Bagaimana penjelasan mengenai kebijakan harga negara haiti

Internasional

Bagaimana penjelasan mengenai kebijakan harga negara haiti

Foto: REUTERS/RALPH TEDY EROL

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang yang terjadi Rusia dan Ukraina telah menjadi membawa dampak negatif bagi perekonomian dunia, termasuk krisis di berbagai sektor.

Salah satu yang menjadi pukulan bagi sejumlah negara adalah terganggunya rantai pasok minyak dan gas bumi (migas) global yang berujung pada krisis bahan bakar.

Gangguan rantai pasok tersebut memang bukan menjadi satu-satunya faktor yang menyebabkan kelangkaan bahan bakar tersebut. Krisis ekonomi yang lebih luas hingga salah kelola pemerintahan yang telah terjadi jauh sebelumnya, menjadi faktor yang tidak bisa dikesampingkan.

Berikut adalah beberapa negara yang mengalami kelangkaan bahan bakar, dikutip dari berbagai sumber.

Sri Lanka

Sri Lanka menjadi negara yang bank mendapat sorotan baru-baru ini. Negara berpenduduk 22 juta jiwa ini baru saja mengalami kebangkrutan setelah mengalami krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya pada 1948.

Sebelum dinyatakan bankrupt, Sri Lanka bahkan sudah kekurangan uang untuk mengimpor komoditas penting untuk perekonomiannya, termasuk bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, cadangan minyak Sri Lanka terus menyusut hingga kurang dari satu hari.

Hal itu membuat pemerintah Sri Lanka menerapkan kebijakan pembatasan pembelian BBM. Semua kendaraan pribadi dilarang untuk membeli BBM karena cadangan yang tersedia diprioritaskan untuk sektor-sektor tertentu, misalnya ambulans di sektor kesehatan yang dianggap esensial.

Haiti

Haiti saat ini mengalami krisis bahan bakar dan energi yang cukup parah. Pasalnya, aktivitas geng di negara itu mulai mengganggu jalur distribusi bahan bakar di seluruh pelosok negeri.

Direktur Administrasi utilitas listrik publik negara itu (EDH), Jose Davilmar mengatakan gangster sudah mulai beberapa jalur jalanan dan pelabuhan. Terbaru, ada tiga kapal tak mampu berlabuh karena dihalangi oleh geng kriminal.

"Baru-baru ini, tiga kapal bermuatan bahan bakar tidak dapat berlabuh karena ada pembalasan oleh bandit di Cite Soleil," terangnya, dikutip AFP, Kamis (21/7/2022).

Hal ini pun mulai memicu keluhan masyarakat. Di wilayah Jeremie, sebuah kota pesisir di ujung barat daya Haiti, pompa bensin mengaku telah kehabisan bahan bakar selama berbulan-bulan.

Krisis ini pun mendorong penduduk beralih ke pasar gelap, di mana bensin dan solar tersedia dengan harga enam kali lipat dari tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.

Panama

Demonstrasi di Panama akibat harga bahan bakar dan makanan yang tinggi telah berlansung selama 3 minggu. Adapun, tingginya harga bahan bakar tersebut disebabkan oleh berkurangnya pasokan sebagai buntut dari korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara tersebut.

Pada pekan lalu, Presiden Panama Laurentino Cortizo mengumumkan bahwa dia akan menurunkan harga BBM hingga 24% dari harga pada akhir Juni. Namun, banyak demonstran yang menyatakan bahwa harga BBM tidak sepenuhnya turun dan mereka akan terus melakukan aksi penutupan jalan.

Ekuador

Nasib Ekuador hampir sama dengan Panama. Pasokan yang berkurang telah melambungkan haraga BBM.

Pemerintah menghabiskan sekitar US$ 3 miliar per tahun untuk memberikan harga bensin tetap senilai US$ 2,55 dan harga solar US$ 1,90 per galon.

Pada 26 Juni lalu, Presiden Guillermo Lasso mengusulkan pemotongan 10 sen dari masing-masing harga tersebut, tetapi Konfederasi Bangsa Pribumi Ekuador yang kuat, yang telah memimpin protes selama dua minggu, menolak rencana tersebut dan menuntut pengurangan 40 dan 45 sen.

Pemerintah pun setuju untuk memotong setiap harga sebesar 15 sen dan protes akhirnya mereda.

Argentina

Padal awal Juni lalu, setidaknya ada 19 provinsi di Argentina yang mengalami kelangkaan BBM, khususnya solar. Kelangkaan BBM itu pun membuat harga bahan bakar di negara itu meroket.

Tak hanya itu, krisis bahan bakar itu juga berisiko memperlambat roda perekonomian negara itu karena sejumlah industri terpantau kekurangan pasokan solar.

Kuba

Kurangngnya pasokan dan melambungnya harga bahan bakar telah berdampak pada upaya penyediaan listrik di negara tersebut.

Negara itu pun kini disibukkan oleh pemadaman listrik yang terus terjadi di seluruh penjuru negeri. Pemerintah belum dapat memastikan kapan aliran listrik akan kembali normal karena pasokan bahan bakar yang sangat terbatas membuat cadangan operasi pada sejumlah sistem kelistrikan kian menipis.

Nigeria

Antrean panjang di tempat pengisian bahan bakar telah menjadi pemandangan umum di Nigeria, terutama sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Perang tersebut telah menganggu pasokan bahan bakar ke negara itu. Kalaupun ada, harga sudah melambung tinggi, bahkan hingga 100%.

Kamerun

Seperti Nigeria, negara ini juga kewalahan memenuhi permintaan bahan bakar di dalam negeri. Pemerintah Kamerun juga dipusingkan oleh anggaran subsidi yang membengkak guna menutup selisih harga yang kian melebar.

Banyak pengendara pun harus gigit jari karena pembelian BBM dibatasi. Hal itu turut berdampak pada mata pencarian sejumlah orang yang mengandalkan mobil untuk bekerja.

Laos

Kurangnya pasokan bahan bakar juga dialami oleh negara Asia Tenggara, Laos. Tingginya harga di pasaran membuat negara itu berpikir untuk membeli minyak Rusia yang harganya telah didiskon.

Media Laos melaporkan bahwa bensin Kremlin 70% lebih murah daripada pasokan internasional karena efek sanksi Barat.

Salah satu negara anggota Asean itu dilaporkan ingin mengambil keuntungan dari sikapnya yang berbeda pada serangan Moskow ke Ukraina. Ini dilakukan agar Laos mendapatkan akses ke minyak Rusia yang akan mengurangi kekurangan bahan bakar di negaranya.


(luc/luc)

TAG: krisis energi harga bbm sri lanka haiti ekuador argentina laos

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto kembali mendapatkan sorotan publik.

Kali ini soal pernyataannya yang menyamakan ekonomi Indonesia dengan Haiti saat pidato di acara Majelis Tafsir Alquran (MTA) di Solo, Jawa Tengah, Minggu (23/12/2018).

Lantas bagaimana sebenarnya perbandingan ekonomi Indonesia dengan Haiti?

Baca juga: Kemiskinan "Single Digit," Buah Kebijakan Semua Periode Pemerintahan

Berikut perbandingan ekonomi keduanya negara yang dihimpun Kompas.com dari data dari Bank Dunia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

1. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir memang naik turun, namun relatif lebih stabil. Pada 2007, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 6,34 persen, selanjutnya 6,01 persen (2008), 4,62 persen (2009), 6,22 persen (2010), 6,17 persen (2011), 6,03 persen (2012), 5,55 persen (2013), 5 persen (2014), 4,87 persen (2015), 5,03 persen (2016), dan 5,06 persen (2017).

Sementara itu pertumbuhan ekonomi Haiti mengalami naik turun dengan yang intens. Pada 2007, ekonomi Haiti sebesar 3,34 persen, selanjutnya 0,84 persen (2008), 3,08 persen (2009), - 5,49 persen (2010), 5,52 persen (2011), 2,88 persen (2012), 4,23 persen (2013), 2,81 persen (2014), 1,21 persen (2015), 1,45 persen (2016), dan 1,17 persen (2017).

2. PDB nasional

Dari sisi PDB nasional, ekonomi Indonesia jauh di atas Haiti. Bank Dunia mencatat, PDB Indonesia 432 miliar dollar pada 2007. Pada 2012, angkanya melonjak menjadi 917 miliar dollar AS.

Angka itu memang sempat turun jadi 860 miliar dollar AS pada 2015, namun pada 2017 angkanya melonjak kembali hingga mencapai 1,016 triliun dollar AS.

Sedangkan PDB Haiti masih kurang dari 10 miliar dollar AS. Pada 2007, PDB Haiti 5,885 dollar AS. Setelah 10 tahun, nilainya naik jadi 8,408 miliar dollar.

3. PDB Per Kapita


Data PDB per kapita masyarakat Indonesia mengalami lonjakan dalam kurun waktu 2007-2017. Pada 2007, PDB per kapita hanya 1.855 dollar AS, atau Rp 26,9 juta per kapita (kurs 14.500 per dollar AS).

Pada 2011, PDB per kapita masyarakat Indonesia melonjak dua kali lipat menjadi 3.634 dollar AS, atau Rp 52,7 juta. Pada 2015, angka itu sempat turun jadi 3.344 dollar AS per tahun.

Namun pada 2017 lalu, PDB per kapita masyarakat Indonesia naik lagi menjadi 3.846 dollar AS per tahun, atau Rp 55,7 juta.

Sementara PDB per kapita masyarakat Haiti masih di bawah 1.000 dollar AS, jauh di bawah Indonesia. Pada 2007, PDB per kapita masyarakat Haiti 615 dollar per AS.

Dalam kurun 10 tahun terakhir, PDB per kapita masyarakat Haiti paling tinggi terjadi pada 2014 yaitu 830 dollar AS. Sementara pada 2017 lalu, turun lagi menjadi 765 dollar AS.

4. Inflasi

Bank Dunia juta mencatat data inflasi kedua negara. Besaran inflasi menunjukan proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus dengan mekanisme pasar.

Dari data Bank Dunia 2017, inflasi Indonesia 4,24 persen atau dalam taraf rendah sementara Haiti mencapai 13,36 persen atau ada di taraf sedang.

Meski begitu kedua negara sama-sama sempat mencicipi inflasi di atas 10 persen dan di bawah 10 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Inflasi Indonesia mencapai angka tertinggi pada 2008 yang mencapai 18,15 persen. Semantara inflasi terendah terjadi pada 2016 sebesar 2,48 persen.

Sedangkan Haiti, inflasi tertinggi justru terjadi pada 2017 lalu sebesar 13,36 persen. Sementara itu inflasi terendah terjadi pada 2009 sebesar 3,70 persen.

5. Kemiskinan

Dalam kurun waktu 2007-2017, Bank Dunia memilki data lengkap kemiskinan di Indonesia. Hal itu tak terjadi pada Haiti yang hanya ada data 2012 yakni 58,5 persen dari populasi 10,3 juta penduduk.

Sementara itu, jumlah masyarakat miskin Indonesia pada 2007 sebesar 16,6 persen dari populasi. Pada 2012, kemiskinan turun jadi 12 persen dari populasi. Sedangkan pada 2017, angka kemiskinan RI 10,6 persen dari populasi 264 juta penduduk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.