Atas dasar pengaruh yang ditimbulkannya narkotika dibedakan menjadi 2 yaitu

Perbesar

(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Narkotika adalah zat sintetis maupun semisintetis yang dihasilkan tanaman atau lainnya yang dapat berdampak pada penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa nyeri. Zat ini dapat menimbulkan ketergantungan pada penggunanya.

Jenis-jenis narkoba dari narkotika:

1. Morfin

Morfin berasal dari kata morpheus (dewa mimpi) adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat yang ditemukan pada opium. Jenis-jenis narkoba ini bekerja langsung pada sistem saraf pusat sebagai penghilang rasa sakit.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Menurunnya kesadaran pengguna

- Menimbulkan euforia

- Kebingungan

- Berkeringat

- Dapat menyebabkan pingsan, dan jantung berdebar-debar

- Menimbulkan gelisah, dan perubahan suasana hati

- Mulut kering dan warna muka berubah

- Mengalami kejang lambung

- Produksi air seni berkurang

- Mengakibatkan gangguan menstruasi dan impotensi

2. Heroin/putaw

Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah heroin. Heroin dihasilkan dari pengolahan morfin secara kimiawi. Akan tetapi, reaksi yang ditimbulkan heroin menjadi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri, sehingga mengakibatkan zat ini sangat mudah menembus ke otak.

- Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Melambatnya denyut nadi

- Tekanan darah menurun

- Otot menjadi lemas

- Pupil mengecil

- Hilang kepercayaan diri

- Suka menyendiri

- Seringkali berdampak kriminal, misalnya berbohong, menipu

- Kesulitan saat buang air besar

- Sering tidur

- Kemerahan dan rasa gatal pada hidung

- Gangguan bicara (cadel)

3. Kokain

Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah kokain. Kokain merupakan berasal dari tanaman Erythroxylon coca di Amerika Selatan. Biasanya daun tanaman ini dimanfaatkan untuk mendapatkan efek stimulan, yaitu dengan cara dikunyah. Kokain dapat memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Dapat memberikan efek kegembiraan yang berlebihan bagi si pengguna

- Sering merasa gelisah

- Menurunnya berat badan

- Timbul masalah pada kulit

- Mengalami gangguan pernafasanSering kejang-kejang

- Sering mengeluarkan dahak

- Mengalami emfisema (kerusakan pada paru-paru)

- Turunnya selera makan

- Mengalami paranoid

- Mengalami gangguan penglihatan

- Sering merasa kebingungan

4. Ganja/Kanabis/Mariyuana

Jenis-jenis narkoba lainnya yakni ganja. Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budi daya yang menghasilkan serat dan kandungan zat narkotika terdapat pada bijinya. Jenis-jenis narkoba ini dapat membuat si pemakai mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Tumbuhan ini telah dikenal manusia sejak lama. Seratnya digunakan sebagai bahan pembuat kantung, dan bijinya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan minyak. Awalnya, tanaman ini hanya ditemukan di negara-negara beriklim tropis. Namun belakangan ini, di negara-negara beriklim dingin pun telah banyak membudidayakan tanaman ini, yaitu dengan cara dikembangkan di rumah kaca.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Denyut nadi dan jantung lebih cepat

- Mulut dan tenggorokan terasa kering

- Sulit dalam mengingat

- Sulit diajak berkomunikasi

- Kadang-kadang terlihat agresif

- Mengalami gangguan tidur

- Sering merasa gelisah

- Berkeringat

- Nafsu makan bertambah

- Sering berfantasi

- Euforia

Ganja merupakan salah satu jenis narkotika yang dapat mengakibatkan kecanduan. Jika pemakaiannya dihentikan, si pemakai sering mengalami sakit kepala, mual yang berkepanjangan, sering merasa kelelahan dan badan menjadi lesu.

