Bagaimana caranya agar ibadah kita diterima oleh allah swt jelaskan

Ada tiga syarat agar amal diterima.

Rabu , 01 Dec 2021, 06:47 WIB

Anadolu Agency

Tiga Syarat Amal yang Diterima. Foto: Ilustrasi: Masjid tempat ibadah umat Muslim.

Rep: Rossi Handayani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Terdapat syarat-syarat yang dapat dipenuhi oleh seorang hamba agar amalannya dapat diterima.

Baca Juga

Dikutip dari buku Ambilah Aqidahmu dari Alquran dan As-sunnah yang shahih yang difahami Shahabat Radhiyallahu Anhum, syarat-syarat agar amal perbuatan diterima oleh Allah Ta'ala ada tiga macam, di antaranya:

1. Iman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Allah berfirman, 

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ

"Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan beramal shalih, untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya," (QS Al-Kahfi ayat 107).

Dari Nabi ﷺ bersabda,

قل آمنت بالله ثم استقم

"Katakanlah: 'Aku beriman kepada Allah', kemudian istoqamah (tetap teguh di jalan yang lurus)" (HR Muslim).

2. Ikhlas, yaitu beramal karena Allah, bukan karena ingin dilihat orang (pamer) atau didengar. Allah Ta'ala berfirman:

فَادۡعُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَهُ الدِّيۡنَ 

"Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya..." (QS Ghaafir ayat 14).

3. Sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah (yaitu sesuai as-sunnah). Allah berfirman,

...وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ...

"... Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ..." (QS Al-Hasyr ayat tujuh).

Dan Nabi ﷺ bersabda,

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

"Barangsiapa melakukan amalan yang tidak termasuk dalam urusan agama kami, maka amalan tersebut tertolak."  (HR Muslim).

  • syarat amal diterima
  • amal diterima
  • tiga syarat amal diterima
  • amalan
  • ibadah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Ustadz Adi Hidayat jelaskan cara menyingkat Salam sesuai Sunnah, bukan menggunakn 'Ass' atau 'Askum'. /youtube.com/Adi Hidayat Official

INDOTRENDS.ID -Bagaimana cara kita mengetahui bahwa Allah SWT berkenan dan menerima semua amal ibadah kita?

Tidak seorangpun tahu, apakah semua amal shalih kita diterima oleh Allah SWT, bahkan juga kita sendiri.

Kita bisa saja mengetahui faktor apa sajakah dari ibadah-ibadah, terutama shalat kita yang mendapat ridho Allah SWT dan berkenan menerima, misalnya Ibadah shalat yang dilakukan dengan khusyuk, tuma'ninah, ikhlas demi Allah SWT semata, lalu istiqomah, tepat waktu dan seterusnya.

Apakah kita tahu, shalat kita diterima? tidak ada yang tahu.

Namun ada tanda-tanda yang kita bisa rasakan, bahwa Allah SWT berkenan dengan amal shalih yang kita lakukan termasuk ibadah shalat 5 waktu kita.

>

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan ada 5 tanda sholatmu diterima Allah SWT, mudah-mudahan menjawab penasaran kita selama ini.

Baca Juga: Anda Menderita Sakit Tak Kunjung Sembuh ? Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat, Jangan-Jangan Ini Penyebabnya

Dalam artikel kali ini Ustadz Adi Hidayat menjelaskan ciri-ciri sholat seseorang yang diterima Allah SWT.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, apabila lima ciri-ciri tersebut tidak didapatkan seseorang setelah sholat, berarti belum diterima Allah SWT.

Ibadah tidaklah diterima oleh Allah Ta’ala kecuali jika terpenuhi dua syarat, yaitu:

  1. Niat Ikhlas Hanya Untuk Mengharap Ridho Allah
    Ikhlas untuk Allah Ta’ala semata, yaitu seseorang beribadah kepada Allah Ta’ala dengan hanya mengharap keridhoaan-Nya dan pahala-Nya, tidak bercampur riya`, sum’ah, dan tidak mencari perhiasan dunia.
  2. Sesuai Dengan Tuntunan yang Diajarkan Rasulullah

Mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Dan hal ini tidak mungkin terealisasi kecuali dengan mengetahui Sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, kewajiban atas seorang hamba yang hendak beribadah kepada Allah Ta’ala, baik ibadah jenis ucapan maupun perbuatan adalah mempelajari petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar amalnya sesuai dengan Sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan di antara ibadah agung yang wajib diketahui tata caranya adalag umrah. Lebih-lebih lagi di bulan ramadhan ini.

Dalam rangka memenuhi kedua syarat tersebut, maka dalam kesempatan kali ini, penyusun akan meringkaskan tuntunan ibadah umrah, dengan tujuan agar ibadah umrah yang dilakukan seorang muslim dan muslimah sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selain diringi oleh keihlasan yang menyebabkan amalan tersebut diterima oleh Allah Ta’ala.

Secara bahasa, Umrah adalah ziyarah (berkunjung).

Adapun secara syar’i, definisi Umrah adalah:

التعبد لله بالطواف بالبيت، وبالصفا والمروة، والحلق أو التقصير

“Beribadah kepada Allah dengan melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah, dan melakukan sa’i antara bukit Shafa dan Marwa, serta menggundul atau memendekkan (rambut kepala)” (Syarhul Mumti’: ⅞).

Sumber: //muslim.or.id/30818-bimbingan-praktis-umrah-1.html 

ITTIBA’ adalah Mengikuti Rasulullah SAW di dalam tata cara berdo’a, ibadah dan lainnya. Ittiba’ ini adalah syarat diterimanya seluruh ibadah, sebagaimana firman Allah SWT,

“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS. al-Kahfi [18]:110).

Yang dimaksud dengan amal shalih adalah segala amal perbuatan yang sesuai dengan syari’at Allah SWT dengan maksud dan niat karena Allah semata-mata, maka oleh sebab itu ibadah dan amal shalih harus ikhlas karena Allah, dan harus sesuai pula dengan syariat yang diajarkan Rasulullah SAW.

Atas dasar ini Imam al-Fudhail bin iyadh dalam menafsirkan firman Allah SWT,

“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ” (QS. Al-Mulk [67]: 1-2)

Beliau berkata, maksudnya (yang lebih baik amalnya) adalah amal yang paling ikhlas dan paling benar. Beberapa sahabatnya bertanya, “Apa yang dimaksud dengan amal yang paling ikhlas dan paling benar?” Jawabannya, “Sesungguhnya suatu amal perbuatan apabila dikerjakan dengan ikhlas tapi tidak dilakukan dengan cara yang benar, maka tidak akan diterima Allah SWT, sebaliknya apabila dikerjakan dengan benar tapi tidak dilakukan dengan ikhlas, maka tidak akan diterima pula oleh Allah SWT sampai amal ibadah itu dikerjakan dengan ikhlas dan benar. Yang dimaksud dengan ikhlas, amal yang mutlak karena Allah, yang dimaksud dengan benar ialah sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW; Kemudian al-Fudhail bin Iyad membaca:

“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya” (QS. al-Kahfi [18]:110),

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menye-rahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. an-Nisa’[4]: 125),

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman [31]: 22)
Maka wajib atas setiap Muslim mengikuti Rasulullah SAW dalam segala perbuatannya, sebagaimana firman Allah SWT,

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21) dan firman Allah SWT,

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (QS. Ali Imran [3]: 31), dan firman Allah SWT,

“Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. ” (QS. al-A’raf [7]: 158), dan firman Allah SWT,

“Katakanlah, “Ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tiada lain kewajiban rasul hanya menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. an-Nur: 54)

Maka tidak diragukan lagi bahwa amal yang tidak sesuai dengan syariat Nabi Muhammad SAW, adalah amalan yang tidak sah (batal). Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dari Nabi SAW beliau bersabda,

“Barangsiapa membuat perkara yang baru dalam agama kami ini yang tidak bersumber darinya, maka perkara itu ditolak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dan dalam riwayat Imam Muslim yang berbunyi:

“Barangsiapa melakukan amalan yang bukan dari perintah kami, maka amalnya ditolak.” (HR. Muslim).[]

Sumber: E-book Agar Doa Dikabulkan Berdasarkan Al-Qur’an & As-Sunnah/Karya: Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani/Penerbit: Darul Haq-Jakarta

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA