Bagaimana Reaksi KERAJAAN Aceh dengan dikuasainya selat Malaka oleh Portugis

Kesultanan Aceh semakin berkembang dan menjadi pusat perdagangan setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Hal itu karena para pedagang Muslim banyak yang memindahkan kegiatan perdagangannya ke Aceh. Para pedagang Islam yang semula berdatangan ke Malaka, tidak ingin berhubungan dengan pedagang Portugis. Kapal-kapal pedagang muslim yang sebelumnya biasa lewat di Selat Malaka berpindah dan singgah ke pelabuhan Aceh. Kesultanan Aceh dikenal sebagai salah satu kesultanan yang cukup maju karena didukung beberapa faktor antara lain seperti tata pemerintahan yang rapi, militer yang kuat, dan hubungan yang baik dengan negara-negara lain.

tirto.id - Sejarah perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis sudah terjadi sejak abad ke-14 Masehi. Kronologi awalnya, kala itu Aceh menjadi tujuan perdagangan ketika Portugis menguasai Malaka pada 1511 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque.

Portugis merupakan salah satu bangsa Eropa, selain Spanyol, pertama yang melakukan penjelajahan samudera dengan misi 3G, yakni Gold (kekayaan), Glory (kejayaan), dan Gospel (penyebaran agama).

Di wilayah-wilayah yang dikunjunginya, termasuk Malaka dan Aceh, Portugis berniat melakukan penaklukkan dan menguasai perdagangan rempah-rempah yang merupakan komoditas mahal di Eropa.

Bumi Serambi Mekkah yang kala itu merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam memiliki bandar perdagangan yang ramai, bahkan bersaing dengan Malaka.

Portugis menganggap Kesultanan Aceh Darussalam sebagai ancaman terhadap posisi mereka di Malaka. Maka, pada 1523 Portugis menyerang Aceh. Dikutip dari buku Perlawanan Tokoh-tokoh Masyarakat Aceh Terhadap Rezim Kolonial Belanda (2002), serangan tersebut dapat dipatahkan.

Baca juga:

  • Sejarah Hidup Sultan Iskandar Muda: Raja Terbesar Kesultanan Aceh
  • Sejarah Kerajaan Aceh: Sebab Runtuhnya Kesultanan & Silsilah Raja
  • Kesultanan Aceh Darussalam: Sejarah Masa Kejayaan dan Peninggalan

Penyebab Perlawanan Aceh Terhadap Portugis

Selama bertahun-tahun lamanya, Portugis menjadi musuh Kesultanan Aceh Darussalam yang saat itu dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Penyebab terjadinya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis adalah sebagai berikut:

  • Ambisi Portugis yang ingin memonopoli perdagangan di wilayah Aceh.
  • Portugis melarang orang-orang Aceh berlayar untuk berdagang melewati Laut Merah.
  • Penangkapan kapal-kapal Aceh oleh Portugis.

Portugis memburu kapal-kapak dagang Aceh di Laut Merah pada 1524-1525. Beberapa kapal Aceh tersebut ditangkap Portugis dan semakin memicu kemarahan rakyat Aceh.

Sebagai upaya pertahanan diri kapal-kapal dagang Aceh, dikutip dari buku Sejarah Indonesia Kelas XI (2014), berikut ini langkah-langkah yang dilakukan:

  1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan seperti meriam dan menempatkan prajurit untuk pengawalan.
  2. Mendatangkan bantuan persenjataan, tentara, dan tenaga-tenaga ahli dari Turki.
  3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut (India) dan Jepara.
.

Pada 1568, pasukan Kesultanan Aceh Darussalam menyerang Portugis di Malaka pada. Namun, serangan ini gagal lantaran kekutan militer Portugis lebih tangguh. Setahun kemudian, gantian Portugis menyerang Aceh namun dapat digagalkan pasukan Aceh.

Kesultanan Aceh Darussalam beserta rakyatnya terus melakukan perlawanan kepada Portugis yang memonopoli perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka.

Baca juga:

  • Sejarah Penyebab Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai
  • Sejarah Runtuhnya Kesultanan Malaka, Peninggalan, & Silsilah Raja
  • Kerajaan Malaka: Sejarah, Pendiri, Letak, & Masa Jaya Kesultanan

Kronologi Perlawanan di Era Sultan Iskandar Muda

Rakyat Aceh kembali menyerang Portugis pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Serangan di tahun 1629 itu mampu membuat Portugis di Malaka kewalahan.

Kesultanan Aceh Darussalam mempersiapkan armada laut yang memiliki kapasitas mengangkut prajurit sampai 800 orang.

Armada Kesultanan Aceh merapat di Sumatera Timur dan Sumatera Barat saat melakukan serangan ke Malaka. Kendati semua kekuatan telah dilancarkan, namun serangan ini belum mampu mengusir Portugis.

Baca juga:

  • Arti Gold, Glory, Gospel (3G): Sejarah, Latar Belakang, & Tujuan
  • Sejarah Kedatangan Bangsa Spanyol dan Portugis ke Indonesia
  • Sejarah Kesultanan Gowa Tallo & Masa Kejayaan Sultan Hasanuddin

Dikutip dari Modul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia Kelas XI (2020), Aceh tidak hanya melakukan serangan fisik. Sultan Iskandar Muda juga melakukan blokade perdagangan agar kekuatan Portugis di Malaka goyah karena ketiadaan barang yang bisa dibawa ke Eropa.

Hanya saja, rencana ini terkendala dengan adanya beberapa raja kecil yang tetap berdagang dengan Portugis. Mereka melakukan itu dengan diam-diam karena memerlukan uang.

Lantaran kebijakan blokade tidak berhasil sepenuhnya, maka Kesultanan Aceh Darussalam melakukan langkah-langkah lanjutan, yakni:

  • Aceh menjalin hubungan dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India).
  • Aceh memperoleh bantuan yaitu kapal, prajurit, dan makanan dari komunitas muslim di Jawa.
  • Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi persenjataan yang memadai dan prajurit tangguh.
  • Meningkatkan kerja sama dengan Kesultanan Demak di Jawa dan Kesultanan Gowa di Makassar.

Sebenarnya tidak ada pemenang dalam pertikaian antara Aceh kontra Portugis. Pada 1641, kekuasaan Portugis di Malaka melemah seiring kehadiran VOC dari Belanda yang kemudian merebut wilayah itu.

Baca juga:

  • Apa itu Pengertian VOC, Sejarah Kapan Didirikan, dan Tujuannya?
  • Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC
  • Sejarah Hidup Sultan Nuku dan Kekalahan VOC di Perang Tidore

Baca juga artikel terkait KESULTANAN ACEH DARUSSALAM atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/isw)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates


 

Reaksi kerajaan kerajaan Islam terhadap kedatangan Portugis dan Spanyol di Nusantara

Reaksi kerajaan-kerajaan Islam terhadap kedatangan Portugis dan Spanyol di Nusantara adalah pada awalnya menyambut dengan baik dan dianggap sama seperti pedagang negara lain, namun pada akhirnya melawan karena keserakahan dan kesewenang-wenangan mereka.Sebelum bangsa Eropa datang, Indonesia, terutama kepulauan Maluku, telah terkenal sebagai penghasil rempah-rempah di kalangan pedagang internasional seperti Arab, Cina dan India.Bangsa Eropa yang pertama sampai di nusantara adalah bangsa Portugis, yang diikuti oleh bangsa Spanyol. Mereka datang ke nusantara untuk mencari rempah-rempah langsung ke sumbernya setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kesultanan Utsmaniyah, yang menyebabkan terhambatnya jalur perdagangan darat antara Asia dan Eropa. Pada awalnya, kerajaan-kerajaan di Indonesia, yang pada masa itu umumnya merupakan kerajaan-kerajaan Islam, menyambut Portugis dan Spanyol dengan baik, menganggap mereka adalah pedagang-pedagang biasa seperti halnya pedagang bangsa Arab, India, Cina, dan sebagainya yang memang telah lama berdagang di bumi nusantara.

Namun lama kelamaan, sifat asli Portugis dan Spanyol yang serakah mulai terlihat, di antaranya dengan usaha memonopoli perdagangan rempah-rempah dan usaha menguasai wilayah-wilayah yang mereka datangi, terutama bangsa Portugis. Akhirnya, terjadilah perlawanan di beberapa kerajaan Islam seperti Demak dan Ternate, yang berhasil mengusir Portugis dari Nusantara .

PROSES PERLAWANAN 

Sejak dikuasainya pasar perdagangan rempah-rempah terbesar di Asia tenggara yaitu Malaka tahun 1511, dikuasainya pusat rempah-rempah oleh Portugis yaitu Maluku tahun 1526 dan setelah perjanjian Saragosa antara Spanyol dan Portugis. Terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap portugis dan spanyol di wilayah Nusantara. Perlawanan terhadap Portugis diantaranya:

  1. Perlawanan kerajaan Aceh yang dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah dan dilanjutkan Sultan Iskandar Muda Perang tersebut disebabkan oleh persaingan antara kerajaan Aceh dengan Portugis dalam memperebutkan jalur perdagangan di selat Malaka. Usaha Aceh untuk menying kirkan Portugis dilakukan dengan cara melengkapi kapal dagangnya dengan prajurit dan persenjataan, menjalin kerjasama dengan kerajaan Demak, dan meminta bantuan persenjataan ke Turki, Inggris, Goa dan Gujarat. Dalam perang tersebut tidak ada yang menang dan yang kalah. Perang berakhir setelah jatuhnya pelabuhan Malaka ke tangan Belanda tahun 1641. sejak dikuasainya pasar perdagangan rempah-rempah terbesar di Asia tenggara yaitu Malaka tahun 1511, dikuasainya pusat rempah-rempah oleh Portugis yaitu Maluku tahun 1526 dan setelah perjanjian Saragosa antara Spanyol dan Portugis. Terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap portugis dan spanyol di wilayah Nusantara.
  2.  Perlawanan Kerajaan Demak, untuk menyingkirkan Portugis dari Malaka, Pangeran Sabrang Lor atau Dipati Unus menghimpun dan mengirimkan pasukan dari Jawa,Makasar,Lampung dan bekerjasama dengan kerajaan Aceh untuk merebut pelabuhan Malaka namun gagal karena kalah persenjataan bahkan Dipati Unus tertembak namun masih selamat sampai di Jawa. Untuk menghalangi kekuasaan Portugis atas Jawa yaitu Sultan Trenggono (pengganti Dipati Unus) memperluas kekuasaan ke Jawa Barat dan Jawa Timur.Tetapi Pasuruan dan Blambangan tidak berhasil ditaklukkan.
  3. Banten dan Mataram Menghadapi BelandaBanten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah pedagang-pedagang dari India ,Arab, dan Persia mulai menghindari Malaka yang pada tahun 1511 telah dikuasai Portugis orang-orang Belanda dicurigai ketiga datang untuk pertama kali pada tahun 1596. Akan tetapi setelah mereka menerangkan maksud kedatangannya mereka pun diterima dengan baik . Mangkubumi Banten yang juga memangku wali raja datang ke kapal dimana antara Mangkubumi dan Cornelis de Houtman dibuat suatu perjanjian persahabatan yang mengatakan bahwa Belanda boleh berdagang dengan bebas di Banten.Kompeni kemudian di beri tempat untuk menyimpan barang dagangan mereka dan tempat untuk berdagang.Suasana perdamaian ini berlangsung tidak lama,karena diantara orang-orang Eropa yang datang ke Banten timbul persaingan ,dan sikap orang-orang Eropa yang kasar menimbulkan hal-hal tidak di inginkan.Sikap yang kasar menyebabkan beberapa orang Belanda di tangkap diantaranya Houtman sendiri.Brang dagangan mereka di sita.Orang-orang Belanda yang berada dalam kapal mulai menembakke arah kota sehingga situasi semakin memburuk.Karena permusuhan itu Belanda tidak mendapat perolehan dari Banten.Sehingga mereka berlayar ke Sumatera Selatan.

    Persaingan antara Portugis dan Belanda dalam bidang perdagangan pada abad ke-17 membawa ke suatu arena perang kerajaan-kerajaan.Semuanya hendak mengambil rempah-rempah dari Banten.Eropa mengalami perubahan politik dengan bersatunya Portugis dengan Spanyol.Dengan perubahan ini Spanyol mempunyai kewajiban untuk melindungi kepentingan Portugis di mana-mana. Untuk tugas ini Raja Felipe III dari Spanyol menginstruksikan Andrea Furtado de Mendoa dengan suatu armada berangkat ke pantai utara jawa untuk memblokade Banten untuk menghalang-halangi kapal Belanda menghubungi kantor dagang mereka.Armada belanda yang di pimpin oleh Walpert Harmansz menyerang armada Spanyol dan mengakibatkan kerusakan kecil.Hal ini menguntungkan Belanda yang akhirnya dapat memuat rempah-rempah dan lada dari pelabuhan Banten.Tahun 1602 Belanda berhasil mengusir Portugis dan Spanyol yang berada dalam satu raja.Pada tahun 1602 Inggris mulai memperhatikan perdagangan ke pulau rempah-rempah.Suatu badan perdagangan Inggris utusan dari Kapten James Lancaster datang ke Banten dengan membawa hadiah-hadiah dari Ratu Inggris.Mereka pun di terima dengan baik oleh Banten dan di beri izin untuk mendirikan kantor dagang. Pada tahun 1603 orang Belanda telah mendirikan Kantor dagang pertama di seluruh kepulauan indonesia.yang menjadi kepalanya  Francois Wittert.VOC membuat kontrak dengan perundingan dengan Pangeran Jakarta yang berdiri di pihak lawan Raja Banten. Pada tahun 1603 Voc memutuskan untuk mengangkat Jan Pieterszoon Coen sebagai kepala tata buku yang mempunyai wewenang atas kantor perdagangan Banten dan Jakarta. Peran yang di mainkan Jan Pieterszoon Coen adalah membuat Banten dan Jakarta saling curiga. Apabila  Mangkubumi Banten berniat untuk memecat Pangeran Jakarta dan menempatkan kedudukan Jakarta di bawah Banten. Mangkubumi menganggap bahwa Pangeran Jakarta terlalu memberi hati kepada orang Eropa. Persaingan kepentingan pertempuran pasti akan terjadi antara Belanda dan Inggris. Pada tahun 1618 kompeni terpaksa harus mengambil bantuan dari Maluku. Pangeran Jakarta yang melihat keadaan kompeni memburuk,tidak tinggal diam. Ia mendekati Inggris yang telah mendirikan benteng untuk menyerang benten Belanda. Antara Belanda dan Inggris terjadi pertempuran laut yang dahsyat. Sementara itu,keadaan lemah dan mereka terpaksa mengibarkan bendera perdamaian sampai kedatangan Coen dari Maluku. Ini terjadi pada tanggal 28 Mei 1619. Sejak itu Coen memutuskan untuk membangun benteng kompeni di daerah Jakarta akan terjadi tempat pertemuan kapal-kapal kompeni yang berlayar di kepulauan indonesia.Kedatangan Coen di  Maluku ternyata menjadi malapetaka bagi penduduk Jakarta karena kota Jakarta mereka di musnahkan sama sekali. Berita mengenai pemusnahan kota Jakarta menjadi ancaman bagi benteng kompeni di Banten dengan cepat terdengar di Banten. Setelah kompeni mengadakan pameran kekuatan terhadap Jakarta ini tuntutan di kirim ke Banten untuk melepaskan semua tawanan Belanda. Sambil mengajukan tuntutan ini Coen mengancam akan menyerang Banten dalam waktu 24 jam. Kompeni dan Banten menjadi agak tenang selama 30 tahun. Namun berubah ketika Sultan Banten Tua meninggal pada 1651. Penggantinya adalah cucunya yang terkenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Tetapi ia sangat memusuhi kompeni yang menghalang-halangi perkembangan perdagangan Banten. Ia adalah orang yang taat pada islam. Dan berhasil mengembangkan perdagangan Banten dan membuat VOC merasa rugi.Tahun 1656 kapal kompeni da rampas oleh orang-orang Banten,dan di lakukan pula perusakan-perusakan terhadap perkebunan tebu kompeni. Bahkan sultan menolak menerima utusan Belanda merasa tidak aman di Banten,sehingga mereka meninggalkan secara diam-diam.Perdagangan Banten mulai berkembang pesat dengan Persia,Surat,Mekah,Koromandel ,Benggala dan Siam,Tonkin dan Cina. Bantuan di beri orang-orang Denmark dan Inggris dalam perdagangan Banten. Keadaan  Banten di bawah Sultan Ageng Tirtayasa berkembang dengan lebih baik sehingga menjadi ancaman Batavia. Orang Eropa yang datang ke untuk membeli rempah-rempah banyak mempunyai kantor dagang di Banten. Penyerbuan pasukan  Mataram ke kantor  VOC terjad pada tanggal 18 agustus 1618. Alasnya adalah perampokan yang di lakukan kapal-kapal Belanda terhadap jung-jung jepara. Dan karena sikap Balthasar Van Eynthoven yang tidak baik. Tetapi alasan yang sangat jelas adalah janji-janji yang sudah berlangsung empat tahun yang tidak ditepati terhadap Mataram. Penyerbuan ini dari pihak Mataram jatuh beberapa korban,tiga orang terbunuh,beberapa luka-luka,dan sisanya di jadikan tawanan.Sultan Agung mensinyalir adanya bahaya dari kantor dagang di Jepara karena terdengar  bahawa kantor dagang yang ada itu juga dapat membahayakan kerajaanya.21 September 1628 tentara Mataram menyerang benteng Hollandia. Mereka mencoba menaiki benteng tersebut dengan tangga. Akan tetapi, orang Belanda mengetahui tujuan pasukan Mataram. Sehingga VOC mengubah sikap pertahanan menjadi penyerangan. Meskipun Mataram tidak berhasil merebut benteng Batavia dan menundukan Kompeni,Mereka tidak begitu saja menyerah. Tahun 1629 tentara Mataram berangkat lagi menuju Batavia dengan perlengkapan senjata api. Sebagian tentara Mataram mencoba mengusir ternak kompeni tetapi di cegah kompeni. Pada hari-hari berikutnya para prajurit Mataram maju ke Benteng VOC ,pada tanggal 21 September 1629 tembakan dimulai kepada VOC.VOC membiarkan penembakan benteng nhya sehingga bahan-bahan persediaan makanan habis. Dan Jon Pieterszoon tiba-tiba meninggal karena penyakit. Pemerintahan Mataram tahun 1641 mengadakan pemindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Barat di daerah Sumedang. Tindakan ini membuat VOC khawatir.Hubungan antara kompeni dan Mataram ,setelah tahun1642,tidak begitu baik karena tawanan-tawanan Belanda tidak di lepaskan oleh Mataram. Kompeni mencari jalan lain untuk memaksa Mataram mengembalikan para tawanan Belanda itu. Keadaan menjadi tegang ketika inggris menawarkan kepada kepada seorang utusan Mataram ke Mekah. Ini menjadi kesempatan untuk Belanda melepaskan tawananya bila sultan meminta kapal Belanda u ntuk membawa utusan ini. Kompeni mencegat kapal Inggris yang membawa utusan Mataram ,dan hadiah ke Mekah dan menahan dan di bawa ke Batavia. Peristiwa lain ketika VOC meras bahwa Jambi dan Palembang mengancam ke amanan VOC sehingga VOC mencegat armada Mataram yang terdiri 80 perahu yang sedang mengantar kembali Raja Palembang. Hubungan VOC dan Mataram hingga meninggalnya Sultan Agung pada 1645 tidak mengalami perbaikan
  4. Perlawanan Kerajaan Ternate, perlawanan mulai terjadi sejak tahun 1533 yang dipimpin Sultan Dajalo. Perang ini disebabkan oleh adanya monopoli perdagangan oleh Portugis, Portugis ikut campur tangan masalah intern kerajaan serta keserakahan dan kesombongan Portugis yang memandang rendah penduduk Ternate. Untuk itu Sultan Dajalo menyatukan rakyat Ternate, Tidore, dan Irian untuk bangkit melawan Portugis. Pasukan Ternate berhasil membakar benteng dan mendesak pasukan Portugis. Tetapi berkat bantuan pasukan Portugis dari Malaka yang dipimpin Antonio Galvano perlawanan dapat dipadamkan.
  5. Pada tahun 1565 perlawanan rakyat bangkit lagi, dipimpin Sultan Hairun, pasukan Portugis terdesak dan minta diadakan perjanjian damai di benteng New Victoria. S Hairun memenuhi permintaan Portugis namun secara licik Sultan Hairun dibunuh oleh kaki tangan Portugis di dalam benteng Meninggalnya  Sultan Hairun membuat marah rakyat Ternate perlawanan berkobar lagi dan lebih besar dipimpin Sultan Baabulah putra Sultan. Pada tahun 1574 benteng Portugis berhasil direbut dan tanggal 28 Desember 1577 Portugis terusir dari seluruh Maluku dan melarikan diri ke Timor-timur.


Selain dari pihak kerajaan, juga ada perlawanan rakyat terhadap Spanyol, yaitu:

Perlawanan Ratu Oki (Minahasa) melawan Spanyol. Perang ini terjadi tahun 1644 sampai 1683. Perang disebabkan oleh ketidaksenangan anak suku Tombatu terhadap usaha monopoli perdagangan beras yang dilakukan Spanyol dan kesengsaraan rakyat akibat ketamakan orang-orang Spanyol. Perang Spanyol dengan Minahasa dilakukan anak suku Tombatu (toundanow/Tansawang) di daerah Kali dan Batu Lesung atau sekitar danau Bulilin di bawah pimpinan Panglima Monde suami dari Ratu Oki sedangkan pihak Spanyol dibantu oleh Raja Loloda Mokoagouw II. Pecah perang pertama tahun 1643 di Tompaso yang mengakibatkan 40 tentara Spanyol tewas di kali dan Batu sedang pihak Minahasa panglima Monde beserta 9 tentara gugur.

Namun demikian pasukan Spanyol dapat dikejar dan berkat bantuan residen VOC, Herman Jansz Steynkuler berhasil diadakan kesepakatan damai pada 21 September 1694. Pada kesepakatan tersebut dinyatakan bahwa pasukan Minahasa menguasai Tompaso Baru, Rumoong bawah, dan Kawangkoan Bawah. sebelum akhirnya menjadi daerah otonom setingkat kecamatan di masa kekuasaan Belanda karena raja dijadikan pejabat pemerintahan Belanda.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA