Bagaimana kita menyikapi perintah orang tua yang menentang aturan allah swt

Oleh Ustadz Fauzi Bahreisy

Dalam suatu hadits Nabi SAW bersabda “Man ro’a minkum munkaran, fal yughoyyir biyadihi, fa in lam yastathi’ fa bilisanihi, fain lam yastathi’ fa bi qolbihi, fakadzalika adh’aful iman,” hadits ini bermakna siapa yang di antara kalian melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubah dengan tangannya, kalau tidak mampu maka hendaknya dia merubah dengan lisannya, kalau tidak mampu, maka hendaknya dia merubah dengan qolbunya dan itulah selemah-lemahnya iman. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dari hadits tersebut diantaranya, yakni:

Pertama, seorang muslim, orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir punya kewajiban. Di samping dia punya kewajiban untuk beribadah kepada Allah untuk menunaian shalat, melaksanakan perintah-perintah agama, tetapi di sisi yang lain dia juga punya kewajiban untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Karena Rasulullah menyebutkan siapapun di antara kalian yang melihat kemungkaran tidak terkecuali apabila dia punya iman lalu dia melihat ada kemungkaran, tidak boleh dia berdiam diri, tidak boleh dia berpangku tangan, tapi dia harus bergerak untuk merubah kemungkaran itu. Karena itu merupakan kewajibannya sebagai seorang muslim, sebagai seorang mukmin dan Islam menetapkan hal itu kepada kita sebagai umat terbaik.

Allah Ta’ala ketika menyebutkan dan menggambarkan umat terbaik ini, Allah Ta’ala mengatakan “Kuntum khaira ummatin ukhrijat li-nnaasi ta’muruuna bil ma’ruufi watanhauna ‘anil munkari watu’minuuna billahi,” (QS. Ali-Imran, 3:110).

Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, untuk umat manusia, tugas kalian adalah melakukan amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran serta kalian tetap dalam keimanan kalian kepada Allah SWT.

Jadi pelajaran pertama setiap muslim, setiap mukmin, dilarang apatis dengan kemungkaran yang ada di sekitarnya dia harus bergerak untuk merubah kemungkaran itu sebagai bagian dari kewajibannya.

Pelajaran yang lainnya Rasulullah SAW menyebutkan, mungkar dalam bentuk nakirah yang maknanya adalah bahwa yang dimaksud oleh Nabi SAW semua jenis kemungkaran tidak hanya terbatas pada satu kemungkaran atau dua kemungkaran, tapi semua bentuk kemungkaran yang ada dimuka bumi ini harus dirubah. Apapun bentuknya, sekecil apa saja kemungkaran itu berada. Dan itu adalah tugas kita sehingga kemungkaran itu tidak hanya dari sisi aqidah. Misalnya, tidak hanya dari sisi ibadah, tapi semua jenis kemungkaran yang ada dalam kehidupan kita, dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik, dalam bidang sosial, dalam bidang budaya, itu adalah bagian kalau dia tidak sesuai dengan tuntunan Allah maka dia adalah kemungkaran yang harus dirubah.

Karena itu misalnya legalisi minuman keras merupakan bentuk kemungkaran, pembiaran prostitusi adalah bagian dari bentuk kemungkaran, penggusuran rumah dari penduduk yang berasal dari kalangan fuqara wal masakin itu juga bagian dari kemungkaran. Dan banyak kemungkaran-kemungkaran, kemaksiatan, pergaulan bebas, tayangan televisi dan seterusnya yang di sana setiap muslim mempunyai peran penting, dia harus berusaha untuk merubah kemungkaran itu, karena itu menjadi bagian dari tugasnya. Ini adalah pelajaran yang kedua, bahwa yang diinginkan Rasul SAW semua jenis kemungkaran agar kemungkaran itu semakin berkurang dan semakin berkurang.

Yang Ketiga, Rasul SAW mengurutkan bahwa tahapan merubah kemungkaran itu yang pertama kali disebutkan oleh Nabi SAW adalah dengan tangan, menurut para ulama adalah dengan kekuasaan, dengan otoritas dan itu ditampilkan pada urutan yang pertama sebelum dengan lisan atau sebelum dengan hatinya.

Apabila kita mempunyai otoritas, kewenangan, kekuatan, maka itu jauh lebih efektif daripada hanya sekedar berbicara dengan lisan, daripada hanya sekedar ajakan, daripada hanya sekedar nasihat, ketika otoritas itu digunakan untuk sebuah kemungkaran baik itu dengan regulasi, baik itu dengan kewenangannya, baik itu dengan peraturan, baik itu dengan kekuatan yang ia miliki sehingga masyarakat bisa merasakan kehidupan yang baik, yang diwarnai dengan nilai-nilai ma’ruf maka yang semacam itu harus selalu diperjuangkan oleh umat Islam.

Oleh karena itu kita dituntut oleh Allah SWT dan Rasul SAW bahwa orang yang dipilih untuk menduduki posisi penting yang terutama yang memiliki posisi sebagai pemegang kebijakan, kekuasaan, dan seterusnya, haruslah orang-orang yang memahami bagaimana dia melakukan amal ma’ruf nahi munkar ini adalah tugas kita semuanya.

Terakhir Rasul SAW menyebutkan kalau kita tidak dapat melakukan itu semuanya, tidak dapat dengan kekuatan, tidak bisa dengan lisan, minimal dengan hati kita, kita berdoa kepada Allah agar Allah SWT merubah kemungkaran yang ada di tengah-tengah masyarakat dengan cara Allah, dengan kekuatan Allah, dengan kekuasaan Allah dan kita hanya bisa bertawakkal kepada Allah SWT mudah-mudahan Allah memberikan yang terbaik untuk kita semuanya. Aamiin.

Islam mengajarkan umat Muslim senantiasa bersikap baik kepada orang tua.

Sabtu , 07 Nov 2020, 05:01 WIB

www.freepik.com

Cara Bersikap kepada Orang Tua Non-Muslim. Orang tua dan anak (ilustrasi).

Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbakti dan taat kepada orang tua merupakan hal utama yang diajarkan dalam agama Islam. Namun  bagaimana menghadapi orang tua yang berbega agama dan seringkali berusaha menyesatkan kita untuk ingkar kepada ajaran Allah?

Baca Juga

Dilansir di About Islam, mantan presiden Islamic Society of North America, Muzammil H. Siddiqi mengatakan, Islam tidak pernah menghentikan hubungan orang tua dan anak meskipun berbeda agama. Islam sangat menganjurkan anak selalu berbakti kepada orang tua mereka selama tidak mengajak mengingkari Allah.

"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah siapa pun kecuali Dia, dan hendaklah kamu berbuat kebaikan kepada orang tua. Jika salah satu dari mereka atau keduanya mencapai usia tua bersamamu, maka jangan katakan 'Fie' kepada mereka atau menolak mereka, tetapi berkatalah kata yang ramah kepada mereka," (QS. Al-Israa ayat 23).

Seperti dikisahkan, putri Abu Bakar RA, Asmaa memiliki seorang ibu non-Muslim yang tinggal di Makkah, sedangkan Asmaa telah bermigrasi dengan ayahnya dan seluruh umat Islam ke Madinah. Setelah perjanjian Hudaibiyah, mereka bisa saling mengunjungi. Ibunya datang ke Madinah untuk mengunjungi Asmaa. Dia menginginkan beberapa hadiah dan sumbangan dari anaknya.

Asmaa lantas bertanya kepada Rasulullah terkait permintaan ibunya karena ia tahu ibunya sangat membenci Islam. Nabi SAW kemudian bersabda. "Ya, lakukan tindakan kebaikan padanya," (Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Allah berfirman, "Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Maka kepada-Ku kamu kembali, dan Aku akan memberi tahu kamu apa yang bisa kamu lakukan," (QS. Al-Lukman ayat 15).

Ulama terkemuka asal Arab Saudi, Sheikh Muhammad Saleh Al-Munajjid mengatakan, apa yang dilakukan oleh seorang anak saat menghadapi orang tua non-Muslim adalah tetap harus menyapa, memberi salam, dan memperlakukan orang tua dengan cara terbaik.  Selain itu, jangan pernah berpikir pilihan masuk Islam dan membuat orang tua marah adalah sebuah dosa. 

Ingatlah ketika seseorang menyenangkan Allah meskipun itu membuat orang marah, Allah akan senang padanya dan akan membuat orang-orang senang padanya. "Terus berdoa untuk orang tuamu, sehingga Allah membimbing mereka kepada kebenaran dan memberikan hidayah sehingga mereka memeluk Islam. Bisa jadi, Allah akan membimbing mereka melalui kamu," ujar Syekh Al-Munajjid.

Al-Munajjid kemudian memberikan sebuah contoh, Abu Hurairah RA juga memiliki seorang ibu non-Muslim. Berkali-kali Abu Hurairah mengajak ibunya memeluk Islam tapi selalu gagal. Namun, Abu Hurairah terus bersikap baik kepada ibunya.

Suatu ketika, Abu Hurairah mencoba menegurnya atas ucapan yang menghina Nabi Muhammad SAW. Hal ini sangat membebani Abu Hurairah, sampai-sampai dia mendatangi Nabi dan mengeluh seraya berkata, “Ya Rasulullah. Saya selalu berusaha membuat ibu saya menerima Islam, tetapi dia selalu menolak menerimanya. Tetapi hari ini ketika saya memintanya untuk percaya kepada Allah Yang Maha Kuasa, dia menjadi sangat kesal dan mulai menghina Anda, hal yang saya tidak tahan dan air mata mengalir dari mata saya. Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia membuka hati ibuku untuk Islam." 

Nabi SAW lantas segera mengangkat tangannya dan berdoa, “Ya Allah SWT, tuntunlah ibu Abu Hurairah.”

Ini sedikit melegakan Abu Hurairah. Sesampainya di rumah, dia menemukan pintu rumahnya dikunci dari dalam, tetapi dia mendengar suara air mengalir. Itu meyakinkannya bahwa ibunya sedang mandi. Mendengar langkah kaki anaknya, dia buru-buru selesaikan mandi, lalu membuka pintu dan berkata, “Wahai anakku Abu Hurairah, Allah telah menjawab doamu. Jadilah saksi saya mengucapkan syahadat."

Abu Hurairah mulai menangis karena sangat bahagianya. Abu Hurairah langsung kembali kepada Nabi dengan kabar bahagia itu. Nabi juga senang mendengarnya. Kemudian Rasulullah berdoa, “Ya Allah, taruhlah cinta Abu Hurairah dan ibunya di hati semua Muslim sejati dan taruhlah cinta semua Muslim sejati di hati mereka berdua.”

"Saudaraku, cobalah membiarkan orang tuamu melihat Islam melalui teladanmu yang baik. Mungkin Allah akan menerangi hati mereka saat mereka melihat kamu menampilkan Islam dengan cara terbaik," ucap Syekh Al-Munajjid.

Pada intinya, Islam mengajarkan umat Muslim senantiasa bersikap baik kepada orang tua, termasuk apabila orang tua mereka non-Muslim. Tetapi jika orang tua non-Muslim mencoba menyesatkannya anaknya untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Islam, maka hal tersebut tidak harus dipatuhi.

Begitu juga apabila orang tua non-Muslim mengatakan hal-hal buruk tentang Islam, maka tidak perlu bergabung dengan diskusi dan pembicaraan sarkastik mereka. Anda harus terus berdoa kepada Allah untuk menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus dan menunjukkan kepada mereka citra Islam yang sebenarnya melalui perilaku Anda.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA