Anda mungkin salah satu orangtua yang bertanya-tanya, apakah boleh bayi tidur miring?
Kadang, posisi ini pun tak terhindarkan. Sebab seiring malam berlalu, mungkin bayi sudah bisa mengubah posisinya sendiri. Ada pula beberapa ibu yang bercerita bayinya hanya tidur pulas kalau berbaring miring.
Lalu, ada juga yang sengaja menidurkan bayi baru lahir secara menyamping, karena berbagai alasan.
Sebetulnya, bolehkah bayi tidur miring? Apa saja risiko yang mungkin terjadi karena posisi tidur tersebut? Berikut pembahasannya dari segi medis.
Jika berbicara mengenai posisi tidur bayi, posisi yang paling aman menurut American Academy of Pediatrics adalah tidur telentang. Alasannya adalah untuk mencegah risiko kematian mendadak (SIDS).
Bagaimana dengan posisi tidur miring? Apakah aman membiarkan bayi tidur dalam posisi miring?
Sebagian orangtua pun percaya kalau posisi tidur miring aman untuk bayi yang mengalami muntah atau refluks. Padahal, hal ini tidak sepenuhnya benar.
American Academy of Pediatrics dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, sama-sama tidak menyarankan bayi tidur dalam posisi miring. Alasannya, karena posisi ini tergolong tidak aman dan juga tidak mempunyai manfaat.
Baca Juga
- Rambut Bayi Rontok, Kenali 6 Penyebabnya
- Ayunan Bayi Elektrik dan Cara Aman Menggunakannya
- Penyebab Bibir Bayi Hitam dan Cara Mengatasinya
Risiko tidur miring pada bayi
Risiko utama bayi tidur dalam posisi miring adalah ia bisa berguling jadi tengkurap. Karena Inilah orang tua perlu berhati-hati.
Jika usia bayi di bawah 4 bulan, otot-otot lehernya belum kuat untuk bisa menoleh atau mengangkat dan menopang kepalanya sendiri. Alhasil, bayi yang tidur tengkurap berisiko kesulitan bernapas karena hidung dan mulutnya menempel di kasur.
Hal ini bisa meningkatkan risiko bayi mengalami sindrom kematian mendadak (SIDS).
Selain karena risiko kematian mendadak, berikut adalah beberapa risiko lainnya yang mungkin terjadi, seperti:
1. Kepala bayi datar
Kepala bayi datar atau peyang bisa terjadi saat Anda menempatkannya dalam satu posisi dalam waktu yang lama atau berulang kali.
Ini membuat tekanan kepala menumpuk di satu titik saja. Tulang tengkorak kemudian tenggelam, menjadi cekung, atau rata.
Salah satu penyebabnya adalah ketika bayi tidur dalam posisi lurus, tetapi kepalanya miring ke samping atau terlalu lama tidur di satu sisi.
2. Tortikolis
Risiko lainnya yang mungkin terjadi apabila bayi sering tidur dalam posisi miring adalah mengalami tortikolis. Yaitu, kemiringan abnormal pada leher ke satu arah, karena adanya pemendekan otot.
Kemungkinan, kondisi ini tidak hanya akan memengaruhi pertumbuhan otot. Akan tetapi, juga bisa menjadi penyebab pertumbuhan tulang yang tidak normal pada bayi.
3. Bayi tersedak
Posisi tidur miring pada bayi juga bisa menimbulkan risiko kesulitan bernapas yang menyebabkan tersedak.
Tidur miring bisa menyebabkan rotasi pada area tenggorokan (trakea), sehingga bayi sulit bernapas.
Selain itu, kondisi ini juga bisa mengakibatkan akumulasi makanan yang dibuang di sekitar lubang trakea dan menimbulkan bahaya bayi tersedak.
Baca Juga
- Atresia Esofagus, Kelainan Kerongkongan pada Bayi
- Mengenal Komplikasi Bayi Prematur dan Persentase Harapan Hidupnya
- Lebih Repot tapi Aman, Ini Cara Mencuci Baju Bayi yang Tepat
Kapan bayi boleh tidur miring?
Pada usia 3-4 bulan, sebagian besar bayi sudah mulai mencoba untuk berguling atau menggerakkan badannya sendiri. Sedangkan pada usia 4-6 bulan, kebanyakan bayi sudah bisa berguling dari punggung ke perut, lalu kembali lagi.
Bayi dapat dikatakan aman untuk tidur dalam posisi miring apabila ia sudah bisa berguling nyaman dengan sendirinya.
Alasannya, setelah usia 4 bulan tubuh bayi sudah menjadi lebih kuat sekaligus keterampilan motorik yang juga meningkat. Orangtua boleh membiarkan bayi tidur miring, jika keseimbangannya sudah terlatih, sehingga ia tidak akan terjatuh dan jatuh tengkurap.
Namun, walaupun ia sudah mampu tidur miring, sebaiknya tetap biarkan ia tidur dalam posisi telentang. Ini perlu dilakukan untuk mencegah risiko SIDS pada bayi.
Baca Juga
- Penyebab Diare pada Bayi ASI Eksklusif, Apakah Bisa Dihindari?
- Cara Pakai Nebulizer untuk Anak dan Bayi yang Tepat
- Akibat Anemia pada Ibu Hamil, Wanita Akan Mengalami 4 Masalah Kesehatan Ini
Bagaimana posisi tidur yang baik untuk bayi?
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa posisi tidur yang paling baik untuk bayi adalah tidur telentang.
Walaupun ada pula bayi yang sudah terbiasa dengan posisi tidur tengkurap atau miring, sebaiknya orangtua mulai mengajarinya dengan cara membiasakan diri.
Cara paling sederhana untuk mengubah posisi tidur bayi yang sebelumnya miring adalah dengan membiasakannya tidur telentang.
Orangtua, pengasuh, dan keluarga terdekat bisa membantu bayi secara perlahan. Sebagai contoh, menyusuinya sebelum tidur, membiarkannya tidur telentang sambil membelai perutnya, menyalakan white noise, serta mengayunnya sampai tertidur.
Selain menghindari bayi tidur miring, orangtua juga perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini sebagai bentuk pencegahan risiko anak mengalami SIDS, seperti:
- Jangan meletakkan benda atau barang apa pun pada tempat tidurnya.
- Gunakan kasur yang padat, bukan yang empuk.
- Hindari tidur dalam kasur yang sama. Sebaiknya, bayi tidur dalam boks sendiri.
- Hindari suhu terlalu dingin atau terlalu panas.
Ingin mengetahui lebih banyak mengenai tahapan perkembangan bayi?
Tanyakan langsung pada dokter di aplikasi Kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App store dan Google Play.