5. LSD atau Lysergic Acid / Acid / Trips / Tabs

Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah LSD. LSD adalah jenis narkotika yang tergolong halusinogen. Biasanya berbentuk lembaran kertas kecil, kapsul, atau pil.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Sering berhalusinasi mengenai berbagai kejadian, tempat, warna, dan waktu

- Sering terobsesi dengan apa yang ada dalam halusinasinya

- Sering juga mengalami paranoid akibat hal-hal yang dihalusinasikannya

- Denyut jantung dan tekanan darahnya meningkat

- Diafragma mata melebar

- Mengalami demam

- Sering depresi dan merasa pusing

- Memiliki rasa panik dan takut yang berlebihan

- Mengalami gangguan persepsi.

6. Opiat/opium

Jenis-jenis narkoba lainnya adalah Opium. Opium adalah zat berbentuk bubuk yang dihasilkan oleh tanaman yang bernama papaver somniferum. Kandungan morfin dalam bubuk ini biasa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Memiliki semangat yang tinggi

- Sering merasa waktu berjalan begitu lambat

- Merasa pusing / mabuk

- Birahi meningkat

- Timbul masalah kulit di bagian mulut dan leher

- Sering merasa sibuk sendiri

7. Kodein

Jenis-jenis narkoba selanjutnya adalah kodein. Kodein adalah sejenis obat batuk yang biasa digunakan atau diresepkan oleh dokter, namun obat ini memiliki efek ketergantungan bagi si pengguna.

Jenis-jenis narkoba dan bahayanya:

- Mengalami euforia

- Sering mengalami gatal-gatal

- Mengalami mual dan muntah

- Mudah mengantuk

- Mulut terasa kering

- Mengalami hipotensi

- Mengalami depresi

- Sering sembelit

- Mengalami depresi saluran pernafasan

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang.[1] Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

Sebotol heroin yang merupakan salah satu narkoba yang paling dikenal.

Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.[butuh rujukan] Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.

Pada saat ini (2015) terdapat 35 jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna narkoba di Indonesia dari yang paling murah hingga yang mahal seperti LSD. Di dunia terdapat 354 jenis narkoba.[2] Pemasok Narkoba di Indonesia diketahui berasal dari Afrika Barat, Iran, Eropa, dan yang paling aktif adalah pemasok dari Indo China.[3]

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:

  • Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
  • Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

  • Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat, seperti:

• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.[butuh rujukan] Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.[butuh rujukan] Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua, organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan[butuh rujukan], tetapi masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.[butuh rujukan] Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan Narkoba.

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya, narkoba dikelompokkan sebagai berikut:

  • Halusinogen, yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya kokain & LSD.
  • Stimulan, yaitu efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.
  • Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem saraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putau.
  • Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang sudah mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba memutuskan saraf-saraf dalam otak. Contohnya: ganja, heroin, dan putau.
  • Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya mengakibatkan kematian.

Opium atau candu merupakan jenis narkoba yang telah digunakan oleh bangsa Sumeria di Asia Barat dan Eropa Selatan sejak 4.000 tahun sebelum Masehi. Penggunaan opium meluas ke bangsa Mesir dan bangsa Asyur pada abad ke 15 sebelum Masehi. Penggunaan opium kemudian meluas hingga ke Yunani dan Romawi kuno yang dicatat dalam sejarah oleh Herodotos, Hipokkrates, Vergil dan Homeros. Tumbuhan penghasil opium yaitu Papaver banyak ditanam di Asia Kecil. Tumbuhan ini menyebar melalui perdagangan di Asia Barat yang dilakukan oleh Bangsa Arab. Opium menyebar ke seluruh dunia melalui kawasan Asia yaitu India, China, Birma, Yunan, dan Indonesia. Saat masa kolonial, para pedagang dari Portugis, Inggris dan Belanda memonopoli perdagangan opium di Asia dan memperdagangkannya ke seluruh dunia.[4]

Penggunaan opium dilakukan untuk mencapai kepuasan dan kesenangan. Opium memiliki kemampuan untuk menghilangkan beban pikiran dan memberi kenikmatan bagi pemakainya. Selain itu, opium memberikan rasa kuat, mengurangi rasa saki, meringankan tubuh dan memberikan rasa gembira. Opium juga digunakan untuk memberikan fantasi dan sensasi seksual yang melebihi kenyataan yang sesungguhnya.[5]

  • Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid.

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan kecanduan.

  • Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, tetapi lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak. Namun, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan. Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan. Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong. Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.

Morfin

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk. Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

Kokain

Kokain merupakan obat perangsang yang dapat mencapai jaringan otak dengan sangat cepat. dan menyebabkan pengguna menjadi bereaksi berlebihan. Konsumsi kokain secara berlebihan berlebihan dapat menyebabkan depresi, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, lumpuh, mual, sakit kepala, sesak nafas, insomnia, nafsu makan menurun dan menyebabkan kecanduan.[6] Kokain termasuk dalam golongan opioda. Penggunaan kokain dapat menimbulkan kerusakan parah pada daerah otak tertentu yang berkaitan dengan proses belajar, emosi, dan pengambilan keputusan.[7]

Kokain adalah senyawa sintetis yg memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman koka, yang berasal dari Amerika Selatan, di mana daun dari tanaman ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan”. Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif.

Sabu-sabu

Berbentuk seperti bumbu masak, yakni kristal kecil-kecil berwarna putih, tidak berbau, serta mudah larut dalam air alkohol. Pemakaiannya segera akan aktif, banyak ide, tidak merasa lelah meski sudah bekerja lama, tidak merasa lapar, dan memiliki rasa percaya diri yang besar.[8]

Ekstasi

Ekstasi adalah zat atau bahan yang tidak termasuk kategori narkotika atau alkohol dan merupakan jenis zat adiktif yang tergolong obat perangsang.[8]

Putaw

Merupakan minumam khas Cina yang mengandung alkohol dan sejenis heroin yang serumpun dengan ganja, pemakaiannya dengan menghisap melalui hidung atau mulut, dan menyuntikkan ke pembuluh darah.[8]

Heroin

Tidak seperti morfin yang masih mempunyai nilai medis, heroin yang masih berasal dari candu, setelah melalui proses kimia yang sangat cermat dan mempunyai kemampuan yang jauh lebih keras dari morfin.[9]

Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan saraf yang dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti sekalipun. Jenis-jenisnya adalah:

  • Opium atau Opioid atau Opiat atau Candu
  • Codein atau Kodein
  • Methadone (MTD)
  • LSD atau Lysergic Acid atau Acid atau Trips atau Tabs
  • PC
  • mescalin
  • barbiturat
  • Demerol atau Petidin atau Pethidina
  • Dektropropoksiven
  • Hashish (Berbentuk tepung dan warnanya hitam. Ia dinikmati dengan cara diisap atau dimakan. Narkotika jenis yang kedua ini dikatakan agak tidak berbahaya hanya karena jarang membawa kematian)

Psikotropika adalah bahan lain yang tidak mengandung narkotika, merupakan zat buatan atau hasil rekayasa yang dibuat dengan mengatur struktur kimia. Mempengaruhi atau mengubah keadaan mental dan tingkah laku pemakainya. Jenis-jenisnya adalah:

  • Ekstasi atau Inex atau Metamphetamines
  • Demerol
  • Speed
  • Angel Dust
  • Sabu-sabu(Shabu/Syabu/ICE)
  • Sedatif-Hipnotik(Benzodiazepin/BDZ), BK, Lexo, MG, Rohip, Dum
  • Megadon
  • Nipam

Jenis Psikotropika juga sering dikaitkan dengan istilah Amfetamin, di mana Amfetamin ada 2 jenis yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ekstasi. Nama lain fantacy pils, inex. Kemudian jenis lain adalah Metamfetamin yang bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice.

Zat adiktif adalah zat-zat yang bisa membuat ketagihan jika dikonsumsi secara rutin. Contohnya antara lain:

  • Alkohol
  • Nikotin
  • Kafeina
  • Zat Desainer

Narkoba menjadi salah satu alat yang digunakan oleh pasangan suami-istri yang mengalami depresi atau trauma akibat perceraian dan kehilangan hak asuh anak. Selain itu, narkoba dijadikan sebagai alat untuk melupakan trauma akibat kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota keluarga atau pasangan intim.[10] Jenis narkoba yang digunakan untuk memberi efek rekreasi ialah ganja dan ekstasi. Rasa senang dihasilkan oleh ganja sedangkan rasa bersemangat dihasilkan oleh ekstasi. Konsumsi narkoba jenis ganja dan ekstasi untuk rekreasi juga terjadi akibat trauma yang menyebabkan menurunnya kesehatan jiwa dan tidak adanya bantuan untuk mengatasi dan keinginan untuk menyembuhkannya.[11]

Doping

Penyalahgunaan narkoba juga dimotivasi oleh efek doping yang dapat menambah kapasitas fisik seseorang ketika melakukan pekerjaan. Penggunaan doping sebagian besar dilakukan oleh para perempuan yang memiliki peran ganda dalam rumah tangga. Jenis narkoba yang dikonsumsi umumnya ialah shabu-shabu. Dengan mengonsumsi shabu-shabu, para pengguna narkoba dapat fokus kerja berjam-jam sekaligus mengurus rumah dan anak setelah pulang kerja.[12]

Dampak penyalahgunaan narkoba pada individu tergantung pada jenis narkoba, kepribadian pengguna serta situasi dan kondisi pengguna pada saat menggunakan narkoba. Dampak ketergantungan atau kecanduan narkoba individu dapat terlihat pada fisik, psikis dan sosial atau lingkungan masyarakat tempatnya tinggal. Dampak terhadap fisik antara lain sakit kepala, mual-mual, susah tidur, tidak nafsu makan. Dampak terhadap psikis antara lain, memberikan rasa yang melambung tinggi, memberi rasa bahagia dan sangat percaya diri. Adanya rasa parno, gelisah ketika menggunakan dan susah tidur. Dampak terhadap lingkungan yaitu diasingkan dalam masyarakat, dan susah dalam bergaul di masyarakat.[13] Dampak penyalahgunaaan narkoba juga mempengaruhi prestasi sekolah merosot, hubungan kekeluargaan memburuk, mengakibatkan perkelahian dan tindak kekerasan dan penyebab terjadinya kecelakaan lalulintas. Penggunaan narkoba baik dalam taraf coba-coba maupun sudah pada ketergantungan merupakan manifestasi gangguan jiwa dalam bentuk penyimpanagan perilaku dari norma-norma umum yang berlaku.[14]

Ketergantungan zat yang merupakan dampak dari penyalahgunaan narkotika sering dianggap sebagai sebuah penyakit. Zat kimiawi yang terdapat pada narkotika menyebabkan terjadinya pengangkatan kelenjar seks (kelenjar gonad, testis pada pria dan ovarium pada wanita) dalam jaringan antara (intestrical tissues) gonad, zat-zat kimia khusus telah diproduksi akan terbawa oleh aliran darah yang akan mengisi bagian-bagian tertentu dari sistem syaraf pusat dengan ketergantungan seksual. Penyalahgunaan narkotika sendiri secara biologis dapat mempengaruhi fungsi seksual. Ada beberapa jenis narkotika yang dapat merangsang nafsu seksual. Yang pertama, amfetamin dapat meningkatkan reaksi seksual bila digunakan dalam dosis rendah. Temuan tersebut dapat diartikan bahwa para penyalahguna ketiga jenis narkotika akan cenderung melampiaskan nafsu seksualnya setelah mengkonsumsi zat tersebut. Yang kedua, metamphetamine merupakan narkotika golongan stimulan yang memiliki sifat meransang sistem saraf pusat, merangsang fungsi tubuh, meningkatkan kegairahan secara berlebihan dan mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang melampaui batas kemampuannya.[15] Transformasi stimulus fisiologis yang muncul dalam proses seksual menyebabkan fenomena intoksisasi dan pengekangan (abslinence) yang ditimbulkan oleh kebiasaan individu dalam menggunakan zat-zat beracun seperti narkotika dan sejenisnya yang menghasilkan kenikmatan sementara.[16]

Pemakaian narkoba secara berlebihan diluar indikasi medis atau tanpa pengawasan dan petunjuk dokter atau ahli akan menimbulkan patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial individu. Ketergantungan narkoba diakibatkan karena penyalahgunaan zat yang disertai dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi), nafsu yang tidak bisa tertahan, kecenderungan untuk menambah dosis obat, ketergantungan fisik dan psikologis.[17] Kondisi psikologis yang kurang stabil secara berkepanjangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya stres pada pengguna narkoba. Pengguna narkoba yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak bisa menerima kenyataan jika harus menjalani rehabilitasi, masalah finansial demi memenuhi kebutuhan sehari-hari berbenturan dengan keharusan meninggalkan pekerjaannya untuk direhabilitasi kemudian memunculkan perasaan jenuh, rindu dengan keluarga serta adanya pemikiran terhadap stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitar memperberat beban derita pengguna narkoba yang sedang menjalani pemulihan di rehabiltasi.[18]

Akibat penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan menyebabkan gangguan mental dan perilaku individu, sehingga mengakibatkan terganggunya sistem neurotransmitter pada susunan saraf pusat di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood, atau emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek sosial.[19] Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti gangguan fungsi organ tubuh hati, jantung, paru, ginjal, alat reproduksi dan penyakit menular seperti Hepatitis dan HIV/AIDS serta dapat menimbulkan ketergantungan yang sulit untuk disembuhkan, bahkan cenderung para pengguna narkoba menambah dosis yang dikonsumsinya untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila narkoba yang dikonsumsinya dihentikan secara mendadak, maka akan timbul gejala putus obat yang menimbulkan rasa tidak nyaman yang mendorong pengguna narkoba mengkonsumsi narkoba kembali, bahkan mungkin dengan dosis yang lebih besar.Dalam jangka tertentu penggunaan narkoba yang terus menerus dapat menimbulkan kerusakan sistem syaraf pusat serta gangguan jiwa.[20] Selanjutnya terdapat bahan berbahaya didalam narkoba yaitu bahan kimia meledak, mudah terbakar, oksidator, reduktor dan racun korosif yang dapat menimbulkan iritasi, sentilsai luka dan nyeri, bahaya elektronik, karsiogenik, teratogenik mutagenik, etiologik/biomedik. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap pribadi berdampak pada kesehatan dan mental. Selain itu, dari aspek sosial penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan bermacam-macam bahaya atau kerugian. Dampak sosial yang ditunjukan baik terhadap pribadi, terhadap keluarga, kehidupan sosial.[21]

Pada pemakaian dengan dosis yang berlebih atau yang dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa mengakibatkan kematian. Walaupun sudah banyak penelitian yang membuktikan hal tersebut tetapi masih banyak orang yang masih menggunakannya. Secara psikososial penyalahgunaan narkotika akan mengubah seseorang menjadi pemurung, pemarah, pencemas, depresi, paranoid, dan mengalami gangguan jiwa, menimbulkan sikap masa bodoh, tidak peduli dengan norma masyarakat, hukum, dan agama, serta dapat mendorong melakukan tindak kriminal seperti mencuri, berkelahi dan lain-lain. Efek lain yang akan dirasakan pengguna narkoba seperti air mata berlebihan, cairan hidung berlebihan, pupil mata melebar, keringat berlebihan, mual, muntah, diare, bulukuduk berdiri, menguap terlalu sering, tekanan darah naik, jantung berdebar, insomnia (tak bisa tidur), mudah marah, emosional, serta agresif.[22]

  • Ganja
  • Heroin
  • Morfin
  • Kokain

  1. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata narkoba pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2020-04-5.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
  2. ^ "LSD, Kertas Si Pembuat Halusinasi 10 Jam". 22 Januari 2015. 
  3. ^ Ini Dia Daftar Negara Pemasok Narkoba ke Indonesia Diarsipkan 2016-08-13 di Wayback Machine.. Arah.com 23 Juni 2016. DIakses tanggal 23 Juni 2016
  4. ^ Suryawati, Widhyharto, dan Koentjoro 2015, hlm. 94.
  5. ^ Suryawati, Widhyharto, dan Koentjoro 2015, hlm. 106.
  6. ^ Sawitri 2018, hlm. 13-14.
  7. ^ Sawitri 2018, hlm. 13.
  8. ^ a b c Eleanora 2011, hlm. 443.
  9. ^ Eleanora 2011, hlm. 442-443.
  10. ^ Septi dan Misero 2020, hlm. 14.
  11. ^ Septi dan Misero 2020, hlm. 14-15.
  12. ^ Septi dan Misero 2020, hlm. 15.
  13. ^ Hasni dan Syukur 2019, hlm. 72-73.
  14. ^ Murtiwidayanti 2018, hlm. 49.
  15. ^ Harbia, Multazam dan Asrina 2018, hlm. 205-206.
  16. ^ BNN 2019.
  17. ^ Eleanora 2011, hlm. 440.
  18. ^ Nawangsih dan Sari 2016, hlm. 100.
  19. ^ Dwitiyanti, Efendi dan Supandi 2019, hlm. 43.
  20. ^ Kholik, Mariana dan Zainab 2014, hlm. 1-2.
  21. ^ Reza 2016, hlm. 44-45.
  22. ^ Adam 2012, hlm. 3.

  1. Adam, S. (2012). "Dampak Narkotika pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat" (PDF). Jurnal Health And Sport. 5 (2): 1–8. ISSN 2656-2863. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-03-05. Diakses tanggal 2021-01-07. 
  2. Eleanora, F. N. (2011). "Bahaya Penyalahgunaan Narkoba serta Usaha Pencegahan dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis)" (PDF). Jurnal Hukum. 25 (1): 439–452. 
  3. Harbia, H., Multazam, A., &, Asrina, A. (2018). "Dampak Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) terhadap Perilaku Seks Pranikah". Jurnal Kesehatan. 1 (3): 204–216. ISSN 2614-5375. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  4. Hasni H., &, Syukur M. (2019). "Dampak Penyalahgunaan Narkoba pada Remja di Desa Dongi, Kecamatan Pituriawa, Kabupaten Sidenreng Rappang". Jurnal Sosialisasi: 69–74. ISSN 2579-5686. 
  5. Humas, BNN (2019-01-07). "Pengertian Narkoba dan Bahaya Narkoba Bagi Kesehatan". Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Diakses tanggal 2021-01-07. 
  6. Kholik, S., Mariana, E. R., &, Zainab, Z. (2014). "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Klien Rehabilitasi Narkoba di Poli Napza RSJ Sambang Lihum". Jurnal Skala Kesehatan. 5 (1): 1–8. ISSN 2615-2126. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  7. Murtiwidayanti, S. Y. (2018). "Sikap dan Kepedulian Remaja dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba" (PDF). Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial. 17 (1): 47–60. ISSN 2528-0430. 
  8. Nawangsih, P. R. S., &, Sari, P. R. (2016). "Stres pada mantan pengguna narkoba yang menjalani rehabilitasi" (PDF). Jurnal psikologi undip. 15 (2): 99–107. ISSN 2302-1098. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-03-05. Diakses tanggal 2021-01-07. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  9. Reza, I. F. (2016). "Peran Orang Tua dalaam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba pada Generasi Muda". Jurnal Psikologi Islami. 2 (1): 40–49. ISSN 2502-728X. 
  10. Sawitri, Harvina (2018). Determinan Berhenti pada Narkoba Suntik (PDF). Lhokseumawe: Unimal Press. ISBN 978–602–4640-29-3 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan).  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  11. Septi A., P., dan Misero, Y. (2020). Penggunaan Narkotika pada Perempuan (PDF). Jakarta Selatan: Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  12. Suryawati, S., Widhyharto, D. S., dan Koentjoro (Ed) (2015). UGM Mengajak: Raih Prestasi Tanpa Narkoba (PDF). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 978-602-386-009-8.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
  • (Indonesia) Detail jenis narkoba
  • (Indonesia) Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan Diarsipkan 2010-03-17 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) InfoNarkoba.com - Gerbang Informasi dan Solusi Masalah Narkoba Diarsipkan 2010-05-31 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Rehabilitasi Narkoba Wahana Kinasih Diarsipkan 2008-01-18 di Wayback Machine.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Narkoba&oldid=20591364"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA