakan impian semua manusia, di mana ada kedamaian,
kesejahteraan, dan masih banyak harapan yang manusia inginkan dalam situasi sosial-politik yang
tidak menentu.Penulis memilih topik teologi pengharapan sebagai upaya memahami harapan akan
hari terakhir, di mana kondisi itu disebut surga. Pengharapan akan pembebasan dari kehidupan
yang fana dan ketidakberdayaan. Pengharapan akan kehidupan kekal di masa yang akan datang
yang penuh sukacita.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dengan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana teologi pengharapan mengubah hidup manusia?
2. Apa yang teologi pengharapan sumbangkan bagi kehidupan beriman?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan teologi pengharapan adalah:
1. Memaparkan teologi pengharapan bagi hidup manusia
2. Menguraikan teologi pengharapan bagi kehidupan kita sebagai gereja dalam menyikapi
perubahan.
LATAR BELAKANG SEJARAH TEOLOGI PENGHARAPAN
Teologi harapan atau theologie der Hofnung merupakan karya besar yang diterbitkan tahun
1964.Teologi harapan merupakan karya seorang teolog jerman yang bernama Jürgen Moltman.
Molman melihat bahwa iman Kristen dilihat sebagai sesuatu yang berada di masa depan.
Moltmann
menempuh ujian masuknya untuk melanjutkan pendidikannya, namun sebaliknya ia pergi berperang
sebagai seorang tenaga pembantu di Angkatan Udara Jerman. ¹ Pada 1944,ia sungguh-sungguh terkena
wajib militer, dan menjadi tentara di militer Jerman. Ketika diperintahkan ke Reichswald, sebuah hutan
Belgia di garis depan, ia menyerah pada 1945 dalam kegelapan kepada tentara Inggris pertama yang ia
jumpai. Ia menjadi tawanan 1945-1948 di Belgia dan Inggris sebagai tawanan perang. Pada tahun
Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris abad Ke 20, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 113
1952, belajar teologi dan menjadi pendeta serta menjadi guru besar di Wuppertal pada tahun 1958.Ia
mula-mula ditawan di Belgia. Di kamp di Belgia, para tahanan tidak mempunyai banyak kegiatan.
Moltmann dan rekan-rekan setahanan merasa tersiksa oleh kenangan dan pikiran-pikiran yang
mengkhawatirkan.Moltmann mengaku telah kehilangan semua pengharapan dan kepercayaan terhadap
budaya Jerman karena Auschwitz dan Buchenwald (kamp-kamp konsentrasi tempat orang Yahudi dan
yang lain-lainnya yang ditentang Nazi ditahan dan dibunuh). Mereka juga melihat foto-foto yang
dipasang secara menantang di gubuk-gubuk mereka, foto-foto yang gamblang tentang Buchenwald
dan kamp konsentrasi Bergen-Belsen. Moltmann mengaku bahwa penyesalannya begitu mendalam,
sehingga ia sering merasa bahwa ia lebih suka mati bersama-sama dengan rekan-rekannya daripada
tetap hidup untuk menghadapi apa yang telah dilakukan oleh bangsanya.
Moltmann bertemu dengan sekelompok orang Kristen di kamp itu, dan seorang pendeta
tentara Amerika memberikan kepadanya sebuah Perjanjian Baru dan Mazmur. Perlahan-lahan ia
semakin merasakan identifikasi dan mulai mengandalkan iman Kristen. Moltmann belakangan
mengaku, saya tidak menemukan Kristus, dialah yang menemukan saya.Setelah Belgia, ia dipindahkan
ke sebuah kamp di Skotlandia, dan di sana ia bekerja dengan orang-orang Jerman lainnya untuk
membangun kembali daerah-daerah yang rusak karena pengeboman. Keramahtamahan penduduk
terhadap para tawanan itu meninggalkan kesan yang mendalam pada dirinya. Pada Juli 1946, ia
dipindahkan untuk terakhir kalinya keNorthern Camp, sebuah penjara Britania yang terletak
dekat Nottingham, Britania. Kamp itu dioperasikan oleh YMCA (Young Men’s Christian Asocatioan)
dan di sana Moltmann bertemu banyak mahasiswa teologi. Di Northern Camp, ia menemukan
buku Reinhold Niebuhr, Nature and Destiny of Man (Hakikat dan Tujuan Manusia) itu adalah buku
Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 238
teologi pertama yang pernah dibacanya, dan Moltmann mengaku bahwa buku itu menimbulkan
dampak yang hebat terhadap hidupnya.
Pada tahun 1960-an merupakan periode di mana situasi Eropa dan Amerika terbuka terhadap
segala kemungkinan.Perkembangan ekonomi dan materi yang tinggi serta perubahan yang begitu cepat.
Pengharapan akan kebebasan dari suasana politik dan penindasan dari bidang ekonomi dan politik
menjadi suasana di mana manusia berpikir akan masa depan yang mengagumkan dan tidak pernah
dibayangkan sebelumnya.
Teologi pengharapan didasari dari eskatologi Alberth Scheitzer pada abad
ke- 20 tetapi dengan penolakan yang begitu radikal.Pencarian tentang masa depan bukan masa lalu atau
sekarang sehingga menempatkan iman dalam hubungannya dengan sejarah. Teologi pengharapan
menolak dikotomi sejarah kedalam hal yang suci dan sekuler. Pengharapan Kristen merupakan
antisipasi sejarah di masa yang akan datang. Teologi pengharapan merupakan teologi kebangkitan
melalui kebangkitan Kristus sebagai buah sulung masa depan yang didefenisikan sebagai pencarian
kehidupan akan datang. Eskatologi merupakan penyataan penuh kerajaan Allah yang merupakan misi
gereja dalam penantian.
Penekanan Pannenberg lebih kepada penyelamatan Allah dalam sejarah yang
ditulis tahun 1959.Segala persoalan dititik beratkan pada sejarah yang dibuat Allah dalam kehidupan
manusia.Menurut Pannnenberg Allah hanya dapat dijumpai dalam sejarah bukan didalam eksistensi.
Tahun 1965, gerakan Allah mati dan kebangunan ateisme menguat. Ada tiga orang sebagai
penganut Teologi Pengharapan, Jurgen Moltman(reformed), Wolfhart Pannenberg (Lutheran),
Johannes Metz (Roman Catholic). Jürgen Moltman dilahirkan di Hamburg pada tahun 1926.Moltmann
menempuh ujian masuknya untuk melanjutkan pendidikannya. Pada tahun 1952 ia belajar teologi dan
kemudian menjadi pendeta Jemaat. Wolfhart Pannenberg (Lutheran)1928, belajar filsafat dan teologi di
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas, Jurgen Moltmann, download tanggal 8 November 2011, tersedia di
id.wikipedia.org/wiki/Jürgen_Moltmann
Richard Bauckhman, Teologi Mesianis, (Jakarta: BPk Gunung Mulia, 1993), 2
David L Smith, Handbook Contemporary Theology, (Grand Rapids: Bridgepoint Books, 2000), 135
Harun Hadiwijono, Op. Cit, 104.
Gottingen, basel, dan heidelberg. Johannes Metz (Roman Catholic) 1928. Teologinya bersifat
fundamental yang melihat iman dalam sejarah dan masyarakat.
KONSEP TEOLOGI
Konsep Moltmann tentang wahyu atau penyataan dikemukakan sebagai sejarah-Firman.Allah
menyatakan diri dalam sejarah sebagai rangkuman seluruh sejarah.Sejarah-Firman atau sejarah-janji
yang dipandang sebagai wahyu atau penyataan dipandang sebagai sejarah Firman atau sejarah janji
Allah yang menampakkan bahwa penyataan Allah itulah yang eskatologis.
Pandangan eskatologi
diartikan sebagai janji sebagai dasar harapan di masa yang akan datang. Hal ini menjadi penekanan
dalam pemberitaan injil, di mana penekanan yang paling banyak adalah janji akan ciptaan baru pada
masa yang akan datang. Pengharapan ini menyangkut keadilan sosial, pemulihan hubungan manusia
dan kedamaian untuk seluruh ciptaan.Gereja melakukan perubahan saat ini berdasarkan pengharapan di
masa yang akan datang.
Teologi ini menentang struktur dalam masyarakat dan memandang ke arah
depan yang membebaskan dari Allah untuk keluar dari penderitaan dan kedamaian dengan seluruh
ciptaan.
Moltman menggambarkan Allah sebagai hal yang terdalam dari kehidupan manusia. Allah
bukan berada di tempat tinggi namun Ia berjalan mendahului kita menuju masa depan. Allah yang
membebaskan kita dari segala kuasa maut, Ia membangkitkan orang mati dan mengajarkan kepada kita
masa depan serta orang yang memiliki pengharapan. Gambaran Allah dalam perjanjian lama menurut
Ibid . 114
Tony Lane, Op.cit, 239
Moltmann adalah Allah sejarah. Allah menjanjikan kepada Israel pembebasan di masa yang akan
datang pada saat penindasan di Mesir dan itu dilaksanakan dalam perjalanan Israel. Allah yang
mengambil bagian dalam hidup manusia nyata dalam konsep Allah yang turut menderita. Allah yang
disalibkan nyata dalam diri Yesus Kristus, Ia mati dan bangkit dari maut menyatakan akan harapan
kebangkitan dari kematian.
Penderitaan Allah bukanlah sesuatu yang dipaksakan dari luar melainkan
penyataan bahwa Allah turut menderita dalam penderitaan mahluk ciptaanNya.Penderitaan Allah nyata
lewat pengorbanan Yesus di kayu salib, dengan penderitaan itu Allah kita kenal sebagai Allah yang
benar-benar merasakan ketidakberdayaan manusia akibat jatuh dalam dosa.Kehadiran Allah dalam
dunia tidak berhenti pada saat mengorbankan diriNya di kayu salib.Allah mengutus Roh Kudus sebagai
pembawa perubahan dalam gereja, pembaruan itu dilakukan dalam batin manusia.
Gereja merupakan gereja Yesus Kristus dan merupakan gereja yang misioner.Misi mencakup
keseluruhan aktivitas manusia keluar dari kegelapan atau perbudakan.Apa yang terjadi dalam
penderitaan Yesus adalah penyerahan Anak melalui Bapa, penyerahan AnakNya memperlihatkan suatu
penderitaan Allah yang hanya dimengerti dalam kerangka ketritunggal.
Inti teologi harapan Jurgen
Moltmann adalah teologi yang mewujudkan praktek dan perealisasian pengutusan Kristus kedalam
dunia yang sering disebut sebagai teologia politika. Eskaologi Kristen bukan bersikap pasif dan
menerima saja tetapi memiliki harapan yang dapat diubah bagi masa depan. Menurut Moltmann ada
tiga dimensi yang harus diperhatikan oleh gereja yakni gereja yang dihadapkan dengan Allah.
Untuk teologi Moltmann adalah perjalanan penemuan ke negara yang tidak diketahui, bahkan
tanpa peta apapun, rasa ingin tahu.Hanya dengan Dalam pengertian ini, ziarah ke ide-ide teologis
memiliki karakter petualangan bukan perjalanan yang sederhana.
Sejak publikasi Teologi of Hope di 1964, Moltmann terus petualangan panjang gagasan teologis
Harun Hadiwiyono, Op.cit. 115
Tony Lane, Op.cit. 239
dengan harapan eskatologis, yaitu, harapan bagi Kerajaan Allah, sebagai tema utamanya. Petualangan
ide teologis dapat dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah titik balik di jalan teologis pada tahun
1978.Kota Meksiko konferensi dengan para teolog pembebasan, teolog feminis hitam dan teolog. Pada
akun ini kita dapat memenuhi dua seri yang berbeda dari karya-karyanya: trilogi awal dan kontribusi
sistematis untuk teologi.
Argumen Moltmann dalam Allah yang tersalib membangkitkan beberapa
pertanyaan: makna penggantian penebusan salib. Namun demikian, argumennya tampaknya
menginspirasi teologi dengan vitalitas.Penekanan teologi Moltmann banyak dipengaruhi oleh Wolfhart
Pannenberg seorang teolog sistematika.Serta Ernst seorang sejarahwan yang mampu mempengaruhi
pemikiran Moltmann dalam mengembangkan teologi harapan.
Kemuliaan ilahi sebagai janji masa
depan yakni pembebasan manusia dari keterpurukan dan semua ciptaan.
Teologi Moltmann adalah teologi futuristik di mana Allah adalah bagian dari masa yang akan
datang. Bagi Moltmann kekekalan hilang di dalam waktu. Allah memenuhi janjinya tentang masa yang
akan datang dalam janji sebuah harapan yang akan diwujudkan. Harapan akan masa depan atau
eskatologi dimengerti sebagai keterbukaan akan masa depan. Masa akan datang adalah suatu kuantitas
yang tidak dikenal baik manusia maupun Allah. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah jaminan
Allah akan masa yang akan datang yakni kebangkitan akhir. Manusia seharusnya tidak pasif dalam
menanti masa depan dan melakukan perubahan masa kini sebagai wujud pengharapan masa datang.
Tujuan gereja adalah membawa perdamaian sosial, melakukan revolusi yang pantas, dan melakukan
pengharapan masa depan pada saat ini.
Moltmann mengungkapkan teologinya bahwa kristologi menjadi eskatologi. Pembangkitan
Kristus yang disalibkan berarti bahwa ia mempunyai suatu masa depan ke arah mana iman kepada
Kristus yang bangkit, semua pernyataan dan keputusan tentang Dia yang mengandaikan masa depan.
Grenz, Stanley J. dan Roger E. Olson, ed. Twentieth Century Theology, (Downers Grove: InterVarsity Press.1992), 173
Harvie M Conn, Op. Cit, 77
Ibid, 79-80.
Iman paskah mengajarkan kepada kita untuk mengerti bahwa Yesus ada hubungan dengan masa
depan.
Kategori-kategori adalah pengertian tentang penyataan ilahi sebagai janji dan suatu pengertian
tentag sebagai misi.Teologi menurut Moltmann bahwa mengatasi keterbatasannya kepada gereja, iman
dan terarah kepada kebenaran dari semuanya dan keselamatan dari dunia yang terpecah.Hermeneutik
yang dikembangkan adalah memerhatikan peristiwa masalalu sebagai janji di masa datang.
Teologi pengharapan mengangkat pertanyaan tentang bentuk konkret yang diambil oleh suatu
pengharapan eskatologis yang hidup dalam masyarakat modern.Moltmann membuat konsep tentang
janji masa depan dengan prinsip: janji mengemukakan kedatangan suatu kenyataan yang belum ada.
Janji memprakarsai suatu sejarah yang mengarah kepenuhannya dengan membangkitkan pengharapan
manusia akan pemenuhan janji. Janji menciptakan kesadaran masa lalu dan masa depan yang membagi
kenyataan kedalam situasi. Perluasan sejarah janji meninggalkan suatu kelebihan menunjukkan
pemenuhan yang lebih lanjut. Janji eskatologis adalah untuk suatu masa depan yang final yang secara
keseluruhan sesuai dengan kehendak Allah. Janji itu belum memperoleh jawabannya karena menarik
pikiran kita tentang masa depan dan pengharapan yang kreatif.
Pusat kristologi dan dasar teologi pengharapan Moltmann adalah pemahamannya tentang
kebangkitan Yesus yang disalib sebagai suatu peristiwa janji eskatologis.Argumen Moltmann
mengenai kenyataan yang dihadapi dan terbuka pada transformasi dari janji ilahi.Dealektika salib dan
kebangkitan berarti bahwa Yesus yang disalibkan dan kebangkitan identitasNya dalam kontradiksi
yang total.Pengalaman yang dialami Yesus sebagai Allah yang tersalib merupakan
pembaruan.
Menurut Moltmann menggambarkan janji Allah melalui Yesus Kristus yang dikerjakan
bagi gereja.Kristus hadir dalam parousia yaitu kehadiranNya yang kedua kali untuk menghakimi
manusia. Gereja membarui hidup ini menurut Moltmann harus melalui proses yang dialami manusia.
Richard Bauckhman, Op.Cit, 27
Ibid, 42
Pada saat ini gereja dihadapkan dengan dua krisis yakni krisis relevansi dan identitas.Menurut
Moltmann kejadian salib memperkenalkan kita akan tabiat Allah. Pengaruh Pannenberg terhadap
Moltmann cukup besar yang berbicara tentang penyataan Allah dalam Kristus seperti yang disaksikan
oleh Alkitab.
Apa yang terjadi pada Yesus yang tersalib di mana Ia diserahkan oleh Allah sebagai diriNya
sendiri. Penyerahan Allah menandakan keadaan sosial yang menyangkut ketritunggalan.Doktirn
ketritunggalan merupakan kebebasan manusia dari belenggu kemiskinan.Pemahaman doktrin
ketritunggalan bukan merupakan teologia yang abstrak melainkan suatu yang digunakan dasar
pembebasan misi pembebasan gereja dalam masyarakat modern saat ini.
Pembebasan itu dimulai saat
ini menuju masa depan. Eskatologi berbicara tentang Kristus yang akan nyata pada masa depan. Yesus
memberikan kepada eskatologi menyangkut pribadi dan sejarah Yesus yang memberikan ujian kepada
jiwa eskatologi.
Moltmann menitikberatkan teologi harapan isi alkitab dengan konsep harapan
eklesiologi.Moltman menemukan dalam alkitab tentang harapan masa depan dengan harapan yang
dijanjikan. Teologi harapan dapat dibagi dua yakni harapan dan janji. Harapan dan janji merupakan
pergerakan mennati masa depan dengan bertumpu pada kebangkitan Kristus.
Pengharapan kristiani
bukan hanya berbicara tentang masa depan namun memosisikannya sebagai kekuatan sebisa mungkin
dalam menata masa depan. Teologi kekristenan berbicara tentang Yesus Kristus dan masa depan itu
sendiri.Jika iman didasarkan pada harapan yang diasumsikan sebagai dosa ketidakpercayaan
didasarkan pada keputusasaan.
Eskatologi merupakan janji yang dideklarasikan dalam realitas sejarah seperti janji pembebasan
yang dilakukan Tuhan dalam perjanjian lama.Kunci masa depan oleh Moltmann digambarkan dalam
Harun Hadiwiyono, 105.
Tony Lane, 240
David L Smith, Op. Cit, 136
parousia. Parousia digambarkan sebagai janji kedatangan Yesus Kristus.Janji tentang kebangkitan
sudah dinyatakan secara penuh sebagai kebenaran. Misi mesianis dan misi kreatif Roh Kudus dalam
menuntun manusia kearah masa depan.Teologi pengharapan yang diperkenalkan oleh Pannenberg lebih
kepada realitas Allah dan pengakuan dari realitas dalam filsafat dan dogmatika.Pengalaman sejarah,
tradisi, dan kritik eksegesis bersama dengan filsafat dan refleksi teologi dalam implikasi pengalaman
yang didiskusikan tentang realitas Allah.
Allah hadir dalam sejarah yang berjanji tentang masa depan dalam sejarah yang tertulis dalam
alkitab. Peletakan Allah yang berkarya dalam sejarah merupakan solusi bagi teologi
fundamental.Pendekatan kita dengan relasi setiap orang dengan Yesus sejarah dilakukan dengan
pendekatan sejarah perjanjian lama.Moltmann dan Pannenberg melihat iman Kristen merupakan
sebuah eskatologi yang merupakan masa depan. Kerajaan Allah dimengerti sebagai eskatologi yang
dibawa oleh Allah sendiri.Yesus yang datang kedalam dunia dimengerti sebagai realitas kerajaan Allah
yang datang kedalam dunia.Dia ada di masa lalu dan suat waktu akan datang di masa yang akan datang.
ANALISIS
A. TINJAUAN ALKITABIAH
Penderitaan adalah merupakan eskatologi yang signifikan dalam masalah transendensi dan
imanensi.Sejarah dunia diangkat dalam sejarah dalam keilahian Allah yang bergantung dalam
sejarah dunia.Tuhan yang benar-benar hadir dalam sejarah dunia. Moltmann mengungkapkan
bahwa pengharapan Kristen bukan hal yang abstrak tetapi penderitaan membawa pada masa depan
yang terjadi pada Kristus yang diperkenalkan dalam pemurnian yang merupakan tanda bahwa
sejarah telah berakhir tetapi kehidupan nyata manusia masih ada dan sejarah itu sendiri.
Moltmann mengingatkan kita tentang kedatangan Tuhan seperti pencuri (II Petrus 3:10-11).
Moltmann melihat masa depan sebagai teologia kalam dengan menunjukkan teologi dialektika.
Grenz, Stanley J. dan Roger E. Olson, Op.Cit, 175
Teologia pengharapan mengungkapkan tentang eskatologi atau kebangkitan atau penyempurnaan di
masa depan. Pada masa lampau Alkitab terus memberitakan pengharapan masa depan yang sedang
dimulai, hal itu dikisahkan dalam Kisah rasul 2:17, Ibrani 1:2, 1 Yohanes 2:18.Kerajaan Allah
dihantar oleh politk dan revolusi yang telah diproklamirkan oleh Yesus Kristus (Kis 28:30-
31).Masa akan datang bukan hanya kuantitas yang tidak diketahui bagi manusia. Menurut
Moltmann Allah ada pada masa datang didorong oleh waktu.
Eskatologi berpusat pada manusia, di mana manusia memandang pada masa depan bukan
manifestasi melainkan kebangunan utopia di dunia. Moltmann menegaskan bahwa Allah tidak
meletakkan dasar otoritarian yang digunakan dalam merealisasikan masa datang.Kerajaan Allah
dapat dimasuki melalui iman beriman kepadaNya dan kerajaan itu bukan revolusi (Rm 14:17).
Masa depan bukan saja kuantitas yang tidak diketahui bagi manusia tetapi merupakan kuantitas
yang diketahui Allah. Kristus sebagai duta Allah telah melaksanakan tugas pengungkapan Allah
dalam kematian dan kebangkitan di kayu salib. Kebangkitan orang mati merupakan harapan masa
depan seperti yang diberitakan murid Yesus. Kedatangan Tuhan Yesus yang dikenal dengan
Parousia Kristus merupakan penyataan yang terjadi pada Kristus yang diungkapkan dan masih
dinantikan. Harapan kristiani tentang masa depan, di mana Kristus akan datang belum diwujudkan
seperti janji Allah (Bnd. 2 Kor 1:20).
Kristus telah dimuliakan dan berjanji akan hadir dalam apostolat gerejaNya. Apostolat
menyangkut pemasyuran injil dengan firman dan sakramen serta orang yang memasyurkanNya
dalam persekutuan.Ia mengidentikkan diriNya dengan kata-kata: barangsiapa mendengarkan kamu,
ia mendengarkan Aku (Luk 10:16). Pemasyuran akan jani Allah seperti yang dilakukan Paulus yang
senantiasa memberitakan injil di mulut dan tubuhnya (2 Kor 4:10). Allah menurut teologi
Motlmann memberi contoh Allah yang ada di masa lalu dan sekarang.Pannenberg berbicara tentang
sejarah sebagai alat janji yang dinampakkan Allah dalam hidup manusia.Yesus sebagai janji
Richard Bauckhman, Op.Cit, 81-82
kedatangan di masa yang akan datang. Perjanjiannya kepada Israel dan Kristus yang ada di dalam
dunia adalah partisipasiNya dalam sejarah.
Sejarah dalam pengalaman nyata setiap orang dalam gambar Allah yang akan dinyatakan
pada kedatanganNya kedua kali. Metz lebih konsen melihat gambaran kedatanganNya.Mertz
melihat fakta kristus yang ada sebagai fakta sejarah tetapi bukan dari kualitas sejarah itu
sendiri.Sejarah yang nyata dalam kedatangan yang kedua kali yang juga dilihat dalam kepenuhan
Allah di dunia dalam diri Kristus.
Wolfhart Pannenberg melihat pernyataan dalam Kisah para rasul 4:12, tidak ada nama lain
selain Yesus yang olehNya kita diselamatkan.Pannenberg sesungguhnya tidak konsisten dengan
eksistensi Yesus di masa lalu tetapi masa depanNya. Yesus Keluar dari masa depan kepada masa
sekarang dan lalu. Kristologi Metz lebih tradisional, di mana inkarnasi merupakan kisah objektif
sejarah di mana Tuhan menjadi hal terpenting dalam sejarah.
Pannenberg mengungkapkan bahwa kebangkitan Kristus kunci dari pemahaman
sejarah.Tidak seperti Moltman, Pannenberg melihat bahwa pergumulan iman Kristen dengan
peristiwa sejarah kebangkitan Kristus.Teologi pengharapan mengadopsi pandangan bahwa dosa
lebih dari kekristenan tradisional dan menyerang teologi liberal tentang harapan masa depan.
Moltmann melihat keristenan dengan mengidentifikasi bahwa masyarakat menggunakan masa
depan sebagai motivasi dalam penantian yang ada ditangan Allah.Untuk Metz, keselamatan
merupakan bagian proses sejarah yang terjadi sekarang.
Gereja merupakan agen perubahan dalam dunia, iman Kristen merupakan praksis dalam
sejarah masyarakat yang dimengerti sebagai harapan dan solidaritas Allah dalam Yesus sebagai
Allah tinggal dan mati bagi manusia.Keselamatan menurut Metz lebih dari apa yang dilakukan dan
sesuatu tentang Yesus lebih dari iman kepadaNya.Kristus hadir pada orang-orang yang miskin dan
hina (Mat 25:31-46). Gereja menantikan kerajaan sebagai masa depan segala mahkluk. Gereja
harus mengartikan misinya dalam dunia untuk melakukan pembaruan dan mengalami proses dalam
bidang ekonomi, politik dan kebudayaan. Gereja merupakan umat yang sedang bepergian (Ibr
13:13,14). Gereja memasukkan masyarakat kedalam perspektif eskatologis.Masyarakat yang
menciptakan kedamaian, kebenaran dan kemasyarakatan yang terus-menerus keluar menuju masa
depan. Teologi harapan ini cenderung menuju revolusi hidup yang membawa kita terus menerus
dibarui.
Kenyataan masa kini tidak mempunyai kemungkinan yang imanen untuk
mentransedensikan kecenderungan yang mengarah pada ketiadaan.Allah menciptakan masa depan
yang baru secara kualitatif, namun dalam kesetianNya pada ciptaan yang lama, Ia membawanya ke
dalam yang baru. Moltmann mengatakan bahwa pengharapan akan kebangkitanlah yang
memungkinkan untuk mengasihi kenyataan yang berada di bawah kuasa kematian. Terang itu telah
datang kedalam dunia tetapi manusia lebih menyukai kegelapan sebab perbuatan-perbuatan mereka
jahat (Yoh 3:19).Tidak ada seorangpun yang mengaku Yesus itu Tuhan selain oleh Roh Kudus (1
Kor 12:3).
Kemuliaan tidak diletakkan di atas kepada kepala orang-orang yang berkuasa.Bagi orang-
orang percaya, Kristus disalib dibuat menjadi kebenaran Allah dan bagi mereka kekuasaan politis
kehilangan keabsahan agamawinya.Barangsiapa yang berseru kepada Allah dalam penderitaan
mengumandangkan teriakan kematian dari Kristus, Anak Allah yang sedang menderita.Allah yang
disalibkan adalah tentang kasih kasih yang mengosongkan dirinya dalam solidaritas dengan yang
lain. Salib adalah peristiwa dari kasihNya yang mau menderita dan benar-benar hidup.Eskatologis
dari teologi pengharapan adalah melayani untuk membuka gereja terhadap sejarah, dunia dan masa
depan dalam terang Kristus.
B. DAMPAKNYA BAGI JEMAAT
Munculnya ajaran ajaran yang tidak sesuai dengan prinsip dasar Alkitab (kebenaran-
kebenaran Alkitab) mesti disikapi dengan serius agar warga jemaat tidak terombang-ambing
dengan berbagai pengajaran yang membingungkan, bahkan ada yang mempersoalkan jantung
kebenaran Alkitab yakni pendamaian lewat Salib yang bermuara pada kebangkitan. Misi Yesus
sangat efektif karena dicirikan oleh perkataan (pemberitaan) dan sekaligus perbuatan (kesaksian),
dan yang satu menjelaskan yang lain. Masalah terbesar Gereja dewasa ini adalah bahwa
kesaksiannya (cara hidupnya, gaya hidupnya) tidak selaras dengan ajarannya; tidak selalu
melakukan apa yang diajarkannya. Kesaksian dan pewartaan tidak saling berhubungan. Kita
menghadapi krisis keteladanan: keteladanan pelayan terhadap warga jemaat dan masyarakat, yang
pada gilirannya pula krisis keteladanan gereja dan jemaat terhadap sekitarnyaakibatnya, misi kita
tidak efektif.
Gereja-gereja di Indonesia harus senantiasa hidup dalam realisme yang berpengharapan”,
begitu pesan almarhum T.B. Simatupang.Dengan realisme, kita sebagai gereja Tuhan diajak oleh
Tuhan “bertolak ke tempat yang dalam” (Lukas 5:4) untuk mendalami realitas kehidupan kita dan
menemukan diri kita, kekuatan dan kelemahan, dengan segala cidera dan berkat yang ada pada
kita.Tetapi kita tidak berhenti di situ.Kita hidup dalam pengharapan. Kita adalah bagian dari kawan
sekerja Allah membangun masa depan yang lebih baik. Karena itu kita terus bertanya kepada
Tuhan, Kalau begitu, apakah yang harus kami perbuat(Kis. 2:37).
Menegaskan identitas kita sebagai gereja, baik identitas teologis maupun etis, untuk
kemudian menjalani komitmen hidup seperti itu.Itu berarti sebuah panggilan untuk hadir sesuai
dengan identitas eklesiologis yang diberikan kepada kita oleh Tuhan sendiri.Allah diutus ke dalam
dunia untuk dunia, berada di dalam dunia, tetapi bukan dari dunia.Setiap kegiatan gereja merupakan
tanda kehidupan baru itu, baik bila jemaat berkumpul, maupun bila menyebar untuk melayani dan
bersaksi di tengah-tengah dunia.Jemaat adalah arak-arakan yang dinamis dan terbuka serta
mengundang semua orang melalui kesaksian hidup, pelayanan dan pemberitaannya untuk ikut
dalam arak-arakan ini menuju kepenuhan hidup di dalam Kerajaan Allah.Di dalamnya ada
pengakuan iman bahwa arak-arakan ini senantiasa dibina dan dipelihara oleh Roh Kudus dan
Firman Allah di dalam seluruh kehidupan dan segala kegiatannya di tengah-tengah dunia.
Melalui pembenahan kualitas penatalayanan yang ada, sarana-sarana kesaksian tersebut
yang selama ini menjadi alat kesaksian berkembang menjadi wujud kesaksian itu sendiri, sehingga
sarana-sarana tersebut mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi dalam kehidupan sosial,
politik, dan ekonomi. Mandat alkitabiah agar gereja jangan menjadi serupa dengan dunia (Roma
12:2) menjadi tanda awas bagi kita untuk terus menilai diri, sudah seberapa berarti (significant)
kehadiran kita di tengah masyarakat.Agar mendapat tempatnya yang benar, yaitu sebagai elemen
kemajemukan yang menghidupkan dan memperkaya kesatuan.Suatu pengakuan bahwa
ketertutupan dan perpecahan adalah pengingkaran terhadap Yesus Kristus sebagai satu-satunya
dasar keesaan gereja.
Dalam relasi itu, terdapat suatu dinamisme yang merangkum banyak hal yang ikut berperan
dalam relasi yakni: karya Allah dan usaha manusia, sarana komunikasi, sikap dan aktifitas secara
sadar maupun tidak sadar. Di situ, keutamaan hidup teologal yakni iman, pengharapan dan kasih
dipahami sebagai komunikasi pribadi manusia dengan Tuhan.Dengan anugerah iman, manusia
dimampukan untuk mengenal rencana Allah, percaya pada sabda Allah, dan menyerahkan hidupnya
pada Allah sebagai andalan hidupnya.Melalui anugerah harapan, manusia merindukan Allah
sebagai tujuan hidupnya.Harapan menjadi sarana yang memampukan manusia mengatasi segala
hambatan, cobaan, dan kesulitan yang dijumpainya dalam perjalanan menuju Allah. Dengan
anugerah kasih, manusia menerima Allah sebagai kasih (1Yoh 4:8,16). Tanggapan atas Allah yang
adalah kasih itu memampukan manusia mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri dan
pelayanan kepada sesama.
Pengharapan dijelaskan dalam kisah para rasul 24:15, Aku menaruh pengharapan kepada
Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang
benar maupun orang-orang yang tidak benar.Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada
kasih karunia ini (Rm 5:2). Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam
pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.Pengharapan akan kepenuhan juga menjadi harapan
seluruh umat bahwa pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti
kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam
penghiburan kami (II Kor 1:7).
Efesus 1:18menjelaskan bahwa supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti
pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang
ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus. oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga
(Kol 1:5). Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu
Injil.Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan
Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? (I Tes 2:19). Titus
3:7menjelaskan supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima
hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing
menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti,
sampai pada akhirnya (Ibr 6:11).
Pujian kepada Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar
telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu
hidup yang penuh pengharapan (I Ptr 1:3). Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya,
menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (I Yoh 3:3).Topanglah aku sesuai dengan janji-Mu,
supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku (Maz 119:116).
KESIMPULAN
Teologi Moltmann membuka struktur-struktur hermeneutik untuk menghubungkan alkitab dengan
dunia modern.Teologi pengharapan adalah benar-benar keliru untuk gerakan untuk
sistem yangmenghasilkan tidak ada harapan sama sekali. Pada besar dapat disebut angan-angan untuk
sementara iman Kristen ortodoks dibangun pada kepastian sejarahkehidupan, kematian, dan
kebangkitan Yesus Kristus. Teologi harapan tidak adayakin atau yang kuat untuk membangun. Masa
depan harus dibangun pada fakta-fakta historis yang kuat di masa lalu bukan berharap untuk apa yang
mungkin.Pusat teologi Moltmann adalah perhatian konkrit terhadap hal kristologis dan eskatologis.
Teologi hanya terbuka kalau dia terbuka dihadapan Allah dan sudah dibuka oleh Allah kepada
dunia.Situasi yang benar menurut Moltmann adalah jika teologi mau didialogkan dengan
Allah.Moltmann membandingkan pergumulan Yakub di sungai Yabok.Teologi kita seharusnya
dibangun dalam terus-menerus mencari konsep, citra dan symbol dari kita.Doa yang ditulis Motlmann
adalah dengan ekspresi trinitas, eskatologis, yang berorientasi baik dalam praksis maupun pada
doxologi kepada perkembangan yang akan terjadi. Teologi Moltmann membuka relevansi bagi dunia
modern yang diperoleh tidak hanya tanpa menyerahkan keistimewaan-keistimewaan yang sentral dari
iman alkitabiah.Iman historis Kristen diperoleh secara positif dengan dealktis dan eskatologis.Teologi
Moltmann terbuka terhadap dunia dan tidak berada dalam ketegangan dengan pusat
Kristologis.Moltmann tidak melakukan akomodasi terhadap nilai-nilai konservatif, liberal, ataupun
radikal tetapi mempunyai sisi yang kritis dan solidaritas yang konstan dengan anggota masyarakat yang
tersisih. Penambahan akan eklesiologi trinitas akhir-akhir ini sudah merupakan penyelesaian
eskatologis oleh struktur teologis dalam gereja.
A. SIKAP
Gereja harus selalu memiliki hubungkan dengan orang lain sebagai hamba Kristus untuk
menyatakanpengharapan masa depan.Teologi sukacita danGereja dalamkuasa Roh. Dealektika
penderitaan dan sukacita sertaAllah yang disalibkan.Teologi pengharapan merupakan
interpretasi atas salib Yesus.Mengingatkan kita penyataan Allah dalam sejarah,kepenuhan akan
janjiNya dankepastian sejarah dan janji.
Seorang Kristen mempunyai cara hidup, gaya hidup, sikap hidup (etika Kristen)
berdasarkan pandangan hidup Kristen. Kasih, yang menjadi prinsip etika Kristen di dasarkan
pada sebuah pandangan hidup (kebenaran), sumber pemaknaan dari tindakan kasih itu. Dengan
demikian, spiritualitas menunjuk pada kesatuan gaya hidup dengan pandangan hidup yang
mendasarinya yang keluar dari hati. Gaya hidup yang bermakna karena gaya hidup itu
berdasarkan atau berakarkan pada sebuah sumber pemaknaan hidup yaitu Allah sendiri di dalam
Yesus Kristus. Max L. Stackhouse, seorang etikus kenamaan mengatakan bahwa agar sebuah
tindakan (gaya hidup) itu bermakna maka etika itu mesti sekaligus menyangkut hal-hal yang
penting di dalam soal-soal praktis dan secara jelas berakar pada pemahaman tertentu mengenai
“kenyataan yang ada di balik semua kenyataan” (yang kita sebut Allah). Karena itu, “makna”,
bagi Stackhouse adalah “apa yang dipercayai sebagai sesuatu yang bersifat harus (mengasihi)
dan yang sekaligus dipandang mulia untuk diperhatikan, untuk menuntut kesetiaan dan ketaatan
kita (kebenaran) yang muncul dari dalam hati”.
Gaya hidup mengasihi itu adalah substansi iman Kristen.Gaya hidup mengasihi itu
sungguh mulia adanya karena ia berasal dari Allah di dalam Yesus Kristus (kebenaran), tidak
hanya dibenarkan dengan pikiran (akal) tetapi juga dengan hati dan dengan segenap jiwa (Mat
22:37-39). Bahwa kemuliaan atau kebenaran bagi seorang Kristen adalah dalam gaya hidupnya
yang mengasihi. Karena ia keluar dari dalam hati, jiwa dan akal, maka gaya hidup yang seperti
itu dinikmati, bukan beban.
B. RESPON
Apokaliptik menjelaskan sifat masa depan temporal injil paulus dan menunjukkan suatu
kejadian pada akhir zaman yang bersifat universal kosmis dan menentukan. sedangkan
eskatologi menjadi istilah untuk yang akhir. Dibandingkan dengan apokaliptik yahudi pada
waktu itu pengharapan Paulus terhadap intervensi Allah yang segera datang kedalam sejarah
umat manusia itu diperkuat.Jadi keristenan kita didalam dunia ini mencakup ketegangan yang
tidak terelakkan yang berubah-ubah antara sukacita dan siksaan.paulus hanya tahu bahwa
zaman antara kebangkitan kristus dan parusia adalah waktu yang diberikan kepadanya sebagai
rasul bagi bangsa-bangsa bukan yahudi.
Dimensi-dimensi kosmik dari misi Kristen ini dikembangkan khususnya didalam
suratnya kepada jemaat di roma, keselamatan untuk semua mungkin kunci dari seluruh surat
tersebut. Misi berarti pemberitaan tentang kedudukan Kristus sebagai Tuhan atas segala realitas
dan undangan untuk tunduk kepadanya.makna pelayanan paulus adalah memberitakan kristus
sebagai Tuhan. Dalam pemikiran paulus gereja dan dunia dipersatukan dalam suatu ikatan
solidaritas.Didalam Kristus Allah mendamaikan dirinya sendiri dengan zaman.Sehubungan
dengan soal eskatologis, gereja oleh Paulus adalah eskatologis sementara.Kebenaran Allah
harus ditafsirkan sebagaipemberian kepada paguyuban komonitas bukan individu.Orang Kristen
adalah paguyuban yang kudus; orang kudus, kaum perpilih, kaum yang terpanggil.Keesaan
tubuh Kristus sangat dijujung oleh Paulus, dengan prinsip teologisnya,sekali orang dibaptis
dalam Kristus.Kita mengenakan Kristus, tidak mungkin lagi ada pemisahan antara Yahudi dan
non-Yahudi, budak dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, tetapi telah satu di dalam
Kristus Yesus.
DAFTAR PUSTAKA
Bauckhman, Richard. 1993. Teologi Mesianis. Jakarta: BPk Gunung Mulia
Conn, Harvie M. 1985. Teologia Semesta Kontemporer. Malang: Gandum Mas
Hadiwijono, Harun. 2000. Teologi Reformatoris abad Ke 20. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Lane, Tony. 1990. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Olson, Roger E, Grenz, Stanley J. dan. ed. 1992.Twentieth Century Theology. Downers Grove:
InterVarsity Press.
Smith, David L. 2000. Handbook Contemporary Theology. Grand Rapids: Bridgepoint Books
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas, Jurgen Moltmann, download tanggal 8 November
2011, tersedia di id.wikipedia.org/wiki/Jürgen_Moltmann
Lampiran
Nama Lengkap : Ezra Tari
Alamat : Jl. Untung Surapati, Gang Kincir RT 11, Rw 5, Kupang Nusa Tenggara Timur
Gelar Akademik : M.Th
Almamater : STT Jaffray Makassar
Jabatan Terakhir : Dosen
Bidang Pelayanan dan Minat : Koloqium Perjanjian Baru