“Pneumonia umumnya diawali dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas, yaitu infeksi hidung dan tenggorokan. Pada anak-anak, setelah dua hingga tiga hari infeksi tersebut dapat menjalar ke paru-paru karena sistem imunnya belum terbentuk sempurna, sehingga tubuhnya tidak mampu membasmi infeksi awal yang sebenarnya ringan. Jika sudah menjalar ke paru-paru akhirnya bisa menjadi pneumonia. Pneumonia membuat jalan udara ke paru-paru terhambat. Anak pun jadi sulit bernapas dan asupan oksigen berkurang,” jelas dokter Dian.
Layaknya penyakit influ
Hanya saja, sekarang ini sudah terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA). Selain karena faktor kebersihan lingkungan dan adanya gangguan kekebalan atau penyakit kronik pada penderita, perubahan ini juga disebabkan penggunaan antibiotik yang tidak tepat yang menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman.
Gejala-gejala pneumonia yang harus diwaspadai
Jika mendapati anak mengalami demam tinggi, nyeri dada saat bernapas atau bernapas dengan cepat (frekuensi napas >60 kali per menit pada bayi di bawah dua bulan, >50 kali per menit pada bayi 2 bulan-1 tahun, dan >40 kali per menit pada anak 1-5 tahun), batuk berdahak, denyut nadi cepat, lemah, dan lemas, kita perlu curiga. Apalagi kalau anak sudah mulai gelisah, tidak mau makan atau minum, mual, muntah, nyeri kepala, kejang atau sianosis (kebiruan pada bibir), bahkan mengalami penurunan kesadaran. Jangan tunggu lama lagi, langsung bawa ke dokter.
Paru-paru basah atau dalam istilah kedokteran disebut Pneumonia adalah penyakit infeksi pada paru yang menyebabkan kantung udara meradang dan membengkak, sehingga paru bisa dipenuhi dengan air atau cairan lendir.
Penyakit ini dapat dialami tidak hanya pada orang dewasa, bahkan juga pada anak-anak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kalau penyakit Pneumonia menyebabkan 16% kematian balita di dunia tahun 2015. Di Indonesia sendiri pun, penyakit paru-paru basah pada anak menyebabkan 2-3 balita meninggal setiap jamnya. Data tersebut dilansir dari CNN.
Beberapa gejala Pneumonia antara lain :
- Demam, nyeri kepala, tubuh menggigil
- Batuk tidak berdahak, maupun berdahak
- Nyeri dada ketika bernapas
- Mual, muntah, dan diare
- Nyeri pada otot, sendi, dan mudah lelah
Penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus, sehingga mudah ditularkan melalui udara. Jika anda mengalami gejala seperti yang disebutkan diatas, maka beberapa cara yang dapat anda lakukan sebagai cara pemulihan : perbanyak istirahat dan jangan sampai terlalu lelah dalam beraktivitas, serta minum air yang cukup untuk mengurangi jumlah lendir atau dahak di dalam paru.
Bila penyakit terus berlanjut, atau bahkan bertambah parah, periksakanlah ke rumah sakit yang terpercaya agar dapat diberikan pengobatan dengan cepat dan tepat. Adapun cara untuk mencegah penyakit Pneumonia, antara lain : Vaksinasi, menerapkan pola hidup yang bersih seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, jauhi rokok, serta melakukan pola hidup yang sehat dengan mengonsumsi makanan sehat dan olahraga secara rutin.
Pneumonia adalah suatu infeksi yang menyerang paru-paru, dan menyebabkan penderitanya mengalami berbagai gejala, seperti sesak napas dan batuk-batuk. Pneumonia sering disebut sebagai penyakit paru-paru basah dan umumnya muncul pada anak usia balita
Orang tua perlu mewaspadai pneumonia pada anak yang dapat ditandai dengan gejala awal berupa batuk dan gangguan pernapasan. Penyakit infeksi paru-paru ini, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan gangguan serius pada anak, bahkan berakibat fatal, terutama anak usia di bawah lima tahun.
Penyebab pneumonia cukup beragam, mulai dari bakteri, jamur, serta sejumlah virus. Bahkan virus flu juga dapat memicu pneumonia pada anak.
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 15% kematian anak-anak berusia di bawah 5 tahun disebabkan oleh penyakit ini.
Pada tahun 2019, jumlah penderita pneumonia pada balita di Kabupaten Polewali Mandar sebesar 854 kasus. Persentase penderita balita perempuan sebesar 55,97 %, sedangkan balita laki-laki sebesar 44,03 %.