Bagaimana bentuk risiko yang terjadi pada pemegang obligasi?

16 Nov 2021, 16:42 WIB - Oleh: Annasa Rizki

Abdullah Azzam Seorang investor sedang memantau risiko investasi obligasi, sebelum memulai berinvestasi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Para investor yang sudah lama terjun di dunia pasar modal mungkin sudah tidak asing dengan obligasi. Namun, para pemula yang masih menentukan dalam pemilihan investasi, wajib memahami risiko investasi obligasi. 

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), obligasi adalah surat pernyataan utang dari penerbit yang berisi janji untuk membayar pokok utang dan kupon (bunga) pada waktu yang telah ditentukan.

Memahami risiko investasi sama pentingnya seperti memahami potensi keuntungan yang bisa kita peroleh dengan berinvestasi. Berikut ini risiko investasi obligasi, melansir dari OJK, Selasa (16/11/2021).

Pada dasarnya, obligasi merupakan janji untuk membayar, maka risiko paling besar adalah si penerbit tidak dapat memenuhi kewajibannya. 

Mengingat obligasi dapat diperjualbelikan antara satu investor dengan investor lain, maka ada kemungkinan ketika seorang investor ingin menjual suatu obligasi, tidak ada yang bersedia membeli atau bersedia namun di harga yang sangat rendah. Risiko investasi obligasi ini disebut risiko likuiditas. 

  1. Risiko Perubahan Inflasi dan Suku Bunga

Harga obligasi amat ditentukan oleh perubahan inflasi dan suku bunga. Jika inflasi dan suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika inflasi dan suku bunga naik, maka harga obligasi akan naik. Bagi investor yang ingin berinvestasi di obligasi dengan tujuan diperdagangkan, maka inflasi dan suku bunga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.

Setiap investasi yang dilakukan pasti ada risikonya, baik saham, reksa dana, begitu juga obligasi. Keberanian dari seorang investor lah yang menentukan profil risiko dalam berinvestasi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor: Novita Sari Simamora

Sudahkah Anda tahu keuntungan dan risiko obligasi? Jika belum, kali ini akan membahas tentang risiko obligasi, baik risiko pada obligasi pemerintah maupun risiko obligasi korporasi. Yuk simak lebih lanjut.

Secara umum, pengertian dari risiko obligasi adalah kemungkinan yang bisa saja muncul akibat tidak likuid atau ketidakmampuan suatu obligasi untuk diperdagangkan di pasar sekunder.

Banyak kalangan ekonom yang mengatakan bahwa risiko obligasi pemerintah itu sangat kecil kemungkinannya. Atau risiko pada obligasi pemerintah itu lebih aman alias bebas risiko kredit.

Hal ini dikarenakan pemerintah bisa bebas menaikkan tarif pajak maupun mencetak uang agar mampu membayar lunas obligasinya ketika jatuh tempo. Jika risiko obligasi pemerintah yang lebih aman, beda halnya dengan risiko pada obligasi korporasi.

Risiko pada obligasi korporasi memiliki kemungkinan gagal bayar. Nah, jika anggaran keuangan perusahaan kurang sehat untuk melunasi hutang jangka pendek, maka bisa mendapatkan tambahan modal dengan memperdagangkan sesuai nilai obligasi.

Selain itu, sebelum berinvestasi dan menghadapi risiko pada obligasi, perusahaan juga perlu memikirkan perhitungan biaya peluang yang bisa muncul.

Risiko Obligasi Pemerintah

Kendati, risiko obligasi pemerintah dikatakan lebih aman dan bebas risiko kredit, akan tetapi masih ada unsur risiko lainnya. Misalnya ketika nilai tukar dollar Amerika yang melemah terhadap mata uang negara lain.

Maka investor asing bisa menghadapi risiko obligasi pada pemerintah, karena nilai obligasi terancam turun. Selain itu, inflasi yang lebih besar ketimbang imbal hasil yang didapat juga perlu dipikirkan sebagai beberapa risiko pada obligasi pemerintah lainnya ketika jatuh tempo pelunasan.

Risiko obligasi pemerintah selanjutnya adalah ketika negara yang menerbitkan obligasi tersebut memiliki kondisi finansial yang kurang stabil. Atau, negara-negara yang termasuk dalam kategori “non investment grade”.

Macam-Macam Risiko Obligasi

Ada beberapa macam risiko pada obligasi yang perlu diketahui investor dan pelaku bisnis. Apa saja? Berikut di antaranya:

  1. Sudah pasti hal ini bisa kapan saja menghantui para investor. Terutama risiko pada obligasi korporasi. Jika risiko obligasi pemerintah lebih aman dari kemungkinan gagal bayar, risiko dalam obligasi korporasi masih mungkin terjadi.

    Sebaiknya, pahami dan kenali terlebih dulu penerbit obligasi yang terpercaya sebelum berinvestasi. Sehingga, Anda dapat menghindari risiko obligasi yang gagal bayar.

  2. Tingkat risiko dalam obligasi maturitas akan semakin tinggi, ketika masa jatuh tempo semakin panjang. Sebab, penerbit obligasi akan menambahkan voucher atau kupon bunga yang cukup tinggi pada jenis obligasi berdurasi jatuh tempo lama.

  3. Selanjutnya, ada risiko pada obligasi suku bunga. Dalam hal ini, nilai obligasi akan naik ketika BI Rate turun. Sedangkan, ketika suku bunga bank bertambah, nilai obligasi cenderung lebih rendah.

  4. Pada risiko obligasi peringkat, investasi akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pasar dan posisi peringkat di pasar saham. Sehingga, hal ini akan menurunkan permintaan atau nilai obligasi dan sebaliknya secara fluktuatif.

  5. Di pasar sekunder, risiko untuk obligasi likuiditas menyebabkan sulitnya obligasi terjual. Apabila permintaan obligasi di pasar cukup tinggi, maka obligasi menjadi likuid. Faktor yang berpengaruh dalam risiko pada obligasi likuiditas adalah kupon bunga, masa jatuh tempo obligasi, serta karakteristik penerbit.

Keuntungan Obligasi

Setelah memahami berbagai risiko pada obligasi, sekarang Anda juga perlu memeriksa berbagai keuntungan obligasi yang menggiurkan. Antara lain:

  1. Keuntungan obligasi yang pertama adalah pemasukan permanen dari kupon bunga yang diperoleh secara berkala sesuai ketentuan penerbit obligasi. Biasanya, suku bunga obligasi akan lebih tinggi, bila dibandingkan suku bunga deposito maupun BI Rate.

  2. Keuntungan obligasi yang selanjutnya adalah selisih dari nilai obligasi pada saat awal pertama kali membeli dan setelah terjual di pasar sekunder.

Tidak hanya investasi yang memiliki risiko obligasi, hampir semua bisnis juga pasti berisiko. Namun tidak perlu khawatir, jika Anda ingin mengembangkan bisnis yang sukses, perhatikan pula pengelolaan keuangan dan pembukuan agar lebih modern, rapi, dan sistematis untuk mengambil keputusan keuangan.

Aplikasi Harmony merupakan solusi pembukuan bisnis di era digital yang memudahkan pembuatan laporan keuangan, pembukuan, serta akuntansi online. Termasuk perhitungan transaksi jual beli, pengelolaan stok, hingga rekonsiliasi bank otomatis.

Optimalkan kinerja tim keuangan Anda dengan aplikasi Harmony agar Anda dapat semakin produktif dan fokus pada tugas inti mengembangkan perusahaan yang lebih maju. Sekarang saatnya, coba GRATIS 30 Hari aplikasi Harmony sekarang, daftar di sini.

Jangan lewatkan, informasi seputar bisnis serta penawaran terupdate kami melalui akun Facebook, Instagram dan LinkedIn Harmony setiap hari. Yuk, follow dan like.

Setiap investasi menawarkan sejumlah keuntungan, tapi di sisi lain juga kerugian yang tidak dapat diprediksi. Ini berlaku untuk semua investasi, tidak terkecuali obligasi. 

Sebagai investor, Anda perlu memikirkan cara untuk mengatasi risiko tersebut guna memaksimalkan keuntungan dalam berinvestasi. Sebelum membahas tentang tips mengatasi risiko tersebut, kenali dulu empat jenis risiko investasi berikut. 

4 Risiko dalam Investasi Obligasi

1. Risiko Gagal Bayar

Risiko yang muncul apabila penerbit obligasi, baik pemerintah maupun perusahaan tidak dapat membayar pokok investasi beserta kupon yang sudah disepakati sejak awal investasi. Saat kondisi ini terjadi, maka Anda akan kehilangan sebagian atau seluruh uang dalam obligasi.

Untungnya, tidak semua obligasi seperti ini. Obligasi yang pemerintah terbitkan, misalnya, karena telah dilindungi sesuai undang-undang yang berlaku. Bisa dikatakan kalau pemerintah akan membayarkan surat utang tersebut saat jatuh tempo tiba.  

2. Risiko pasar

Risiko yang disebabkan karena fluktuasi harga di pasar. Jika fluktuasi ini tidak dapat dikendalikan, maka berpotensi menyebabkan inflasi. Saat inflasi meningkat, maka harga obligasi sendiri akan menurun. 

Berkurangnya nilai jual obligasi tentu menyebabkan kerugian (capital loss). Sebaiknya waspadalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi perekonomian, seperti naik turunnya suku bunga Bank Indonesia, perubahan politik maupun sosial. 

3. Risiko likuiditas pasar

Seorang investor yang butuh dana cepat, tapi tidak kunjung menemukan calon pembeli obligasi biasanya akan mengalami risiko likuiditas. Ada kemungkinan investor menjual obligasi dengan harga tidak wajar atau lebih rendah dari harga belinya yang menyebabkan kerugian. 

Maka dari itu, disarankan untuk menggunakan “uang dingin” saat berinvestasi, tidak terkecuali obligasi. Dengan demikian, risiko ini dapat dihindari karena investor masih memiliki sumber dana lainnya untuk membiayai hal-hal mendesak.

4. Risiko perubahan aturan

Jika peraturan tentang obligasi di suatu negara berubah, hal ini akan berisiko terhadap nilai obligasi. Contohnya yaitu perubahan tarif pajak penghasilan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Saat ini, pajak penghasilan (PPh) obligasi sebesar 10%. 

Pastikan Anda selalu update mengenai aturan-aturan yang diberlakukan pada obligasi kalau seandainya tertarik untuk berinvestasi. Jangan sampai diabaikan kalau tidak mau tingkat keuntungannya berkurang.

Baca Juga: Investasi ORI Obligasi Negara Ritel: Banyak Untungnya, Sedikit Risikonya

Tips Mengatasi Risiko dalam Investasi Obligasi

1. Beli saat harganya turun

Harga obligasi bisa turun kapan saja, misalnya saat terjadi inflasi. Sebaiknya belilah obligasi saat situasinya seperti ini dan jual saat harganya kembali normal agar keuntungan yang diraup menjadi maksimal. 

Meski demikian, tetap perhatikan jenis obligasi yang dibeli. Jika bukan obligasi pemerintah, pastikan obligasi tersebut diterbitkan oleh korporasi atau perusahaan yang terpercaya untuk menjamin keabsahannya.

2. Tahan obligasi

Merupakan cara termudah untuk mengatasi risiko investasi, yaitu dengan menahan obligasi saat harganya sedang turun. Terlebih lagi kalau Anda sedang tidak butuh dana mendesak, menjual obligasi bukanlah pilihan yang tepat. Sebab biasanya bukan hanya nilai obligasi saja yang turun, tapi juga nilai instrumen investasi lainnya. 

Menahan obligasi sejatinya membuat Anda rugi, tapi hanya sesaat saja. Jika kondisi sudah kembali normal, harga obligasi juga ikut normal atau lebih tinggi daripada harga belinya. Jadi, tidak perlu terburu-buru menjualnya.

Baca Juga: Apa Itu Obligasi ORI 20? Simak Keuntungan dan Cara Belinya

3. Diversifikasi sejak awal berinvestasi

Mengingat nilai obligasi termasuk fluktuatif, sebaiknya lakukan diversifikasi produk sejak awal berinvestasi. Jika Anda sudah mempunyai obligasi, tidak ada salahnya melirik deposito, saham, atau emas. Pokoknya jenis investasi yang sesuai dengan kondisi finansial dan menguntungkan untuk Anda, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Diversifikasi membantu Anda meminimalisir kerugian investasi. Jika seandainya nilai obligasi sedang turun, masih ada investasi lain yang dapat menutupi kerugian tersebut. Sebut saja emas, yang harganya sangat tinggi saat terjadi inflasi.

4. Pilih obligasi yang jatuh temponya lebih lama

Alasannya sederhana, yaitu karena suku bunganya lebih tinggi daripada obligasi yang waktu jatuh temponya lebih singkat. Suku bunga akan memberikan keuntungan pasif yang dapat dinikmati setiap tahun.

Kalaupun Anda berencana menjual obligasi sebelum jatuh tempo, maka sah-sah saja asalkan nilai jualnya lebih tinggi daripada nilai beli. Alhasil, keuntungan yang diperoleh menjadi berlipat ganda.

5. Terapkan analisis penilaian

Strategi ini memudahkan Anda untuk melakukan penilaian terhadap nilai intrinsik dari obligasi. Bandingkan nilai intrinsik dan nilai wajar obligasi di pasar sebelum membeli. 

Apabila nilai pasar jauh lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya, dapat dikatakan bahwa obligasi overvalue atau terlalu mahal. Apabila nilai pasar lebih rendah dari nilai intrinsiknya, obligasi dinyatakan undervalue.

Obligasi adalah Investasi yang Cukup Aman

Jika Anda ingin mencari investasi yang cukup aman, dalam arti keuntungannya lumayan sementara tingkat resikonya rendah, maka obligasi dapat dijadikan pilihan. Apalagi tingkat keuntungan obligasi sendiri lebih besar dibandingkan deposito, jadi tidak ada salahnya mencoba menginvestasikan sedikit modal untuk obligasi. Jangan lupa untuk senantiasa membeli obligasi yang diterbitkan korporasi terpercaya, ya!

Baca Juga: Ketahui Peluang Investasi Paling Cuan di Indonesia untuk Investor Pemula

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA