Bagaimana keadaan hewan yang haknya tidak diberikan dengan baik

Serba-serbi Penyiksaan Binatang (Foto: Bagus Permadi/kumparan)

Kasus penelantaran anjing Valent awal bulan ini menjadi gambaran bahwa manusia masih kerap menyiksa dan memperlakukan binatang secara semena-mena. Manusia masih sering lupa, bahwa binatang memiliki status yang sama sebagai makhluk hidup dan memiliki hak dasar yang harus dipenuhi.

Maka dari itu, sudah seharusnya kita memperlakukan mereka dengan baik dan sesuai haknya. Berikut lima bentuk umum penyiksaan binatang yang seringkali tak sadar telah kita lakukan.

Kucing dan Anjing (Foto: Pixabay)

Ketika memiliki binatang, sudah seharusnya kita memahami apa yang harus dilakukan dan diberikan untuk merawatnya. Untuk masing-masing hewan, ada rincian khusus yang harus diperhatikan soal apa yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada binatang.

Terkadang, kita masih sering melakukan hal-hal yang justru berbahaya terhadap binatang hanya karena tidak memahaminya. Dimulai dari hal-hal sepele seperti jenis makanan yang boleh diberikan, sampai tidak segera mengobati luka pada binatang sebelum keadaannya memburuk.

Misalnya saja, kita tidak memberikan cokelat pada anjing. Alasannya, ada kandungan theobromine dalam cokelat yang akan mengganggu pencernaan dan metabolisme. Dampaknya, anjing menjadi keracunan dengan gejala diare, muntah-muntah, dehidrasi, kejang-kejang, sampai pendarahan.

Tindakan-tindakan ini sudah termasuk ke dalam penyiksaan, mengingat kita telah memberikan apa yang seharusnya tidak diberikan; atau melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan kepada binatang.

Maka dari itu, yuk mulai pelajari dan pahami apa yang dibutuhkan dan tidak diperbolehkan untuk binatang peliharaan kita!

Anjing dan Kucing (Foto: Pixabay)

Menurut RSPCA, lembaga pemerhati binatang tertua di Australia, penelantaran adalah penyebab utama dari penyiksaan binatang. Penelantaran ini biasanya terjadi ketika pemilik binatang memiliki kesadaran yang kurang terhadap kondisi binatang peliharaannya.

Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi hal ini. Misalnya saja: kondisi keuangan tidak mencukupi, kurangnya kasih sayang terhadap binatang, maupun kondisi kejiwaan si pemilik yang tak stabil.

Penelantaran terhadap binatang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti: 1) tidak menyediakan tempat penghidupan yang layak, 2) tidak memberi makan dan minuman yang cukup, hingga 3) menempatkan binatang dalam posisi yang membahayakan kesehatannya seperti anjing Valent.

Penyiksaan fisik jelas menjadi salah satu penyiksaan binatang yang umum terjadi.

Penyiksaan dalam bentuk fisik meliputi tindakan menendang, memukul, meracuni binatang secara sengaja, menembak, dan aksi biadab lain. Selain membahayakan kesehatan, aksi-aksi tersebut juga berpengaruh buruk pada mental hewan yang disiksa

Kucing dan Anjing (Foto: Pixabay)

Penggunaan binatang dalam industri hiburan, seperti sirkus, pertunjukan, sampai topeng monyet, memang sempat menjadi tindakan yang umum dilakukan.

Namun ternyata, hal ini dapat termasuk ke dalam bentuk penyiksaan binatang. Ini disebabkan pemaksaan dan penyiksaan fisik yang juga kerap dilakukan pemilik saat hewan mereka bekerja. Apalagi, hewan tersebut juga kerap dihukum dengan, salah satunya, tidak diberi makan jika tidak bekerja sesuai dengan keinginan pemiliknya.

Selain di industri hiburan, eksploitasi hewan juga sering terjadi untuk pekerjaan berat di sektor pertanian maupun menjadi alat transportasi bagi manusia. Pekerjaan yang mereka lakukan seringkali terlampau berat, sehingga menyebabkan kelelahan, stres, hingga kematian si binatang.

Duel binatang menjadi bentuk hiburan umum bagi masyarakat di tradisi-tradisi tertentu. Contohnya adalah sabung ayam di Indonesia, duel banteng di Spanyol, sampai duel anjing di Meksiko.

Sejatinya, aktivitas mematikan seperti ini termasuk ke dalam bentuk penyiksaan terhadap binatang. Hewan-hewan tersebut dipaksa untuk saling menyakiti satu sama lain di luar kemauan mereka. Duel binatang juga telah menjadi salah satu isu yang diperdebatkan oleh para aktivis hak dan perlindungan hewan internasional. Seperti misalnya seruan kampanye untuk menghentikan tontonan duel anjing oleh para aktivis yang terjadi di Inggris.

Serba-serbi penyiksaan binatang (Foto: Bagus Permadi/kumparan)

=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!

Page 2

Terdapat 3 pendapat nasib hewan kelak pada hari kiamat

Kamis , 21 Jan 2021, 00:00 WIB

EPA-EFE/KIM LUDBROOK

Terdapat 3 pendapat nasib hewa kelak pada hari kiamat. Ilustrasi hewan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hewan-hewan yang ada di muka bumi juga termasuk makhluk Allah SWT. Seperti apakah nasib mereka kelak pada hari kiamat? Apakah mereka akan dibangkitkan dan digiring layaknya manusia?  

Baca Juga

Banyak pendapat yang membahas mengenai keadaan hewan setelah mereka dimatikan Allah SWT. 

Pendapat pertama, seluruh hewan yang mati nantinya akan dikumpulkan  Allah setelah hari kiamat. Di antara pendukung pendapat ini Abu Hurairah, Abu Dhzar Al-Ghifari, salah satu pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Taimiyyah, Al-Isfarayini.  Allah SWT berfirman: وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ ”Apabila binatang-binatang dikumpulkan.” (QS At Takwir 5).  

Lalu mereka akan di qisas, pembalasan atas kezaliman sesama mereka. Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:  

لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنْ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ “Sungguh semua hak akan dikembalikan kepada pemiliknya di hari kiamat, sampai diqisas dari kambing yang tidak punya tanduk, kepada kambing bertanduk (yang pernah menanduk).” (HR. Ahmad 7404 & Muslim 6745)

Selanjutnya, setelah selesai qisas, mereka dijadikan debu. Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:  

يقضي الله بين خلقه الجن والإنس والبهائم، وإنه ليقيد يومئذ الجماء من القرناء حتى إذا لم يبق تبعة عند واحدة لأخرى قال الله: كونوا ترابا، فعند ذلك يقول الكافر: يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا 

“Allah akan menegakkan qishas antar-semua makhluknya, jin, manusia, dan binatang. Pada hari itu, akan diqishas dari kambing yang tidak memiliki tanduk untuk membalas kambing bertanduk. Hingga setelah tidak tersisa lagi kedzaliman apapun yang belum terbalaskan, Allah berfirman kepada binatang, “Jadilah tanah.” di saat itulah, orang kafir mengatakan, “Andai aku menjadi tanah.” 

Allah SWT juga menyatakan dalam surat Al Anam yang dianggap sebagai penguat pendapat ini yaitu: 

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ

”Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS Al Anam 38).

Pendapat kedua, hewan yang dibangkitkan pada hari kiamat menurut Ibnu Abbas tidak untuk dilakukan qisas atau pembalasan. Melainkan diberikan pahala. Ini karena hewan tidak mendapatkan tugas dari Allah SWT semasa di dunia. Sehingga hewan tidak ada tuntutan maupun mendapat hukuman. Imam Al-Asya’ari mendukung pendapat ini. 

Pendapat ketiga, Allah akan menghidupkan kembali hewan tersebut tetapi hanya hidup diantara hewan saja tidak lagi hidup diantara makhluk lain atau bisa jadi Allah tidak akan menghidupkannya kembali. Wallah a'lam bi shawab.

Sumber: mawdoo3

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA