Salah satunya Herpes Genital, yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang terbagi atas HSV tipe 1 dan HSV tipe 2. Virus yang telah memasuki sel host/pasien, akan berdiam diri secara pasif di ujung syaraf. Bila imunitas penderita baik, maka virus tidak akan menginfeksi dan tidak ada manifestasi penyakit. Sebaliknya, bila sistem kekebalan tubuh penderita rendah, yang dipicu perubahan hormon, stres dan kelelahan akan meningkatkan risiko kekambuhan.
Bila Terinfeksi, Kemana Harus Memeriksakan Diri?
Masa inkubasi virus HSV di tubuh penderita pada umumnya membutuhkan waktu satu hingga tiga minggu. Apabila selang beberapa minggu setelah Anda berhubungan seksual timbul luka lenting atau lepuh pada area kelamin, disertai ruam merah di sekelilingnya, segera periksa ke dokter. Semakin dini gejala ditangani, maka akibat yang ditimbulkan dapat minimal.
Lalu pertanyaannya, periksa ke dokter spesialis apa? Jawabannya, periksakanlah ke dokter spesialis kulit dan kelamin.
BACA JUGA: Waspadai Herpes Genital Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Apa yang Harus Dijalani?
Dokter akan melakukan pemeriksaan dan serangkaian tes guna menegakkan diagnosis, sebagai berikut:
- Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar riwayat kesehatan dan aktivitas seksual Anda, dan gejala yang dirasakan.
- Pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang terinfeksi.
- Pengambilan sampel cairan luka lepuh; sampel ini akan diperiksa di laboratorium
- Tes reaksi berantai polimerase atau disebut juga PCR, untuk mendiagnosis keberadaan virus herpes genital di tubuh penderita.
- Atau dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan antibodi.
Pengobatan Apa yang Harus Diberikan?
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi virus HSV sampai saat ini. Dokter akan meresepkan obat-obatan antivirus dengan dosis tertentu dan frekuensi tertentu untuk meringkankan gejala infeksi dan penyembuhan luka.
Saat ini, dunia kedokteran masih terus berupaya melakukan pencegahan infeksi virus herpes genital salah satunya melalui pengembangan vaksin. Nantinya, vaksin ini diharapkan dapat digunakan manusia dan bisa mengurangi risiko infeksi HSV.
Penting untuk diingat, bahwa herpes genital sangat menular. Dan seseorang yang terjangkit HSV berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV. Oleh karena itu, upaya terbaik untuk terhindar dari penularan herpes genital yaitu dari diri sendiri, dengan melakukan hubungan seksual secara aman dan tidak berganti-ganti pasangan.
Reporter
Kamis, 16 Mei 2019 21:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks atau HSV tipe 2 yang menyerang organ kelamin pria maupun wanita. Penyakit yang banyak menyerang orang dewasa muda ternyata tidak dapat sembuh sepenuhnya. Meski terlihat sembuh, virus penyakit ini akan terus ada di dalam rubuh penderitanya dan dapat kambuh sewaktu-waktu.
Baca juga: Herpes Zoster Mengintai Penderita Kanker, Kenali Gejalanya
Pakar kulit dan kelamin RSCM Dr dr Wresti Indriatmi, Sp.KK (K), M.Epid mengatakan, hingga saat ini obat herpes yang mampu membunuh virus penyebabnya belum tersedia. Virus ini sulit dibunuh karena mereka bersembunyi di sel saraf. Jadi, pengobatan dilakukan bukan untuk menyembuhkan tetapi untuk menghilangkan sakit saat kambuh, memperlama atau memperlambat kekambuhan, juga mengurangi rasa sakit yang biasanya muncul saat kambuh.
"Pengobatan biasanya dilakukan pada episode kambuh, hanya untuk menjarangkan kekambuhan. Tapi ketika remisi (periode tidak kambuh) virus herpes sebenarnya tetap dilepaskan tapi dalam jumlah yang lebih sedikit," kata dia dalam diskusi "Tanggap Herpes Genital: Kenali Penyakitnya, Waspadai Penularannya" Klinik Pramudia di Jakarta, Kamis, 16 Mei 2019.
Saat periode remisi, pasien tidak merasakan gejala apa pun dan tampak sehat. Meski demikian, pasien tetap bisa menularkan virus melalui hubungan seksual.
Penyakit ini akan kambuh ketika pasien mengalami stres, baik psikis maupun fisik. "Pada perempuan, kekambuhan biasanya terjadi saat menstruasi," ujar dia.
Ketika kambuh, penyakit ini menyebabkan munculnya lenting atau bentol berisi air. Lentingan itu muncul dalam jumlah banyak yang terasa sakit dan panas. Biasanya gejala penyakit ini lebih parah muncul pada perempuan.
Episode kekambuhan pada setiap orang berbeda. Biasanya, dokter meminta pasien mencatat setiap kali kambuh dalam setahun. Jika di tahun yang sama kekambuhan sampai enam kali, dokter akan memberikan terapi selama satu tahun yang diminum setiap hari.
Baca juga: Jangan Suka Jajal Lipstik Tester, Risiko Kena Herpes
Meski tak bisa sembuh total, Dr Wresti mengatakan bahwa penyakit ini sebenarnya tidak terlalu mengganggu jika sedang tidak kambuh. "Penyakit ini juga tidak menyebabkan meninggal dunia. Tidak terlalu mengganggu, kecuali kalau sedanng kambuh tentu akan mengganggu," ujar dia.
Rekomendasi Berita
Muncul Lagi di Aceh, Inilah 4 Jenis Polio yang Perlu Diketahui
17 jam lalu
Polio adalah penyakit virus menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, dan terkadang kematian.
Viral Pemotor Berbuat Eksibisionis di Bekasi, Pura-pura Main HP sambil Pegang Kelamin
1 hari lalu
Seorang pria duduk di atas sepeda motor diduga berbuat eksibisionis di pinggir Jalan Sultan Hasanudin, Tambun Selatan. Ulah pemotor ini viral.
3 Cara Berantas Wabah Ala Umar Bin Khattab, Mirip Penanganan Wabah Corona
13 hari lalu
Ini kesamaan penanganan wabah yang dilakukan Umar bin Khattab dengan cara negara melawan wabah corona.
6 Persiapan Sebelum Tes Urine agar Hasil Akurat, Termasuk Tidak Hubungan Seksual
23 hari lalu
Sebelum melakukan tes urine untuk dapatkan hasil akurat sebaiknya tidak melakukan 6 hal ini, termasuk hubungan seksual. Kenapa?
Kasus Virus Ebola di Uganda Tembus 109 Orang, 30 Pasien Meninggal
24 hari lalu
Pemerintah Uganda sedang mendirikan pusat perawatan tambahan untuk merespons kasus Ebola yang terus meningkat di negara tersebut.
4 Gangguan Kesehatan Mata Merah
26 hari lalu
Kondisi mata merah biasanya tersebab iritasi
Pasien Covid-19 Singapura Melonjak, Pakar: Varian XBB Mungkin Ada di Indonesia
35 hari lalu
Kemampuan virus XBB yang sanggup menginfeksi kembali orang yang sudah terinfeksi Covid-19 membuat kita perlu waspada.
19 Orang Meninggal karena Ebola, Uganda Memerintahkan Lockdown 21 Hari
35 hari lalu
Galur virus ebola yang sekarang beredar di Uganda dikenal sebagai virus ebola Sudan. Saat ini belum ada vaksinnya.
Kiat mencegah dan Mengenali Penyebab Paru-Paru Basah
35 hari lalu
Paru-paru basah ringan pun tak bisa dianggap sepele. Sebab, bisa berisiko komplikasi serius
Patogen dan Parasit, Apakah Berbeda?
46 hari lalu
Patogen dan parasit berkaitan menyebabkan penyakit