Bagaimana perasaan dan rencana kalian setelah mengikuti materi ini

Ilustrasi Psikoterapi. ©iStock

JATENG | 29 Juli 2020 14:45 Reporter : Jevi Nugraha

Merdeka.com - Setiap orang membutuhkan bimbingan dari orang lain saat menjalani kehidupan sehari-hari. Terlebih bagi mereka yang masih duduk di bangku sekolah, bimbingan sangat diperlukan agar anak mampu tumbuh secara mandiri dan berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, banyak sekolah memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) untuk membina siswa-siswi agar dapat berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah Pasal 27 Ayat 1, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Melalui bimbingan ini para siswa diarahkan untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan membantu masalah-masalah yang dihadapi para siswa.

Sedangkan menurut Surat Keputusan Mendikbud No. 025/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, menyebutkan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal. Selain itu, bimbingan yang diberikan juga meliputi bimbingan sosial, belajar, karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Lantas, apa saja tujuan bimbingan konseling dan bagaimana cara menerapkannya? Simak ulasannya berikut ini yang telah dirangkum dari kanal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia berikut ini:

2 dari 4 halaman

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu usaha untuk membantu pelajar dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan masa depan. Pelayanan ini juga berfungsi untuk mengembangkan potensi bakat dan minat yang dimiliki peserta didik. Dengan begitu, peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal.

Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang memiliki arti menunjukkan ataupun membantu. Sementara itu, menurut istilahnya, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.

Sederhananya, bimbingan dapat dimaknai sebagai layanan bantuan dari orang yang ahli kepada individu atau kelompok dalam memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar, dalam menentukan rencana berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sedangkan konseling sendiri berasal dari bahasa latin consilium yang berarti menyerahkan atau menyampaikan. Secara umum, konseling dapat dimaknai sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (pembimbing/konselor) kepada individu yang mengalami masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

3 dari 4 halaman

©iStock

Bimbingan selalu berhubungan dengan sikap dan tindakan seorang individu. Sehingga bimbingan harus mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing. Adapun fungsi bimbingan konseling jika ditinjau dari sifatnya ialah sebagai berikut:

1. Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman ialah bimbingan dan konseling yang dapat menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan dalam rangka mengembangkan potensi siswa.

2. Fungsi Perbaikan

Fungsi perbaikan berperan untuk membantu individu dalam mengatasi dan memecahkan permasalahan yang dialami peserta didik. Selain itu, fungsi ini berfungsi untuk memperbaiki sikap dan tindakan yang dilakukan siswa saat melanggar norma-norma tertentu.

3. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi ini diberikan untuk membantu peserta didik dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Sehingga siswa bisa memelihara dan mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

4 dari 4 halaman

©iStock

Tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Dengan begitu, peserta didik bisa meraih kebahagiaan sebagai individu maupun makhluk sosial.

Adapun tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan (UUSPN) tahun 2003 (UU No. 20/2003), yaitu terwujudnya manusia Indonesia yang berbudi pekerti luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, serta rasa tanggung jawab ke masyarakat dan kebangsaan.

Sedangkan tujuan bimbingan konseling secara khusus meliputi aspek pribadi sosial, belajar, dan karir. Berikut ini beberapa tujuan bimbingan konseling ditinjau dari berbagai macam aspek:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan peserta didik di masa yang akan datang.

2. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.

3. Mengetahui hambatan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.

4. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh peserta didik seoptimal mungkin.

5. Memiliki kesadaran diri untuk menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.

6. Mampu melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.

7. Mampu mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka senangi.

(mdk/jen)

Lihat Foto

DOK. TANOTO FOUNDATION

Peran guru bimbingan konseling (BK) saat siswa belajar dari rumah perlu diperkuat. Banyak permasalahan siswa menuntut kehadiran guru BK, seperti membantu siswa agar tidak takut, cemas dan putus asa dalam menjalani PJJ selama pandemi covid-19 ini.

Oleh: Vevi Suryani | Kepala SMPN 21 Dumai, Riau

KOMPAS.com - Selama diberlakukan belajar dari rumah (BDR), bimbingan konseling sering kurang diperhatikan. Mayoritas sekolah dan guru lebih fokus pada capaian kompetensi dasar.

Padahal dalam implementasinya, banyak sekali permasalahan siswa menuntut kehadiran guru bimbingan konseling (BK). Guru BK perlu dilibatkan dalam proses BDR untuk alasan kuat. Sebagaimana kita pahami disiplin ilmu BK diperuntukkan bagi penyelesaian masalah siswa.

BDR yang diterapkan pada masa pendemi Covid-19 ini cenderung berpotensi memberikan masalah lebih banyak dari pada sebelumnya terutama bagi beberapa daerah yang belum melek IT dan ekonomi menengah ke bawah.

Dalam hal inilah dibutuhkan kepiawaian guru BK untuk membantu menemukan solusi dari masalah yang muncul.

Upaya ini termasuk dengan melakukan proses konseling karena kesadaran penuh bahwa BDR atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak membuat masalah ikut jauh.

Baca juga: PSBB Jakarta, Ini Tugas Kepala Sekolah agar BDR Bermakna dan Menyenangkan

Persoalan lain muncul adalah penurunan nilai karakter tiap siswa. Hal ini jelas terlihat dari cara komunikasi ke gurunya dan kesediaan siswa menaati perintah saat diberikan materi ajar, tugas, dan laporan orang tua tentang sikap anak selama di rumah.

Peran guru BK tidak bisa serta merta digantikan oleh guru mata pelajaran. Selain persoalan disiplin ilmu yang dikuasai, guru mata pelajaran juga memiliki berbagai kesibukan yang tidak memungkinkan untuk fokus pada masalah siswa.

Guru BK sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter yang menjadi sebab langsung atau tidak langsung akan rendahnya capaian hasil belajar siswa.

Guru BK memberikan penguatan serta trik kepada siswa supaya siswa tidak takut, cemas dan putus asa dalam menjalani PJJ selama pandemi Covid-19 ini.

Hari itu tampak seperti hari-hari biasanya sejak pandemi COVID-19 dimulai. Namun, sebetulnya, ada sesuatu yang berbeda. Seakan dikomando oleh dering bel sekolah, sekitar 1.300 anak dan remaja dari berbagai daerah di Indonesia serempak bergabung dengan sesi diskusi live di Facebook. Sesi ini membawa tema: menghadapi situasi baru akibat pandemi COVID-19.

Secara umum, perasaan yang paling menonjol di antara peserta adalah was-was, bingung, dan takut.

"Saya takut ketularan COVID-19,” kata Ani.

"Saya belakangan kurang semangat,” ujar Budi.

"Banyak teman-teman saya yang stres, gimana caranya membantu mereka?” tanya Nur.

Ungkapan perasaan di atas sudah tak asing lagi. Pandemi menyebabkan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan merasakan hal yang sama: stagnansi, kekosongan, menurunnya semangat, dan hilangnya tujuan hidup. Semua ini masih ditambah pula dengan rasa duka dan takut, khususnya bagi mereka yang secara langsung menyaksikan sakit dan kepergian orang-orang tercinta.

Bagi anak dan remaja, pandemi menyebabkan sekolah ditutup, kehidupan sosial terhenti, dan mobilitas mereka dibatasi oleh dinding-dinding rumah. Rutinitas dan jadwal keseharian yang telah dibangun, runtuh dalam seketika. Stres yang dirasakan orang tua karena harus mengasuh anak 24 jam tanpa henti sekaligus menghadapi tantangan lain—masalah ekonomi, kehilangan pekerjaan, kualitas hidup yang menurun—turut dirasakan oleh anak, dan sebaliknya.

Skala perubahan pada saat ini, serta sifatnya yang begitu tiba-tiba, jauh melampaui kemampuan anak untuk memahami apa yang terjadi. Terlebih, menghadapinya.

“Banyak remaja harus berjuang melawan kesepian dan kecemasan,” kata Tanti Kostaman, UNICEF Child Protection Officer. “Mereka perlu tahu, perasaan negatif itu wajar dan ada cara untuk mengatasinya.”

Memahami realitas baru melalui sesi daring yang didukung UNICEF

Sesi Facebok di atas adalah bagian dari seri diskusi daring yang didukung oleh UNICEF dalam rangka membantu remaja menghadapi dunia baru yang penuh ketidakpastian ini. Sebagai program kerja sama antara UNICEF, Riliv (start-up sosial di bidang kesehatan mental), dan Muhammadiyah, program ini berfokus membantu remaja mengenali dan mengatasi gejala tekanan mental serta meminta bantuan jika membutuhkan.

Program tersebut pun tidak hanya mengadakan diskusi. Ada pula sesi meditasi, yang terbukti sangat disukai peserta, dan sesi tanya dan jawab terbatas.

Di dalam sesi terbatas, hadir sekitar 50 remaja. Inilah wadah bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya di tengah kelompok yang lebih kecil. Beberapa topik yang dibahas di dalam kesempatan di atas adalah cara menghadapi rasa takut saat berada di luar rumah, tips jika kecemasan terhadap pandemi memuncak, dan topik lain yang lebih sensitif: mulai dari menghindari melukai diri sendiri, menghadapi diskriminasi etnis, gender, dan seksual; dan kesehatan mental di komunitas.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA