Bagaimana cara memainkan alat musik kolintang

Kolintang merupakan salah satu alat musik tradisional asal Minahasa, Sulawesi Utara. Instrumen musik tradisional ini populer karena mempunyai bentuk yang unik. Ya, kolintang terdiri dari seperangkat bilah kayu yang disusun di atas rak kayu. Urutan bilahnya pun juga tertata dari ukuran yang besar hingga yang paling kecil. Nah, bagaimana cara memainkan alat musik Kolintang? Cara memainkannya dengan memukul bilah kayu untuk menghasilkan bunyi yang dia inginkan.

Untuk memainkan alat musik ini, pemain memukul bagian bilah dengan menggunakan alat pemukul khusus. Banyak orang yang mengklaim bahwa kolintang ini mirip dengan salah satu instrumen gamelan, gambang. Namun ternyata keduanya berbeda dalam hal nada yang dihasilkan serta cara memainkannya.

Kolintang mempunyai sejarah yang cukup panjang. Awalnya, ada desa yang bernama To Un Rano, sekarang Tondano. Di desa tersebut, ada seorang gadis yang sangat cantik. Bahkan, kecantikannya terkenal hingga pelosok desa. Pemudi tersebut bernama Lintang. Dia pintar bernyanyi dan suaranya cukup merdu.

Ketika ada pesta muda-mudi, ada seorang pemuda bernama Makasiga yang ahli mengukir kayu. Singkat cerita, Makasiga melamar Lintang. Namun Lintang memberikan syarat kepada dia untuk mencari alat musik yang bunyinya merdu.

Semenjak itulah Makasiga berusaha keras mencari alat musik sesuai dengan keinginan Lintang tersebut. Pada waktu malam hari, dia membakar kayu untuk menghangatkan badan. Ketika membelah kayu, dia melempar kayu dan mendengar bahwa bunyi kayu tersebut nyaring dan merdu.

Sementara itu, ada dua orang pemburu di lain tempat yang juga mendengarkan bunyi merdu tersebut. Kemudian, mereka mencari sumber bunyinya.

Singkat cerita, dia kelelahan dan jatuh sakit karena fokus mencarikan alat musik yang sesuai dengan keinginan gadis pujaannya. Dia lupa makan dan minum sehingga membuat badannya kurus kering. Akhirnya dia meninggal sedangkan Lintang juga akhirnya meninggal karena mendengar kabar kekasihnya yang meninggal.

Nah, cerita di atas merupakan cerita yang dipercayai sebagai asal-usul musik kolintang. Meski perlu ditelusuri kebenarannya, namun cerita itulah yang dipercayai hingga saat ini.

Sejarah Alat Musik Kolintang

Kolintang dikenal sebagai alat musik yang berbahan dasar kayu. Namun jika dipukul, alat musik tersebut menghasilkan bunyi yang nyaring dan merdu. Bunyinya juga bervariasi mulai dari nada rendah hingga nada-nada tinggi.

Bahan dasar untuk membuat kolintang pun juga dari kayu khusus, yakni kayu telur wenang, bandaran atau jenis kayu lainnya yang ringan namun berserat dan mempunyai tekstur padat. Bilah kayu tersebut tersusun rapi secara horizontal di atas penyangga.

Penamaan kolintang berasal dari bunyinya “tong” yang mempunyai nada rendah. Sementara, bunyi “ting” merupakan nada tinggi dan bunyi “tang” untuk nada rendah. Orang setempat dulu ketika mengajak bermain kolintang dengan ajakan atau “maimo kumolintang” atau  “ Mari kita ber tong ting tang”. Dari penamaan tersebut, orang Minahasa kemudian menyebutnya dengan Kolintang.

Alat musik kolintang dari awal penemuannya mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Adanya resonator pada Kolintang mulai ada pada tahun 1830 sejak kedatangan Pangeran Diponegoro di Minahasa.

Dulunya, kolintang hanya terdiri dari satu melodi yang terdiri dari susunan nada diatonis yang berjumlah dua oktaf. Dalam sebuah lagu, kolintang ini juga mempunyai fungsi sebagai pengiring, sama seperti ukulele, gitar dan bas.

Namun semenjak tahun 1954, kolintang mengalami perubahan dengan jumlah dua setengah oktaf. Sementara alat musik ini masih mempunyai susunan nada diatonis.

Kemudian, pada tahun 1960, ada perubahan jumlah oktaf yakni tiga setengah oktaf dengan nada 1 kres, 1 mol, dan naturel. Dengan kata lain, nada dasarnya berkembang menjadi empat setengah oktaf dari nada F hingga nada C.

Hingga saat ini, perkembangan kolintang tetap berjalan dari waktu ke waktu hingga saat ini. Adapun perubahan tersebut berlangsung dari segi kualitas, jarak nada, hingga penyangga resonator.

Bentuk Alat Musik Kolintang

Seperti yang sudah kami singgung di atas, bahwa Kolintang mempunyai bentuk yang unik. Alat musik ini terbentuk dari bilah kayu yang tersusun rapi dari ukuran yang besar hingga mengecil. Ukuran bilah tersebut juga menentukan kualitas nada. Panjang pendeknya mempengaruhi nada yang dihasilkan.

Pemain Kolintang tidak hanya bisa memukul bilah saja. Namun juga harus mengerti teknik memainkan kolintang. Bagaimana cara memukul serta cara memegang pemukul juga harus diperhatikan agar menghasilkan bunyi yang merdu.

Bahkan, dalam beberapa kesempatan, pemain kolintang harus menggunakan tiga tongkat atau pemukul untuk menghasilkan chord yang diharapkan. Oleh karenanya, pemain kolintang memang harus cekatan dan  profesional agar bisa memainkan lagu dengan berirama dan merdu.

Umumnya, dalam seperangkat alat musik kolintang, terdiri dari dua baris bilah kayu. Ada rak atas dan juga rak bawah. Setiap rak tersebut mempunyai nada yang berbeda-beda. Semakin banyak bilah nada yang berada di dalam rak, maka semakin lebar juga jangkauan nada yang harus pemain jangkau.

Jenis Alat Musik Kolintang

Banyak yang belum mengetahui bahwa alat musik kolintang ini ada beberapa jenis yang berbeda. Perbedaan jenis kolintang tersebut berpengaruh pada suara yang dihasilkan. Ada beberapa jenis kolintang yang bisa anda ketahui, yakni:

  1. Loway (bass)
  2. Cella (Cello)
  3. Karua (Tenor 1)
  4. Karua rua (Tenor 2)
  5. Uner (Alto 1)
  6. Uner Rua (Alto 2)
  7. Katelu (Ukulele)
  8. Ina Esa (Melodi 1)
  9. Ina Rua (Melodi 2)
  10. Ina Taweng (Melodi 3)

Itulah setidaknya jenis-jenis kolintang yang bisa anda tahu. Ternyata kolintang ada banyak jenisnya yang mena setiap jenis tersebut mempunyai bunyi yang berbeda-beda.

Cara Memainkan Alat Musik Kolintang

Pada pembahasan di atas, kami sudah menyinggung cara memainkan kolintang. Pemain kolintang memukul bilah kayu untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan. Alat pemukul kolintang juga menggunakan pemukul khusus. Pada ujung stik, ada bantalan kain atau karet sama seperti halnya pada pemukul gamelan Jawa. Pemukul yang digunakan pun berjumlah dua maupun tiga pemukul.

Pemukul nomor 1 biasanya menggunakan tangan kiri. Sementara itu, pemukul nomor 2 dan tiga dipegang tangan kanan.  Pemain biasanya menggunakan sela-sela jari mereka untuk memainkan pemukul sesuai dengan accord yang diinginkan.

Alat musik kolintang pada umumnya mempunyai accord sendiri apabila dipukul bersamaan. Akan tetapi kolintang melodi dan bas bisa dimainkan tanpa memperhatikan accord. Pemain bisa menyesuaikan nada sesuai dengan kebutuhan dan hanya membutuhkan dua pemukul saja.

Penutup

Kolintang termasuk alat musik tradisional Indonesia yang cukup populer tidak hanya bagi masyarakat Minahasa namun juga warga Indonesia. Suara yang merdu dan khas membuat alat musik ini mudah dikenali. Alat musik kolintang ini juga bisa berpadu dengan alat musik tradisional maupun modern dalam satu pertunjukkan. Hingga saat ini, kolintang masih sering dimainkan dalam berbagai kesempatan. Namun demikian, kita sebagai generasi muda harus mau mempelajarinya agar bisa tetap terjaga hingga di masa depan. Semoga artikel yang penulis sajikan tentang cara memainkan alat musik Kolintang ini bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Bagaimana cara memainkan alat musik kulintang?

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, cara memainkan alat musik kolintang adalah dengan dipukul menggunakan mallet atau alat pemukul khusus. Alat pemukul itu khusus agar suara yang dikeluarkan akan terdengar bagus dan merdu.

Alat musik kolintang seperti apa?

Kolintang terbuat dari kayu khusus yang ringan namun cukup padat kemudian disusun membentuk garis-garis sejajar. Pada umumnya kayu yang digunakan adalah kayu telur, kayu bandaran, kayu wnuang, dan kayu kakinik.

Siapa pembuat alat musik kolintang?

Petrus Kaseke (lahir 2 Oktober 1942) adalah pelestari alat musik kolintang berkebangsaan Indonesia. Pada umur 10 tahun (1952), ia sudah mampu menciptakan kolintang 2,5 oktaf nada diatonis dengan petunjuk sejumlah orang tua yang pernah mendengar bunyi alat musik kolintang.